Larisa menyeringai senang, saat melihat berita tentang Laura yang di kabarkan kecelakaan namun belum ketemu di mana sekarang dirinya berada. “Ck, kabar yang bagus. Aku sangat senang apa lagi jika dia sampai mati,” Larisa tertawa besar. Karena sangat penasaran memutuskan untuk segera pergi ke rumah. Baru saja Larisa berjalan beberapa langkah, Erik spontan meraih dan menahan lengan wanita yang sangat dia cintainya. “Kau mau kemana Larisa?” Larisa mendelik lalu meminta Erik untuk melepaskan tangannya, lelaki itu pun sempat keberatan saat kekasihnya malah akan pergi sana. Dan mengingatkan takutnya Dave malah curiga padanya. Mendengar perkataan Erik, Larisa tersenyum getir karena seolah melihatnya seperti orang bodoh yang tidak paham tentang Dave dan keluarganya. “Erik, aku harus pergi justru jika aku tidak ada di sana yang ada nanti malah Dave yang akan menuduh ku," Bentak Larisa menepis lengan pria seprofesinya itu. Lalu pergi mengendarai mobil menuju ke rumah Dave. Erik yang masi
Beberapa jam kemudian, Dave turun dari mobil dengan sangat terburu-buru. Setelah tiba di lokasi di mana tempat kecelakaan mobil sang nenek. Terlihat para petugas dan beberapa orang tampak mengerumuni. Wajah Dave terlihat pucat, Rio segera menyuruh orang-orang memberi jalan untuk bosnya. Terlihat sang Oma yang sudah di naikkan ke atas ambulance, begitu juga dengan supir keluarga mereka. Namun di sana tidak terlihat Laura. Tentu saja membuat Dave bertanda tanya besar di mana keberadaan sang istri. “Istri ku di mana?”Tatapan tajam lelaki berparas rupawan itu mengarah ke semua penjuru tempat itu. Salah satu petugas ambulance pun saling menatap dengan rekannya. Lalu menjawab dengan sedikit ketakutan mengingat sosok Dave yang terdengar kejam dan arogan. “Ma-maaf tuan, saat kami tiba di sini hanya ada dua orang yang terbaring tak sadarkan diri,” ujar pria itu tergagap. Dave mendengus kesal, saat mendengar petugas itu berkata. “Kau ini kerja yang benar, jelas-jelas di dalam mobil ini ti
Sesampainya di sebuah taman, Merry segera bergegas turun dari mobil dia melirik ke semua arah di sana dengan wajah yang memakai kaca mata hitam dan masker, memastikan tidak ada orang di sana yang mengenalinya. “Davin kemana? Kenapa belum ke sini” Merry berbisik dengan nada lirih nyaris tak terdengar, sembari berjalan mondar-mandir di depan mobil. Belum lama Merry menunggu, tiba-tiba saja seseorang datang dan menepuk pundaknya. Membuat wanita bertubuh gempal itu pun tersontak kaget dan perlahan memutar badan. “Mas Davin! Membuat ku kaget saja,” Merry bernafas lega. Karena akhirnya yang datang Davin bukan orang lain. Davin tanpa sungkan meraih tangan Merry dan membawanya ke tempat yang cukup tersembunyi. “Gimana apa kamu sudah berhasil menjalankan rencananya?” Merry menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya pelan, dan menceritakan tentang rencananya. “Orang suruhan kita sudah memutuskan rem mobil itu,” Jelas Merry meyakinkan sembari memperlihatkan rekaman video di
Laura merasa sedikit lega, saat melihat Dave yang sengaja membawa Erland di depan semua awak media, karena dia tidak ingin lelaki yang bergelar suaminya itu terus menjadi cemoohan para pemburu berita dan saingan bisnisnya yang ikut memprovokasi imagenya. “Katakan pada mereka semua, siapa yang menyuruh mu?!” Rio mendesak Erland agar berbicara di depan semua orang. Dave menatap tajam, memberi peringatan mantan kekasih istrinya agar mau berterus terang, dan mengklarifikasi kebenaran yang ada. “Cepat! Katakan kau suruhan orang, katakan siapa dia?” Dave geram, semua para wartawan dan karyawan di perusahaan saling menatap dan berbisik mereka sangat penasaran apa yang akan di katakan oleh Erland. Mengingat berita kemarin yang begitu menghebohkan. Erland tidak ingin mati konyol di tangan Dave, setelah dia mengajukan satu permintaan dan Dave pun mengabulkannya. Mau tidak ada pilihan lain lagi selain jujur. “Baik aku-aku akan jujur.”Semua orang di sana berbisik riuh, dan ingin tahu apa y
“Selamat nyonya, calon bayi anda laki-laki, janinnya bertumbuh dengan baik,” Ujar Dokter Ema sembari memberikan foto hasil USG tadi. Kedua bola mata Laura berkaca-kaca, tangan mungilnya gemetar, saat akan mengambil foto hasil USG itu, namun hati wanita cantik itu pun berdebar-debar, saat melihat jelas gambaran malaikat mungilnya yang masih ada di dalam perutnya. “Laki-laki? Dokter Ema anda tidak bohong kan jika calon cicit ku beneran seorang jagoan nanti?" Oma Nena memastikan karena dia masih sangat tidak percaya. Dokter Ema melepas kacamata putihnya, lalu dia kembali meyakinkan jika itu memang hasil akurat yang tidak bisa di manipulasi. Mendengar hal itu, wanita tua itu terlihat mengukir senyum sumringah, karena apa yang dia inginkan dan dia tunggu kini akhirnya sebentar lagi akan jadi nyata. “Oma, akhirnya cicit yang Oma inginkan laki-laki sebentar lagi akan menjadi nyata," Lirih Laura yang masih tak percaya, dia tahu jika malam itu adalah saat terpahit Laura, di mana suaminya
Erland tersenyum getir saat dia di desak untuk buka mulut, dengan apa yang telah terjadi kemarin. “Rupanya kau lebih suka memilih mati di tangan bos, dari pada harus bekerja sama dengan kami,” Geram salah satu pengawal sembari menarik kerah Erland. Pria itu bukanya takut, tapi malah tersenyum getir dan menantang jika hanya ingin bertemu dengan Dave, lalu dia mengatakan jika dirinya akan ku bercerita.Orang-orang suruhan Dave sangat geram karena melihat sikap Erland yang malah sengaja menantang tanpa ada rasa takut.“Lancang sekali kau mau bertemu dengan bos!” “Silahkan jika kalian mau menghabisi aku, tapi aku pastikan tidak akan mendapsatkan informasi apa pun dari ku,” Tegas Erland yang sengaja mengecoh para pengawal Dave. Suara langkah kaki mulai terdengar, membuat fokus Erland teralihkan ke depan. Sorot mata elang Dave membidik ke arahnya, membuat dia kaget sampai menelan ludah beberapa kali. “Tu-tuan Dave,” Erland tertegun. Dave yang sudah membendung amarahnya dari tadi denga