Home / Romansa / Kontrak Pemikat CEO Dingin / BAB XCVIII MISI TERSELUBUNG

Share

BAB XCVIII MISI TERSELUBUNG

Author: Ilastriasanim
last update Last Updated: 2025-06-04 22:00:17
"Halo, selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang florist dengan senyuman hangat pada sosok pengunjung yang baru saja masuk. Sapaan itu terbalaskan ketika pengunjungnya mulai menunjuk beberapa bunga yang ia pilih.

"Saya mau dibuatkan dua buket. Satu untuk istri saya, satu lagi untuk mertua saya yang sedang sakit," tutur Ken menunjuk di kejauhan pada Naira di balik kaca mobil depan yang setengah terbuka.

Florist itu termangu sejenak, melirik sekilas istrinya yang sedang duduk di kursi penumpang mobil. "Wah, pilihan yang bagus sekali, Tuan! Pasti akan jadi buket yang indah," pujinya, sambil tersenyum mengembang.

"Hm, terimakasih. Tapi maaf, bisakah dipercepat?" pinta Ken tersenyum tipis.

"Eh, ah iya baiklah, maaf. Mohon ditunggu lima belas menit ya, akan kami siapkan dua buket yang indah untuk pengunjung pertama kami," balas florist itu cepat, memanggil asistennya untuk segera merapikan dan memotong tangkai dan durinya.

Tak lama, dua buket bunga itu selesai. Florist
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CIX KEKASIH BARU

    "Kau bawa apa itu?" Irene melirik ke arah rantang ditangannya, lalu tersenyum. "Ah, ini titipan ibuku untuk Naira di rumah sakit," jawabnya sambil membuka pintu samping mobil milik pria itu. "Ibumu sangat perhatian sekali, ya?!" "Ya, betul sekali. Ibuku malah lebih perhatian pada Naira daripada putri kandungnya. Tapi aku tak pernah iri, karena uang Naira mengalir lancar untukku juga," selorohnya, sambil sibuk memakaikan sabuk pengaman, namun sedikit macet saat hendak menancapkannya pada gesper. Pria itu membantu menariknya pelan, mencari tali sabuk yang terlipat. Tanpa sadar tubuh keduanya sangat dekat, hampir menempel. Sejenak Irene reflek menatap wajahnya, keduanya saling beradu pandang selama beberapa detik. Tiba-tiba jantungnya terasa berdebar kencang. Aliran panas dari saraf otaknya begitu cepat berpindah menguasai rongga dadanya. Ia menelan salivanya dan buru-buru tersadar saat pipinya mulai memerah. Ia memalingkan wajahnya saat pria itu selesai menguncinya."Terimakasih," l

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CVIII MENANTI KEAJAIBAN

    Seminggu lebih Naira menantikan William tersadar dari komanya. Akhirnya terdengar pula kabar melalui sopir pribadi Ken yang menyaksikan terdapat gerakan kecil dari salah satu bagian tubuh William. Hatinya yang tak pernah berhenti berdo'a, hanya bersyukur dan berharap itu akan menjadi harapan besar yang sebentar lagi akan terwujud. Malam itu, suasana tegang menyelimuti mereka. Sekitar setengah jam dokter melakukan pemeriksaan, akhirnya ia keluar masih mengenakan pakaian lengkap perlindungan diri agar menjaga pasien tetap steril dari hal apapun. Raut wajah Naira yang penuh harap segera menghampirinya untuk bertanya, "Dok, bagaimana kondisi papa saya? Apakah beliau benar-benar akan kembali sadar?" Dokter menarik napas panjang, sambil melepaskan kacamatanya yang sedikit berembun. "Nona, setelah saya melakukan pemeriksaan terakhir tadi, memang betul apa yang dikatakan Bapak ini ..." tunjuknya pada sopir Ken. "...bahwa tuan William mulai menunjukkan tanda-tanda gerakan kecil. Namun, set

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CVII SEBUAH KABAR

    Naira melirik John dari sudut matanya. Ia menelan salivanya saat dua orang di hadapannya terlihat seperti saling beradu sarkatik yang diselimuti canda tawa. Padahal saat pertemuan pertama kalinya Ken mengajak ke cafe John, mereka tampak tak memiliki keganjalan apapun. Komunikasi mengalir seperti seorang keponakan bertemu pamannya yang sudah akrab sejak lama. Namun, malam itu sedikit jarak mata terlihat dari keduanya canggung dan kurang nyaman. Naira berdehem begitu suasana tiba-tiba menjadi hening. Obrolan itu seakan terhenti saat tawa Ken berakhir. John terlihat meminum kembali tehnya yang tersisa setengah, sementara Ken mengusap-usap kasar pahanya, sambil menaikkan kedua alisnya melirik Naira sedang menghela napas. "Sudah hampir pukul sepuluh lebih," ucap Naira tiba-tiba memulai obrolan berikutnya. "Ah, ya. Sepertinya ...tuan john ..." "Apa ini foto papamu?" tanya John menyela ucapan basa-basi Ken yang belum selesai. Ken dan Naira melirik ke arah tangan John yang tengah memeg

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CVI KEBETULAN YANG DISENGAJA

    Langit sudah gelap. Naira dan Ken malam itu menitipkan sebentar pada sopirnya menjaga William untuk kembali ke apartemen Naira dulu. Ada beberapa perlengkapan Naira yang tertinggal, jadi harus kembali dulu ke sana. Kali itu Ken mengemudi, dan Naira duduk di sebelahnya. Mobil melaju meninggalkan rumah sakit saat pukul sembilan tepat. Setengah jam lebih mobil Ken hampir tiba setelah melewati halte bus tempat Naira biasa naik kendaraan umum di sana. Saat mobil itu masuk melewati gerbang apartemen, Ken menyadari seseorang dengan wajah tak asing berdiri di sana seperti sedang menunggu di pinggir gerbang sebelah kiri. Ken membuka penuh kaca mobilnya, dan berseru menyapanya, "Tuan John?" John menoleh ke sumber suara. Tampak Ken dan Naira berada dalam mobil melirik ke arahnya. "Anakku ...? Kau? Hahaha ..." balasnya, terkekeh sambil melirik ke arah Naira yang tersenyum menyapanya. Ken pun keluar membuka pintu mobil dan memberi isyarat Naira untuk tetap menunggu. John pun menghampiri dengan

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CV ANTONY

    "Hai, salam kenal, Nona. Saya Antony!" Senyum terkembang dari garis bibir Laura menyalakan atmosfer kengerian antara keduanya saat pertama kali bertemu untuk sebuah tujuan 'Satu'. Antony sudah lama mendambakan momentum ini ketika terakhir urusannya tak memuaskan saat perjanjiannya dengan tuan Kendrick berakhir tragis! Sebuah botol wiski sudah lebih dulu berdiri tegak di atas meja sebelum Laura tiba di sana, sebagai jamuan awal agar lebih terasa hangat dan tak kaku. Ruangan lounge yang lengang dan hanya beberapa pelayan yang berdiri di balik meja panjang utama menawarkan beberapa pelayanan pada beberapa tamu eksklusif lainnya. Suara instrumen jazz yang lembut menambahkan suasana relax bagi setiap tamu yang datang hari itu. Dan tak ayal, rupanya Laura jago dalam hal meminang calonnya dalam sebuah urusan yang saling menguntungkan. Ia memulainya sebagai pemandu pertemuan itu, dengan membiarkan Antony menaruh satu gelas kecil untuknya. Dan dengan rasa haus akan penghormatan harga dirin

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CIV AGENDA BARU

    Setelah menjauhkan diri dari Laura, Ken dan Naira langsung menuju kantin rumah sakit. Keduanya memesan beberapa makanan untuk mengisi perutnya. Namun, rasa mual tiba-tiba menyerang Naira saat hendak menyantap makanan di meja. Ken yang menyaksikan seperti hari sebelumnya, segera bangkit dan mengantarkan ke toilet agar tak mengganggu yang lain yang sedang menikmati makan siangnya. Setelah beberapa menit Ken menunggu di luar toilet, Naira pun keluar setelah rasa mual itu berkurang. "Kau akhir-akhir ini selalu mengalami hal seperti ini, wajahmu juga sedikit pucat. Aku sangat khawatir dengan kondisimu, Nai," tukas Ken, sambil merangkul tubuh Naira berjalan menuju kursi besi tak jauh dari toilet. Naira mendesah pelan, ia mengusap dingin wajahnya yang berkeringat. "Aku baik-baik saja, Ken. Tadi pagi aku memang lupa minum vitamin. Kata dokter Ini hanya efek kelelahan saja, beberapa hari lagi aku akan membaik," kilahnya agar Ken tak mencurigainya. "Kau yakin?" "Ya, kau tak perlu khawati

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status