Atas permintaan seseorang yang berjanji melunasi utang puluhan miliarnya, Naira alias 'Cleopatra' pun setuju untuk pura-pura tidur bersama seorang pria tampan yang ternyata adalah Kendrick Wilson, CEO sebuah perusahaan batu bara! Namun siapa sangka, kekacauan luar biasa timbul setelahnya. Naira bahkan harus menerima kontrak pernikahan dari Kendrick yang telah disalahpahami keluarganya. Lantas, bagaimana nasib Naira? Belum lagi, seorang wanita dari masa lalu Kendrick kembali.....
view moreCekrek! Cekrek! Cekrek!
Tangkapan kamera beberapa kali memotret seorang pria muda bertubuh tegap. Pria itu memperlihatkan dada bidangnya. Seorang gadis pura-pura tertidur sambil memegang ponsel. Ia bersandar mesra di bahu pria yang tertidur pulas. Di ranjang itu, bau minuman beralkohol sangat menyengat. Gadis bernama Naira, alias 'Cleopatra', ini mencoba melakukan hal gila. Ia melepas pakaian luarnya dan kemeja pria itu. Pelan-pelan, ia kendurkan sabuk celananya, berusaha menciptakan adegan intim yang tampak alami. Hal itu ia lakukan karena sesuatu yang mendesaknya, membuatnya nekat masuk ke kamar hotel milik pria asing tersebut. "Semoga Anda tidak marah, tuan," bisik Naira lembut, sambil tersenyum cekikikan. Ia mengambil dompet pria itu dari balik celananya, dan mengambil kartu identitasnya. "Kendrick Wilson, umur tiga puluh tahun. Hm, CEO PT Golden Energy." Naira mengeja kartu nama di tangannya. "Wow, rupanya benar kata Antony, pria asing ini bukan sembarang orang. Aku beruntung tak salah orang dan tak sia-sia menjebaknya." Senyum seringai Naira menoleh ke arah Kendrick yang tertidur. Tubuh Naira mendekat menatap Kendrick, dan menyentuh wajahnya dengan usapan lembut jari telunjuknya. "Aku akan membuatmu membayar apa yang aku butuhkan saat ini, semoga tuan tampan mau bekerjasama," bisik Naira manja mengecup bibirnya sebentar. *** Suasana kamar yang hening tiba-tiba pecah. Kendrick berteriak. Ia mendapati dirinya tidur di samping gadis asing tanpa pakaian, hanya selimut yang menutupi mereka. Naira terperanjat dan bangkit dari tidurnya, Ia menyadari pria asing itu sudah sadar. Naira pun berteriak kaget, memasang ekspresi wajah seolah tidak sadar berada di kamar hotel bersama pria asing. Kendrick gelagapan mencari pakaiannya yang tercecer di lantai. Ia segera memakainya. Saat tak sengaja memungut pakaian dalam Naira, bola matanya membesar. Ia melemparkannya ke arah wajah Naira. "Anda siapa? Kenapa saya bisa tidur dengan Anda tanpa pakaian?" tanya Kendrick menyelidik. "Hey, harusnya saya yang bertanya, kenapa saya bisa tidur tanpa pakaian bersama Anda?! Anda pasti sudah melakukan sesuatu yang tidak pantas terhadap saya, Anda telah menodai ..." balas Naira terhenti ketika mata Ken tertuju ke bagian tubuh Naira yang tersingkap, Naira segera menutup bagian belahan dadanya dan memasang wajah geram. "Jaga ucapanmu! Saya tidak melakukan apapun terhadap Anda. Jangan-jangan Anda menjebak saya untuk bisa tidur dan siap-siap memeras saya." Tangkis Kendrick menekan sambil mengalihkan pandangannya. Mata Naira membelalak, dahinya mengernyit mengetahui pria di depannya terlalu 'to the point' bagi dirinya. Jangan sampai rencananya gagal, batin Naira memohon. "Hey, bagaimana caranya saya menjebak kamu?! Sementara saya tidak ingat dan mabuk. Saya juga tidak tahu kenapa ada di sini. Jangan-jangan Andalah yang sengaja menjebak saya, meniduri saya, lalu setelah itu Anda kabur tidak mau bertanggung jawab," balas Naira sedikit terisak berusaha memaksimalkan aktingnya untuk terlihat seolah menjadi korban. Kendrick mengusap wajahnya kasar, ia merasa ini seperti mimpi buruk. Bagaimana bisa ia tertidur di hotel dalam keadaan mabuk membawa seorang gadis masuk dan melakukan hal gila semalaman. Sementara ia merasa tubuhnya tidak merasa kelelahan. Tapi melihatnya telanjang dada dan gadis itu pun tak memakai pakaiannya, pikirannya sedikit kalut dan rasanya isi perut ikut mual setelah mabuk semalam. Ia pun duduk di tepi ranjang, tertunduk berpikir dan seketika mengingat sahabatnya yang menemaninya semalam tak ada. "Andrew, di mana kamu?!" gumamnya mulai menyadari. Tangannya mencari-cari ponsel miliknya di antara nakas, kolong tempat tidur, dan di bawah bantal. Tak lama ia menemukannya di balik selimut yang tergulung. Tangannya segera meraih dan mengetik nomor milik Andrew. Naira merapikan pakaiannya sambil berusaha mencuri dengar apa yang dibicarakan Kendrick terhadap temannya. Kendrick yang melihat tingkah Naira yang menyelidik langsung berpaling menjauh ke sudut kamar. "Halo Ken, ada apa?" Suara di ujung sana terdengar santai. "Hey, bajingan. Apa yang kau lakukan semalam?!" bisik Ken menggertak giginya. "Hahaha ... sorry Ken, kau terlalu mabuk. Jadi saya antarkan kamu ke kamar hotel karena saya tidak kuat memapahmu pulang. Semalam kau banyak meracau kemana-mana, saya tak tahan. Kau juga berat, hahaha ..." Andrew terbahak-bahak mengingat kejadian semalam bagaimana Ken sangat merepotkannya. Ken tak terima mendengar suara santainya. Ia mengepal erat tangannya, rasanya ingin memakinya secara langsung. "Kau tahu, gara-gara kau membawa saya ke kamar, saya jadi terjebak dengan gadis gila tak dikenal," balas Ken menekan. "Maksudmu apa? Saya tak paham Ken." Andrew mengernyit, mencerna apa yang diucapkan Ken. "Cepat datang ke hotelmu! Situasinya sangat membuatku ... " Grep! Ponsel Ken di ambil paksa Naira dan menyembunyikan di balik tangannya. Sementara suara 'halo, halo' dari ujung sana masih terdengar sampai Naira yang menutup sambungannya. "Tolong kembalikan ponsel saya, nona!" pinta Ken dengan suara beratnya. Namun, masih terdengar lembut. "Tidak! Saya tidak mau Anda melibatkan pihak lain untuk masalah ini. Kejadian ini hanya antara saya dan tuan. Jadi, tolong hari ini kita selesaikan bersama," hardik Naira mencoba menghindari Ken yang berusaha merebut kembali ponselnya. "Oke, saya akan selesaikan hari ini, tapi tunggu teman saya datang kesini. Karena ini adalah hotel milik keluarganya. Jadi saya ingin memastikan bukti cctv, apa yang terjadi antara Anda dan saya." Mata Naira membelalak, 'Hah cctv? Wah gawat! Aku harus kabur, sebelum semuanya datang dan menginterogasiku. Apalagi berhadapan dengan orang-orang seperti pria ini, tak mudah jika berurusan dengan banyak orang,' gumam Naira dalam hati. Tanpa pikir panjang, Naira melemparkan ponsel ke arah Ken yang tak siap menangkap. Ia berlari keluar menuju pintu dan membalik badan mengeluarkan sebuah dompet milik Ken. "Saya tahan milik Anda! Kalau Anda butuh ini, silahkan cari saya." Senyum manis sambil mengerlingkan satu matanya, Naira memainkan dompet milik Ken sambil berlalu pergi. "Hey, tunggu nona!" panggil Ken menyusul Naira yang cepat menghilang dari balik pintu. Ken yang berdiri mematung dengan pikiran kosong, melewati kejadian sekejap mata hanya mampu mengacak-acak rambutnya. Ia melempar tubuhnya di ranjang, menatap ke langit atap kamar hotel sembari mencoba mengingat-ingat kejadian semalam. "Apa yang terjadi semalam? Siapa gadis itu?" gumam Ken mengurut keningnya yang sedikit pusing efek mabuk semalam. ***Dua pria keluar ke arah ruangan depan, mengintip di balik tirai yang menghalangi jendela. Dan satu temannya menjaga John. Naira tengah berdiri sendiri di depan bangunan rumah kosong, menenteng koper berisikan uang sebagai pancingan dari rencana Ken sebelumnya. Di balik pohon besar dan tumpukan limbah tak jauh di sana, polisi sudah berjaga dengan senpi di tangannya. Sementara Ken dan andrew mulai menyelinap masuk ke dalam ruangan John di sekap, mengacungkan senpi ke hadapan pria yang berjaga di sana. "Angkat tanganmu!" serang Andrew melangkah hati-hati berkeliling mendekat ke arah John. Ken berganti posisi berdiri di balik punggung Andrew. Pria itu pun hendak menyeru memanggil teman-temannya, akan tetapi Andrew menggertaknya untuk diam jika ingin selamat. Namun, satu orang dari arah lain rupanya mengetahui keberadaan mereka yang menyelinap. Saat penjagaan Ken lemah, pria itu masuk dengan cepat mengalungkan pisau lipat ke arah leher K
Sekitar setengah sepuluh, matahari mulai bergerak melaju menuju atas kepala. Ken berangkat bersama Andrew menuju lokasi para penyandera. Sesuai janji, Ken akan mengirimkan sejumlah uang itu ke rekening mereka. Akan tetapi, Ken memiliki rencana lain agar para penyandera itu dapat tertangkap tangan para polisi yang sudah dihubungi sebelumnya. Sementara, Naira berada ikut dalam satu mobil polisi. Mengikuti arahan Ken dan Andrew, polisi akan datang setelah mereka mulai memastikan keberadaan John sesuai dengan titik yang Andrew dapatkan. Setibanya di sana, Ken dan Andrew bergerak pelan dan hati-hati. Di belakang saku Andrew, sebuah senpi jenis Glock-17 sudah tersangkut rapi sebagai jaga-jaga jika terjadi sesuatu. Mereka berdua menyelinap masuk ke sebuah bangunan tua yang sudah tak berpenghuni. Ruangan kumuh, kotor dan debu menempel di setiap sekat dinding. Beruntung sekat tersebut memuluskan keduanya melangkah mendekat ke arah target. Sekitar lima meter ke arah utara, terdengar sayup-sa
Ken segera melajukan mobilnya setelah mendapat file salinan dari Andrew setengah jam yang lalu. Tubuhnya bergerak cepat menuju apartemennya untuk segera menjemput Naira yang sudah menunggunya di sana. Matanya melirik tajam ke arah berkas itu. Satu sudut bibir naik begitu ingatannya kembali saat Andrew mengatakan, "Yes! Ketemu!", kedua kaki Ken langsung melompat dari sofa dan menyeret tubuhnya mendekat di belakang Andrew yang fokus menatap layar monitor berbentuk salinan cctv tempat titik sinyal nomor penyandera tersebut. Dalam sebuah rekaman itu, mereka menyaksikan bagaimana John di keluarkan paksa dari taksi yang membawanya semalam oleh dua orang bertopi hitam di pinggir jalan. Namun yang lebih mengejutkan, begitu sopir taksi itu meminta ampun, tangan John terlihat memberi lambaian yang membuat kepala sopir itu langsung manggut-manggut. Entah apa yang mereka lakukan, namun sikap aneh itu justru mencurigakan. Di tempat lain, Naira mondar-mandir di ruang tamu. Ponsel di tangannya te
Esok paginya, Ken datang menemui Andrew di ruang kerjanya. Andrew yang sedang teleponan dari semalam, terkesiap begitu Ken datang tiba-tiba. Ia mengucek matanya sekali lagi memastikan yang datang adalah sosok Ken. "Ndrew! Saya butuh bantuanmu!" ucap Ken terburu-buru duduk menghadapnya. "Hei, tunggu! Kenapa kau main terobos ke ruang kerjaku, hah?! Apa kau tak punya waktu bersama istrimu di pagi hari?!" sungut Andrew merasa ditodong tiba-tiba. "Sorry, ini mendesak! Kau harus bantu saya kali ini!" Dahi Andrew mengernyit. "Tidak mau! Baru saja minggu lalu kau menyuruhku. Lalu sekarang, pagi-pagi buta sekali kau mengganggu privasiku!" tampiknya memutar kursinya, membelakangi Ken. "Tolonglah ...saya masih ingat kok, hutang permintaanmu minggu lalu. Kali ini, tambah jadi dua ya?" Ken mengatupkan kedua tangannya di dada begitu Andrew spontan mencebik. "Hm, kalau begitu, saya minta kau pulang kembali untuk menepati hutang minggu lalumu itu!" usir Andrew menutup diri. "Tidak bisa,
"Anda jangan bermain-main dengan saya, ya?!" Suara Ken naik satu oktaf. Naira yang penasaran dengan apa yang di dengar Ken, ikut mendekatkan telinganya ke ponsel yang dipegang Ken. "Kalau begitu, berikan ponselnya pada tuan John. Saya ingin bicara." Mata Naira langsung mendelik. 'Tuan John? Ada apa dengannya?' batin Naira penasaran. Tak lama suara berat pria tua meringis meminta tolong agar Ken menyelamatkannya. "Anakku ..." Suara seraknya terdengar pilu begitu Ken membesarkan speakernya. Tangan Naira langsung menutup mulutnya yang sedikit terbuka dengan mata yang membelalak. "Benar. Itu tuan John!" bisik Laura hati-hati. Jantungnya tiba-tiba mencelos. Lalu melirik Ken dengan perasaan khawatir dan takut. "Anakku ...tolong bantu saya ..tolong ...saya di sekap pria tak dikenal. Mohon selamat—uhuk! Uhuk!" Suara di ujung sana terbatuk-batuk.
"Ken?" Naira mendongak tercengang menyadari tangan Ken menahan tisu itu berpindah ke tangan John. "Ah, Nak ...maaf, saya tidak bermaksud—" "Tak apa, tuan John. Hanya saja, saya beberapa kali menemukanmu sedang bersama istri saya. Saya merasa sedikit cemburu," potong Ken saat John mencoba meluruskan. John spontan tertawa dengan suara paraunya. "Ah, kau rupanya pria posesif, ya? Melihat istrimu dengan pria tua sepertiku kau curigai." "Ken, tuan John juga habis periksa kesehatannya disini, dan tadi aku tak sengaja menabraknya saat di pintu. Jadi, kami pun mengobrol sebentar," timpal Naira menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Namun, mata Ken ikut terfokus pada selembar foto dan kalung di tangan John. Alisnya sedikit menekuk, dengan helaan napasnya. "Oh, ya? Maafkan saya, tuan John. Saya jadi berprasangka buruk tentangmu," kilahnya me
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments