Home / Romansa / Kontrak Pemikat CEO Dingin / BAB XXXII PAPA MULAI INGAT

Share

BAB XXXII PAPA MULAI INGAT

Author: Ilastriasanim
last update Last Updated: 2025-03-31 17:52:55
Ken memperhatikan perubahan sikap Naira. Kekesalan dan amarah terpancar jelas dari caranya menarik lengannya menyusuri koridor. Namun, alih-alih merespons dengan serupa, Ken justru menyunggingkan senyum tipis di bibirnya, yang tak lama kemudian pecah menjadi tawa terbahak-bahak.

Naira, yang terlanjur diliputi amarah, hanya bisa mengerutkan alisnya, kebingungan terpancar di wajahnya.

"Kenapa kau tertawa?" tanyanya dengan nada bingung bercampur kesal. "Apa ada yang lucu? Apa kau sedang menertawakan hidupku?!"

Ken yang masih terbahak-bahak mulai perlahan mereda, tawa itu menyisakan senyum tipis di bibirnya sebelum akhirnya lenyap sama sekali. Geraknya menjadi lebih tenang saat tubuhnya condong sedikit ke arah Naira. Memegang kedua lengan Naira dengan erat, membuat Naira semakin kebingungan dan mencoba melepaskannya tapi Ken tetap menahannya. Dalam keheningan sejenak mata keduanya bertemu dan Ken menatapnya begitu dalam. Tanpa diduga, mendekapnya dengan sangat erat, ia membenamkan wa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXIII MASA LALU KELUARGA BAGIAN 1

    11 Januari 2020 "Cleo, gawat! Papa terkena masalah di perusahaanya! Di depan rumah kita sudah banyak orang yang demo!" Suara dalam sambungan telepon membuat Naira terbangun dari tidur pasca kepulangannya dari Amerika. "Bagaimana keadaan Papa dan Mama, Kak?" "Mereka syok dan kalut! Aku harus bagaimana ini? Aku stres sekali di sini. Keadaan di sini sedang chaos! Cepatlah kemari!" "O-oke, oke! Kau bertahan dulu di sana ya, kak. Jangan lakukan apapun sebelum aku tiba di sana. Tolong jaga Papa Mama." Sambungan telepon itu berakhir. Tubuh Naira yang baru saja istirahat satu malam setelah kepulangannya dari Amerika segera bangkit dan berkemas. Otaknya sigap mengatur tubuhnya untuk melakukan apa saja yang dipersiapkan untuk pulang ke rumah keluarganya. Ia juga langsung menghubungi Irene untuk membantunya. "Ren, tolong segera pesankan tiket dari Manila ke Jakarta! Ini darurat!" pinta Naira dengan nada mendesak. Dari ujung telepon, Irene segera mengiyakan dan bergerak cepat. Mentar

    Last Updated : 2025-04-02
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXIV MASA LALU KELUARGA BAGIAN 2

    "Apa yang telah kau lakukan terhadap perusahaan di belakang papa, Cleo?!" Suara Naira William menggelegar, penuh amarah dan tuduhan. Ia mendorong Cleo hingga membentur dinding ruang tengah keluarga. Cleo yang saat itu baru pulang dari Rumah sakit setelah menengok mamanya yang dirawat akibat hipertensi, hanya mengerutkan dahinya, bingung dengan kemarahan kakaknya yang tiba-tiba dan meledak-ledak. "Kau! Gara-gara kau! Perusahaan kita gagal bangkit, Cleo! Para pemegang saham mulai menarik sahamnya kembali saat tahu kau bekerja sama dengan orang brengsek itu!" Air mata mulai menggenangi mata Naira, raut wajahnya dipenuhi keputusasaan. "A-apa maksudnya, kak?" tanya Cleo semakin kebingungan. "Lihat ini! Kau baca!" Naira menunjukkan selembar surat dengan tangan gemetar. "Pemerintah akan menutup perusahaan kita jika hutang dan royalti tak dibayarkan! Dan kau tahu, si brengsek itu dalam dua pekan ini memanfaatkan perusahaan kita untuk kepentingannya sendiri! Sementara kau? Melakukan tanda

    Last Updated : 2025-04-02
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXV MASA LALU KELUARGA BAGIAN 3

    Sejak kejadian itu, Cleo dengan gigih menghubungi jajaran dewan direksi dan para pemegang saham yang masih setia. Rapat demi rapat kembali ia adakan, berusaha mencari secercah solusi di tengah badai yang tak terduga ini. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia pasrah jika kenyataan pahit di luar kuasanya harus terjadi. Kekuatan sahamnya yang hanya sepuluh persen terasa begitu lemah untuk melawan dominasi Antony. "Baiklah, Bapak-Ibu sekalian," suara ketua dewan terdengar berat, mengumumkan keputusan yang menghancurkan. "Mengingat kondisi perusahaan yang kian terpuruk dan demi mencegah kerugian yang lebih besar, maka dengan berat hati diputuskan secara bulat bahwa kepemilikan perusahaan ini akan dilimpahkan kepada pemegang saham mayoritas yang baru, yaitu Antony Caesar dari PT Timah Energy." Tepuk tangan menggema dari para wali yang mewakili pihak Antony, diikuti oleh sebagian anggota dewan lainnya yang menerima kesepakatan getir ini. Sementara itu, segelintir orang yang masih menaruh harapan

    Last Updated : 2025-04-03
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXVI MASA LALU KELUARGA BAGIAN 4

    "Pa-papa?! Ya ampun, kok Papa tiba-tiba ada di sini?" tanya Cleo, jantungnya mencelos dan suaranya tercekat. "Iya, Papa baru naik, mau lihat kamu dan Naira. Tapi... Papa tidak sengaja mendengarmu bicara dengan pria dan bilang hamil. Siapa yang hamil, Nak? Siapa pria itu?!" tanya William, nada suaranya sedikit meninggi dengan raut wajah tegang yang belum pernah Cleo lihat sebelumnya. Papa, yang belakangan ini sering mengurung diri dan berteriak-teriak tak jelas, malam ini tampak begitu fokus dan "normal". Ucapan Cleo yang samar itu jelas membuatnya curiga. Namun, baru saja Cleo membuka mulutnya, ragu dan sedikit takut untuk menjelaskan, tiba-tiba teriakan histeris seorang pelayan memecah keheningan dari lantai bawah. "Tuan! Tuan, tolong! Ibu Mala ... Ibu Mala pingsan!" "HAH?! Mama?!" Cleo langsung tersentak, kesadarannya kembali pada mamanya. Tanpa menjawab pertanyaan papanya, ia berlari panik menuruni tangga. William pun ikut menyusul dengan langkah tergesa menghampiri istriny

    Last Updated : 2025-04-03
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXVII PAPA AKAN PULANG

    "Dok, gimana kondisi papa saya? Sudah ada kemajuankah?" tanya Naira saat di ruang konsultasi. Dokter menghela napas lembut. "Setelah kami memantau selama tiga tahunan ini, kami mengamati tuan William sudah banyak kemajuan. Kami juga memantau bagaimana interaksinya dengan pasien lain mulai ada komunikasi dua arah, banyak mengikuti kegiatan yang kami berikan, dan membuat berbagai prakarya untuk mengisi waktunya. Tapi yang perlu ditekankan, tuan William tidak benar-benar sembuh. Akan tetapi selama masa perawatan ini sudah cukup untuk membuat beliau bisa kembali ke rumahnya. Kemungkinan, nona Naira bisa membawanya sekitar dua minggu lagi sampai kami benar-benar memastikan kestabilan emosinya dan tetap teratur minum obat." "Baik, dok. Saya paham soal itu," jawab Naira lega dan terharu. "Terimakasih atas bantuan selama ini. Kalau bukan karena dokter, papa saya entah akan seperti apa nasibnya." Usai konsultasi, Naira menemui Irene yang sudah menunggunya di luar. Ia menyampaikan apa yan

    Last Updated : 2025-04-04
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXVIII MENETAP DI PENTHAUS

    Persetujuan Ken untuk memindahkan Naira ke apartemennya langsung memicu rentetan telepon bernada tinggi dari Jasmine dan Cath. Mereka tak habis pikir, bagaimana bisa Ken, yang selama ini keras kepala, tiba-tiba menuruti permintaan wanita itu. Terpisah ruang dan waktu, rencana mereka untuk mengawasi gerak-gerik Naira terasa semakin sulit. Kekhawatiran mereka disadari saat Naira menghilang, Ken beberapa kali menelepon orang rumah, bahkan para pelayan ditanyai untuk memastikan keberadaannya. Dan setelah itu, sudah tiga malam berturut-turut kamar Ken gelap gulita saat Cath terbangun tengah malam untuk minum. Biasanya, ia selalu melihat celah cahaya dari bawah pintu kamar kakaknya, tanda bahwa Ken masih terjaga dengan pekerjaannya. Ketidakhadiran Naira seolah menarik Ken dari rutinitasnya yang kaku. Cath mencurigai jika Naira sudah melakukan hal licik lainnya yang membuat kakaknya tidak memiliki sikap yang tegas. Entah kejadian apa yang membuat Ken akhirnya manut den

    Last Updated : 2025-04-04
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXIX MASAK PERTAMA KALI

    Tenggorokan Naira tercekat, "Toloong ... Tolooong ..." teriak Naira panik memecah keheningan pagi dari arah dapur. Jantungnya berdebar kencang, rasa takut menjalari setiap inci tubuhnya. Ken yang sedang memakai kancing kemejanya, hendak bersiap pergi ke kantor, sontak keluar kamar menemui arah suara Naira yang minta tolong. Tampak asap mengepul di ruangan dapur dan api yang tertutup lap basah masih menjilat-jilat, ganas menyembur ke arah minyak di wajan. Aroma hangit menusuk bercampur bau gosong. Tanpa pikir panjang, Ken bergerak cepat. Dengan sigap, tangannya meraih kenop kompor dan memutarnya hingga mati. Kemudian ia menyambar lap bersih lain, di basahkannya di bawah keran air, lalu melemparkannya dengan tepat ke arah api yang merambat. Beberapa detik berlalu, perlahan api itu menyerah, padam menyisakan jejak jelaga dan bau asap yang menyengat. Ken menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum akhirnya menoleh ke arah Naira. Gadis itu masih berdiri membatu di ambang pintu

    Last Updated : 2025-04-05
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XL BERTEMU "SESEORANG"

    "Mari kita langsung saja adakan rapat bersama, mengingat percakapan terakhir kita di telepon, dan beberapa surel yang dikirimkan asisten Anda, itu cukup membantu komunikasi kita selama ini berjalan cukup baik." Kendrick mulai melakukan percakapan dengan nada datar namun tegas, matanya menatap lurus ke arah pria di hadapannya "Wah ... sungguh Pak Ken seorang pria ambisius dari ayah veteran, hahaha ..." Pria itu menyambut perkataan Kendrick dengan tawa berderai, matanya menyipit jenaka di balik garis-garis halus di sudutnya. "Anda memang pria yang tak suka basa basi. Padahal, ini pertama kalinya kita bertemu secara resmi. Bagaimana kalau kita minum dulu, tuan? saya sudah lama tak minum setelah berada di negara yang melarang peredaran minuman keras. Ini membuat saya jadi rindu, hahaha," lanjutnya, sambil mengangkat gelas kecilnya. Sorot matanya penuh harap namun menyimpan sebuah makna tersembunyi. Ken ikut tergelak, seulas senyum tipis namun profesional menghiasi wajahnya begitu pria

    Last Updated : 2025-04-05

Latest chapter

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXVII ANTARA CINTA DAN BENCI

    Sekitar pukul sembilan pagi, Naira kembali ke apartemen miliknya. Sebelum berpisah dengan Ken, ia sudah mengabari papanya akan pulang. Ken juga mengizinkannya, dan mengantarnya sampai halte tempat Naira turun dekat apartemennya. Hal itu mereka lakukan untuk menghindari kecurigaan William. Ia menemui papanya yang tengah menyiapkan sarapan pagi di meja makan. Senyum hangat dan rasa rindu berhari-hari tidak bertemu, membuat William terlihat antusias menyambut kedatangan putrinya. "Selamat pagi, Nak. Ayo, sarapan dulu. Kau pasti lelah beberapa hari menangani masalah perusahaanmu itu," sapa William mempersilahkan Naira duduk di hadapannya. Naira pun menerima sambutan hangat papanya dengan senyum merekah dari bibirnya. Matanya berbinar menatap banyak makanan dengan asap yang masih mengepul. "Wah ...Ini terlihat lezat sekali," ucapnya, tak sabar ingin segera menyantap. Ia pun mengambil satu sendok olahan daging campur sayur dan dimasukkannya ke mulut dengan lahap mengunyahnya. "Um, yummy

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXVI ANAKKU ...?

    Dahi Naira mengenyit, melirik sekilas ekspresi Ken yang juga tampak termangu mendengar John mengeja namanya dengan penekanan. Dengan sedikit rasa ingin tahu, Naira bertanya kepada pria paruh baya di hadapannya, "Maaf, apa Om sedang mengingat seseorang yang dikenal?" Tersadar dari keterdiamannya, John menjawab sedikit terbata, "A-ah ...ti-tidak! Mungkin hanya pikiran saya saja yang sedang melantur. Saya hanya teringat seseorang, tetapi nama William tentu bukan satu-satunya di negeri ini." Ia menambahkan tawa yang terdengar dipaksakan. Ken menimpali, berusaha menengahi suasana kikuk di antara mereka, "Sepertinya cafe kecil ini ramai sekali sampai membuatmu sedikit gugup saat mendengar nama yang hampir kau kenal." John mengangguk kecil, lalu tertawa, "Ah, ya, sepertinya begitu. Maklum, sudah kepala lima, hahaha ... seperti ayahmu saja. Ngomong-ngomong, bagaimana kabarnya, Ken?" tanyanya, mengalihkan pembicaraan. Ken membalas dengan sedikit menyindir, "Baik, baik sekali. Namun, se

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXV KABAR YANG MENYAKITKAN LAURA

    Laura menggeser kasar kursinya hingga berderit. Ia keluar dengan langkah lebar dan wajah yang merah padam mendekati Naira secara berhadapan. "Kau?! Apa kau benar-benar istrinya Ken?" tanyanya dengan nada yang menekan dan suara napas yang menderu. Jantung Naira mencelos, napasnya sedikit tercekat. Ia berusaha menegakkan wajahnya memandang Laura yang menatapnya lekat dengan tatapan seolah hendak membunuh. Ia mengembuskan napasnya pelan, berusaha untuk menguasai dirinya. Jemarinya ia gerakkan, agar ketegangan sedikit mengendur dalam dirinya. "Ya, nona Laura!" jawabnya pelan dan suara sedikit bergetar. "Maaf, pertemuan pertama kita harus mengetahui kalau saya sudah jadi istrinya." Mendengar hal itu, darah Laura semakin mendidih. Kepalan tangannya yang erat, reflek menampar Naira, namun dengan kecepatan tangan Ken yang menahannya, tangan itu tak sampai mengenai pipinya begitu Naira reflek menghindar sambil memejamkan matanya. Sontak mata Jasmine melebar, di tambah tangan Cath yang menc

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXIV OPERA MAKAN MALAM

    "Ken?" gumam Laura, terkejut dengan mulut terbuka. Kilatan matanya menangkap dua sosok di hadapannya. Semua mata tertuju pada kehadiran Ken dan Naira yang baru saja tiba dan menyapa semuanya. Dalam satu meja itu, hanya ekspresi Wilson yang terlihat biasa saja. Sementara Jasmine dan Cath, ikut terkejut dengan keberanian Ken menunjukkan istrinya di depan keluarga Laura. Ketakutan dan kegelisahan semakin menerpa keduanya. Di mana selama ini, Cath selalu menghubungi Laura dan mengatakan hal-hal tentang kakaknya yang masih mencintainya. Dan Jasmine, di hari sebelumnya yang menjanjikan pertemuan setelah mendapatkan hadiah dari Laura, kali itu membuatnya tak bisa berkutik dan tak berani menjelaskan keadaan sebenarnya. Sementara orangtua Laura sangat syok karena pertemuan itu memunculkan orang baru yang membuat benak mereka bertanya-tanya, "Siapa gadis itu?" "Apa-apaan ini, tuan Wilson?! Kenapa? Kenapa Ken membawa seorang perempuan lain, sementara kita akan membicarakan pertunangan anak k

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXII PERTEMUAN KELUARGA

    Orangtua dari pihak Laura baru saja tiba di depan rumah utama keluarga Wilson. Mereka disambut baik para pelayan yang sudah menunggunya di pelataran depan rumah. Jasmine dan Cath sudah berdiri di dalam, siap menyambut kedatangan keluarga Laura. Sementara Wilson masih di ruang kerjanya, ia masih menelepon seseorang dan terdengar pembicaraan serius. "Ya, ya, ya. Malam ini saya akan menemui putraku. Surat itu memang belum sempat kutanyakan padanya. Kau jangan terburu-buru. Karena ini bisa saja beresiko ke depannya," ucap Wilson dengan nada suara yang terdengar menenangkan, namun sedikit menyimpan kekhawatiran di dalamnya. "Kau percaya saja padaku, ini tak akan lama. Kalau begitu, saya tutup ya, panggilan ini. See You, Sir." Wilson mengakhiri sambungan telepon itu. Ia menghela napas berat. Garis kerut di dahinya menonjol, ia mengusap wajahnya kasar. "Ck. Ken ...Ken ...bagaimana ini?" gumamnya, sedikit mengurut keningnya, tampak khawatir. Matanya menyiratkan seolah tengah berpikir sesu

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXII HARI PERTAMA BERKENCAN

    Ken menghampiri Naira yang bersembunyi di balik pilar, lalu dengan cepat menarik tangannya dan bergegas meninggalkan tempat itu. Sedikit terkejut, Naira hanya pasrah mengikuti langkah Ken menuju mobilnya. Ken membukakan dan mendudukannya di kursi penumpang, dan memakaikan sabuk pengamannya. Dengan langkah lebar, Ken segera memutar ke arah sisi pengemudi, dan duduk di kursinya. Ia melirik Naira yang masih terdiam dengan tatapan kosong ke depan. Perlahan, tangan Ken meraih tangannya dengan lembut, dan menggenggamnya sambil menundukkan wajah. "Maafkan aku, Sayang ..." gumam Ken lirih, suaranya terdengar berat. "Maaf, aku tak tahu jika dia berada di sana tadi. Dan menemukanku, sedikit jauh darimu." Mendengar permintaan maaf Ken, perasaan Naira yang campur aduk sedikit mereda. Ia pun meletakkan tangan satunya lagi di atas genggaman Ken. "Tak apa. aku ...hanya sedikit terkejut, mungkin aku sendiri yang terlalu kaku, mengingat hubunganmu dengannya terjalin cukup lama, jadi hal seperti itu b

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXI TELEPON DARI WILLIAM

    "Kau di mana, Nak?" tanya William, dalam sambungan telepon dengan suara yang terdengar khawatir. "Um, maaf Pa, aku baru mengabarimu, aku ...sedang di rumah Irene. Aku sedang memiliki urusan pekerjaan dengannya, jadi maaf untuk beberapa hari aku tidak pulang dulu ya, Pa," "Kau sedang tidak bersama pria itu, kan?" tanyanya lagi membuat Naira sejenak termangu. Mata Naira melirik sekilas ke arah Ken yang sedang tersenyum di sebuah butik pakaian pria. "Ah, ti-tidak Pa, aku sudah lama tak menghubunginya," jawab Naira cepat, dengan jantung yang sedikit deg-degan. Sejenak hening, William tidak meresponnya. Suasana ruangan toko cukup tenang, membuat William di ujung sana tak begitu mencurigai keberadaannya. Saat itu Naira menelepon di samping ruang ganti pakaian. Sementara Ken berada di antara area rak pakaian dan sepatu. Ia masih fokus memilah-milah model sepatu sambil sesekali melirik Naira dengan tatapan lembut, tersenyum sambil melambaikan tangannya.

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXX SEPULUH TAHUN YANG LALU

    Siang itu, Ken baru saja pulang dari tempat kuliahnya. Ia berjalan melewati lorong rumahnya untuk menuju ruang kerja khusus papanya yang berada di paviliun. Ia ingin tunjukkan piagam penghargaan dari universitasnya karena sudah memenangkan kompetisi bisnis internasional. Hari yang cerah itu diiringi suasana hati Ken yang bahagia dengan pencapaian yang baru saja di terimanya. Senyum merekah terpatri sepanjang jalannya. Namun langkahnya terhenti ketika ia tidak sengaja menubruk salah satu pria seumuran papanya, menjatuhkan beberapa lembar kertas yang membuat mata Ken sejenak terpaku, kertas bertuliskan 'Surat Perjanjian Hak Milik Perusahaan' dengan di sebelahnya, kertas bertuliskan 'Surat Perjanjian Adopsi Sementara', ia pandang selama beberapa detik sebelum pria itu terburu-buru mengaisnya dan merapikannya. Wilson, papanya yang sedang duduk bersama satu pria berambut pirang, ikut terkejut mengetahui keberadaan Ken yang berdiri di pintu paviliun. Situasi sejenak hening dan terasa cangg

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXIX SEBUAH KEJUJURAN

    Ken mengerjapkan matanya, begitu suara ponsel berdering membangunkannya. Dalam pandangan samar, tangannya meraihnya di atas nakas. Ia mengucek matanya menatap sebuah panggilan masuk dari mamanya. Dengan suara yang masih parau, ia mengangkatnya, "halo, Mam, ada apa?" "Ken, apa kau sedang bersama Naira?" tanya Jasmine sedikit merendahkan suaranya. Ken melirik sekilas di sebelahnya, sosok Naira sudah tak ada. Terdengar suara air mengalir di kamar mandi. "Ah, dia, dia sedang di kamarnya, Mam," "Baguslah! Kau tahu tidak jika Laura kemarin ke apartemenmu?" Jasmine langsung ke inti pembicaraan. Sejenak Ken terdiam sedang mengingat kejadian kemarin. Apakah mamanya yang membuat Laura pergi dari penthousnya? Karena akhirnya menanyakan kembali padanya. "Aku tidak mengundangnya, Mam," jawab Ken dengan nada yang malas. "Aish! Kau ini bagaimana?! Diundang atau tidak, tapi dia itu pacarmu, Saya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status