Home / Romansa / Kontrak Pemikat CEO Dingin / BAB LXIII DIBERHENTIKAN TANPA ALASAN

Share

BAB LXIII DIBERHENTIKAN TANPA ALASAN

Author: Ilastriasanim
last update Last Updated: 2025-04-18 22:38:28
Dug! Dug! Dug! Suara pintu ruang kerja Ken di gedor begitu kencangnya. Keisya yang mendengar dari arah ruang kerjanya, terkejut melihat seorang karyawan bersikap tidak sopan.

"Bu Naira?! Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Keisya dengan raut wajah sinis.

"Maaf, Bu. Tolong biarkan saya masuk menemui pak Ken,"

"Apa maksudnya? Kau tidak semudah itu masuk sembarangan, kecuali atas perintah pak Kendrick langsung," sela Keisya mencegah Naira yang beberapa kali mengetuk pintu begitu keras.

"Tadi saya baca di grup internal tim humas, bahwa pak Ken memberhentikan saya tanpa alasan." Suara Naira terdengar sedikit meninggi, sorot mata tajamnya terpancar. "Saya tak terima pak Ken memperlakukan semena-mena pada karyawannya yang baru seminggu bekerja." Naira terus bersikeras berbicara pada Keisya dengan suara yang lantang. Sementara di dalam ruangan, Ken duduk termenung di meja kerjanya, sambil mendengarkan suara Naira yang sedang berteriak memanggilnya. Ia menyilangkan kakinya, samb
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XCVII KALA ITU ...

    "Sayang... selama Papamu belum sadar, kau tinggallah bersamaku. Nanti... aku akan menyewa perawat untuk menjaganya bergantian denganmu," Ken memulai pembicaraan saat Naira tengah menyiapkan beberapa lembar pakaian untuk dibawa ke rumah sakit. "Entahlah, Ken. Aku tak yakin akan setenang itu meninggalkan Papa di sana dan bisa pulang ke apartemenmu setiap hari." "Apa kau akan terus bermalam di sana sendirian?" tanya Ken hati-hati. Naira menoleh, menghentikan aktivitasnya sejenak seolah berpikir. Ia menghela napas, lalu menggelengkan kepalanya. Ken bangkit dari ranjang Naira, yang sempat ia tiduri sambil menunggu Naira membersihkan apartemennya setelah beberapa hari ditinggalkan. Kakinya melangkah ke arah bingkai foto yang memperlihatkan Naira kecil bersama William, keduanya tampak tersenyum berpelukan. Tangannya meraih satu bingkai foto lain di sampingnya, foto keluarga lengkapnya. Ia menghela napas dalam. "Apa kau tak ingin mencari tahu siapa ayah kandungmu yang sebenarnya, Nai?"

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XCVI BERMALAM DI RUMAH SAKIT

    Malam itu, aroma tanah basah menyelimuti RS Sehat Sejahtera. Ken baru saja memarkir mobilnya, lalu melangkah cepat menuju ruang ICU tempat ayah mertuanya dirawat. Di lorong yang temaram, Naira dan Irene tampak duduk menunduk, terkantuk-kantuk. Ken melirik layar monitor kecil; suara bip ICU terdengar normal, namun rasa dingin menyusupi kulit siapa pun yang menunggu. Ken menghampiri Naira, lalu duduk perlahan di sampingnya agar tak membangunkannya. Ia meletakkan dua kantong makanan yang dibawanya dan melepaskan jaketnya, hendak menutupi punggung Naira yang hanya terbalut kemeja tipis. Rupanya Naira tersadar saat Ken sudah di sisinya. Lamat-lamat ia membuka mata, bergumam serak, "Ken?" Irene, yang juga di samping Naira, ikut terbangun dan menatap Ken. Keduanya pun meregangkan pinggang, bersandar di kursi besi. "Sayang, pakai ini. Kau kedinginan," bisik Ken lirih, memakaikan jaketnya ke tubuh Naira. Naira menerimanya. "Kalian pasti belum sempat makan malam. Ren, makanlah. Saya bawakan du

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XCV KEDATANGAN LAURA

    Ken bergegas meninggalkan kantor papanya, pikirannya dipenuhi kekacauan setelah mendengar kebenaran tentang ayah kandung Naira. Rapat yang Keisya ingatkan seolah luput dari perhatiannya, namun ia tahu harus kembali. Langkahnya cepat, dorongan untuk segera memberi tahu Naira membakar, tapi kenyataan William masih koma menamparnya. Terlalu riskan. Naira tak akan percaya jika bukan William sendiri yang berterus terang—ayahnya, setidaknya untuk saat ini. Setibanya di depan pintu ruang kerja, Keisya menghentikannya tiba-tiba, seketika langkahnya terhenti dan menoleh. "Ada apa Kei?" tanya Ken keheranan. Keisya tampak gelisah, jari-jarinya meremas map di tangannya, sorot matanya menatap ragu ke arah pintu ruang kerja Ken. Jelas ada sesuatu yang mengganjalnya."Pak, ma-maaf ...tadi ...saat Anda keluar, ada seseorang yang memaksa masuk dan ...menunggu di dalam," ucapnya lirih dan hati-hati. Satu alis Ken terangkat, melirik ke arah pintu ruangannya. "Siapa?" tanyanya penu

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XCIV PERTAMA KALI

    Naira masih duduk termenung di kursi besi rumah sakit, dinginnya menembus pakaian tipisnya. Siang itu, hujan kembali mengguyur kota, suara rintiknya berpadu dengan dengungan konstan peralatan medis di dalam. Suasana rumah sakit sibuk dengan para perawat yang bergegas lewat membawa buku pasien, dan suara derit kursi roda membawa pasien dengan berbagai riwayat terdengar melewatinya di depan. Tatapannya menoleh kembali ke arah ruang ICU (Intensive Care Unit) yang lengang dan sepi. Tampak di dalamnya sosok William terbaring lemah dengan semua selang infus dan peralatan medis lainnya yang terpasang di tubuhnya. Layar monitor pasien juga menampilkan tanda vital, garis-garis hijau yang berdenyut pelan, seolah menari di antara hidup dan mati. Tak berselang lama, suara ponselnya berdering menyadarkan lamunan Naira yang sendirian. Naira melihat layar ponsel, Irene meneleponnya. Ia pun mengangkatnya pelan, "Halo, Ren," "Nai, bagaimana keadaan papamu? Maaf sekali aku terlambat mengetahui, tad

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XCIII RAHASIA WILSON

    "Halo, Ndrew, bagaimana hasilnya?" suara Ken terdengar renyah dari mode panggilan telepon, menggema di ruang kerjanya yang sunyi pagi itu. Ia menatap ke luar jendela, menanti jawaban."Ya, Ken. Mohon maaf, tadi pagi saya baru membacanya. Setengah jam lagi, stafku akan mengirimkan filenya via email langsung padamu," jawab Andrew di ujung sana, terdengar sedikit terburu-buru. "Baiklah, terima kasih," tutup Ken mengakhiri panggilan tersebut. Ia berjalan ke arah jendela, menatap pemandangan kota yang mulai sibuk. Tak lama, sosok Keisya masuk ke dalam ruangan, mengetuk pelan pintu sebelum masuk, lalu memberi hormat pada Ken."Pak Ken, Tuan Wilson ingin bertemu denganmu di kantornya. Tadi beliau meneleponmu, namun kau sepertinya tak mengangkatnya," lapor Keisya hati-hati, pandangannya sedikit waspada. Ken membalikkan tubuhnya menghadap Keisya dengan ekspresi wajah datar. "Katakan saja padanya, hari ini tak bisa menemuinya. Saya sedang sibuk," balasnya, kembali menghadap ke arah luar jend

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XCII ASAS PRADUGA KEN

    Setibanya di rumah sakit sehat sejahtera, Naira dan Ken langsung berlari ke arah UGD. Seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan tersebut, menahan Naira yang hendak menerobos masuk ke dalamnya. "Mohon maaf Nona, Anda siapa?" tanya dokter itu sedikit terkejut dengan kedatangan mereka. "Saya Naira, putri dari pasien William Morgan, bagaimana keadaannya, dok?" ucap Naira dengan suara gemetar dan tampilan mata yang merah dan sedikit basah. Dokter itu pun menuntun mereka ke sebuah ruangan konseling yang lebih tenang dan duduk berhadapan dengan mereka, menatap satu per satu wajah yang dipenuhi kekhawatiran. "Baik, Nona Naira. Saya harus menyampaikan kondisi tuan William sejujurnya." Ia berhenti sejenak, mengumpulkan kata-kata. "Tuan William mengalami benturan yang sangat keras di kepala saat kecelakaan. Benturan itu menyebabkan pembengkakan pada otaknya dan juga ada pendarahan di dalam. Kami sudah melakukan operasi untuk mengurangi tekanan pada otaknya dan menghentikan pendarahan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status