Share

Bab 3. TTM, Tiba-Tiba Menikah

last update Last Updated: 2024-07-01 00:06:04

“Si—silakan, Pak Adam.” Suara Irene terdengar lemah menjawab Adam.

Adam pun menghampiri Irene yang sudah duduk di salah satu sofa yang disediakan, kemudian meletakkan beberapa berkas di hadapan gadis muda itu seraya berkata, “Background checked. Anda bermasalah di pekerjaan sebelumnya.”

Deg!

Jantung Irene seolah berhenti sesaat ketika Adam menyebut insiden yang terjadi padanya beberapa hari yang lalu. Terlebih lagi, ada foto dan data Irene di berkas yang baru saja diletakkan di depannya.

Spontan ia membantah, “Tapi saya tidak bersalah! Saya—”

“Saya tahu,” potong Adam sambil mengangkat telapak tangan ke arah Irene, memintanya untuk tenang. “Saya hanya menyebut kalau Anda bermasalah di pekerjaan sebelumnya.”

Lagi, Adam melanjutkan, “Kalau tidak bersalah, berarti maksudnya Anda dijebak?”  

Dahi Irene mengkerut, heran karena sepertinya Adam sangat mengetahui apa yang terjadi padanya di perusahaan lama. “Bagaimana Anda tahu kalau saya bermasalah di perusahaan lama saya?”

“Sepertinya Anda tidak sadar ke mana Anda mencari kerja? Anda akan bekerja di Bright Co.Ltd. Sebagai mantan sekretaris, seharusnya kamu tahu posisi saya.”

Mendengar nama perusahaan itu, Irene pun memekik, “Bright Co.Ltd?!”

Bright Co.Ltd adalah Induk perusahaan dari perusahaan lama di mana ia dipecat–D’Bright Distributor. Dan Adam Bright adalah pemilik sekaligus CEO di perusahaan itu.

Saking terlalu larut dalam masalahnya, ia menyerahkan semua begitu saja pada Giana dan sang kakek, termasuk memasukkan CV dan surat lamaran untuk didaftarkan.

“Aku bahkan tidak sadar saat menerima email dari Pak Leon. Bodoh sekali aku,” tegurnya pada diri sendiri dalam hati.

Terdengar dengusan geli dari pria di depannya. Sudah jelas sepertinya Irene tidak akan diterima di sana.

Namun, Adam berkata, “Well, selamat, kamu berhak mendapatkan imbalan satu milyar, melihat hasil tesmu.”

Rahang Irene seperti terjatuh mendengar keputusan Adam tersebut. Pikirannya masih ragu menerima kabar gembira tersebut.

“Bisa kamu pakai untuk membayar uang yang dituntut oleh perusahaan lamamu,” tambah pria yang hanya mengenakan kemeja santai itu.

“Argh! Dia bahkan tahu soal itu?!” pekik Irene dalam hati.

Namun yang terpenting saat ini adalah ia berhak mendapatkan imbalan yang disebutkan Adam barusan. 

Memberanikan diri, Irene pun bertanya, “Jadi, apa saya benar bisa mendapatkan uang satu milyar itu?”

Adam tersenyum tipis, hampir tak terlihat. “Sure. Untuk menerima uang itu, silakan Anda baca perjanjian ini.”

Tangan Irene meraih sebuah dokumen yang disodorkan padanya, kemudian membaca dengan cepat isi dari berkas itu. 

Netranya membelalak ketika ia membaca kewajiban dari pihak yang menerima uang imbalan. 

‘Menikahi pihak pemberi uang imbalan?! Apa ini?! Dia sedang cari istri?!’ pekiknya tanpa suara. 

“Pak Adam. Sepertinya ini berkas yang salah. Di sini tertulis kalau kewajiban saya adalah menikahi Anda—”

“Memberikan keturunan, tepatnya. Anda belum membaca sampai habis. Dan harus bayi laki-laki.” Adam meluruskan. 

Pandangan Irene terasa berputar-putar mendengar ucapan Adam yang menurutnya sama sekali tidak membantu meredakan kebingungannya. 

“Tu—tunggu dulu. Apa maksudnya ini, Pak? Jadi, kalau saya mau mendapatkan imbalan satu milyar itu—”

“Menikah dan memberikan keturunan untuk saya,” imbuh Adam tak sabaran. 

Pria itu juga menambahkan, “Hak asuh juga akan jatuh ke tangan saya. Setelah semua selesai, Anda bisa memilih untuk tetap bekerja di perusahaan atau mengundurkan diri.”

Dunia dan bayangan Irene seketika runtuh. ‘Ha?! Ini apa seperti pernikahan kontrak seperti yang ada di novel-novel itu?! Apa aku sudah gila kalau aku menerima semua syarat ini? Tapi aku sudah didesak untuk segera membayar uang itu.’

Irene pun mencoba peruntungannya dengan negosiasi. “Apa saya bisa meminta waktu untuk mempertimbangkan hal ini, Pak Adam? Saya tidak menyangka kalau akan ada syarat seperti ini.”

Sayangnya, tanpa jeda Adam langsung menolak permintaannya itu. 

“Syarat ini hanya akan saya berikan Selama percakapan kita berlangsung. Di luar dari pertemuan hari ini, syarat itu tidak berlaku dan tidak akan ada imbalan 1 milyar.”

Irene semakin panik. Ia mencoba berbincang dengan Adam sambil menimbang keputusannya untuk menerima atau menolak syarat tersebut. Dan tentu saja, melakukan dua hal berat dalam waktu bersamaan tidak akan bisa membuatnya tenang dalam mengambil keputusan.  

Mulai tidak sabar, Adam mencoba menyudahi percakapan mereka, “Kalau Anda keberatan, saya bisa mencari kandidat lain—”

“Saya setuju!” seru Irene tanpa berpikir panjang lagi. Ia takut kehilangan kesempatan untuk menyelesaikan satu masalah jika tidak menyetujuinya saat ini.

Adam yang sudah setengah berdiri dari tempat duduknya, kembali ke posisi semula dengan raut wajah penuh kemenangan. 

“Anda bisa menandatangani dokumen itu sekarang, kemudian saya akan meminta sekretaris untuk mentransfer uangnya.” Kini Adam terlihat memamerkan senyum lebarnya pada Irene. 

Namun, Irene tidak bermaksud begitu saja menerima syarat tersebut. 

“Pak Adam, sebelum saya menandatangani, apakah saya boleh menambahkan syarat dari saya?” tanya Irene memberanikan diri bersikap tak pantas. 

Gadis muda yang memang tak bisa diremehkan itu hanya tiba-tiba melihat adanya celah untuk bisa mendapatkan kembali harta warisan yang direbut paksa dari tangannya itu.

Senyum di wajah Adam menghilang berganti lengkung tak setuju dengan kerutan di dahi. 

Pikirnya, ‘Perempuan ini berani sekali. Tapi hasil tesnya yang paling tinggi. 98% bisa melahirkan anak pertama laki-laki. Dibanding yang lainnya, dibawah 60%. Makan waktu lebih lama kalau mencari kandidat lain.’

Dengan berat Adam kemudian bertanya, “Saya dengarkan dulu apa syaratnya.”

Wajah Irene terlihat sumringah. Baginya mendapat kesempatan Adam mau mendengarkannya lebih dari apa yang ia bayangkan. Ia sudah berpikir kalau dalam sekejap ia akan diusir dari sana tanpa mendapatkan sepeserpun imbalan.

“Pernikahan adalah hal besar untuk perempuan. Apalagi sampai harus mengandung dan melahirkan anak, Pak Adam. Sejujurnya bahkan 1 milyar pun tidak bisa membayar semua keputusan berat itu.” 

Adam terlihat mengerutkan dahinya, merasa kesal karena ia seperti sedang diceramahi oleh seorang ahli agama. Namun, karena ia sudah berkata bahwa ia akan mendengarkan permintaan Irene, tak ada niat darinya untuk membantah.

Kemudian Irene melanjutkan dengan memberitahu syarat yang ingin dimintanya dari Adam ganti pernikahan dan kehamilan yang akan ia jalani. 

“Tapi kalau Anda bisa membantu saya mengambil kembali harta warisan yang direbut paksa oleh teman saya, saya akan melakukan semuanya itu.”

Kerutan di dahi Adam pun menghilang. Ia kemudian bertanya, “Apa saja warisannya?” 

“Sebuah rumah, sebidang tanah dan 1 unit mobil tipe city car.”

Adam terkekeh singkat. “Relakan saja mobilmu. Saya bisa membelikan mobil lain kalau hanya city car. Sebutkan saja merek yang Anda inginkan.”

Wajah Irene semakin berbinar mendengarnya. Ia sangat ingin memiliki mobil keluaran mitzubizi terbaru itu. 

Lagi, Adam melanjutkan, “Akan saya minta sekretaris saya mengganti isi perjanjiannya sesuai syarat yang Anda sebutkan.”

Irene tak bisa lebih senang dari sekarang. Ia tidak menyangka keberaniannya berbuah manis. 

Segera Adam menelepon seseorang dan memerintahkan untuk mengganti beberapa klausul sesuai permintaan Irene.

Ia bahkan menambahkan beberapa kewajiban terkait pemenuhan kebutuhan hidup Irene di Italia. Termasuk mobil yang diinginkan dan juga supir yang akan mengantarnya dari dan ke kantor. 

Tak lama kemudian, seorang pria muda berpakaian rapi memasuki ruangan itu dan memberikan dokumen perjanjian yang sudah diubah. 

“Ini permintaan Anda, Nona Irene. Dan ini tambahan dari Tuan Adam,” staf sekretaris itu menjelaskan sambil menunjukkan bagian yang sudah diubah sesuai kebutuhan.

Irene cukup terkejut karena Adam bahkan menambahkan akan memenuhi semua kebutuhan hidup sehari-harinya.

Setelah meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua ini akan resmi setelah tanda tangannya tersemat di atas dokumen itu, Irene pun melakukan bagiannya. 

Menandatangani perjanjian kontrak rahasia tersebut. 

“Sudah saya tanda tangani,” ujar Irene sambil menyerahkan dokumen itu kepada staf yang menunggu di sebelahnya. 

Adam turut mengangguk sambil menurunkan perintah, “Segera transfer uangnya.”

Pria itu menunggu sampai sekretarisnya keluar dari ruangan, kemudian menatap Irene sambil berkata, “Mulai hari ini kamu tinggal di rumah saya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Rahasia: Melahirkan Putra Tuan Presdir   Epilog

    10 tahun sejak kelahiran Bella Jackson Allaster. Noah sudah berusia 12 tahun dan berhasil melompati kelas sehingga tahun ini ia sudah masuk SMP.“Apa kau yakin, kau bisa mengikuti pelajaran di SMP?” tanya Irene khawatir. “Kau bisa belajar dulu di rumah sampai usia 13 tahun, Noah.”Noah memutar bola matanya kemudian menoleh ke arah Adam yang sibuk mengisi piring Bella dengan berbagai menu sarapan. “Dad, please jelasin ke Momma. Dia terlalu khawatir.” “Momma hanya takut kau dibully, Noah,” ujar Adam menengahi. “Pertanyaannya hanya kamuflase. Tidak mungkin Momma meragukan kejeniusan Noah. Benar kan, Sayang?”Mendengar ucapan itu, Irene merasa tertegur. Ia baru sadar kalau ucapannya mengecilkan sang putra. Tak mau Noah sakit hati, Irene segera mengiyakan ucapan Adam.“Kau paling muda sendiri di SMP, Noah.”Dengan senyum penuh kebanggaan Noah menjawab, “Aku sudah dapat blue belt-ku, Mom. Jangan khawatir.”Adam menatap Irene kemudian tersenyum penuh arti. Meminta sang istri untuk berhenti

  • Kontrak Rahasia: Melahirkan Putra Tuan Presdir   Bab 85. Baby Bella

    “Tidak, tidak! Ma–maksudku, iya. Ah! Bukan! Tunggu sebentar!” pekik Giana panik. Ia mengangkat kedua tangannya, berusaha menenangkan diri. Irene yang tak bisa percaya bahwa sang sahabat menyembunyikan berita baik itu, mengiriminya tatapan penuh protes, tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya.“Oke, oke. Kujelaskan. Aku tunangan, yes. Tapi bukan berarti aku sedang hamil.”“Tunangan!” pekik Irene dengan nada kesal. “Kenapa aku nggak diundang?!” Giana terkekeh, walau ia tahu Irene sedang kesal betulan. Dengan sabar ia menjelaskan, “Kau tahu kondisimu 3 bulan lalu masih nggak memungkinkan untuk turun dari tempat tidur, Irene. Ini aja aku ke sini karena Adam sudah membuka gembok rumah kalian.”Bibir Irene maju 5 centi. Cemberut. Merajuk kesal, tapi tidak bisa membalas penjelasan Giana. Pasti Adam yang sudah memblokir semua kegiatan luar, supaya dirinya tidak berpikir untuk memaksakan diri hadir. “Siapa tunanganmu?” tanya Irene yang akhirnya menyerah. Dengan penuh semangat Giana mengel

  • Kontrak Rahasia: Melahirkan Putra Tuan Presdir   Bab 84. Menjadi Ibu

    “Tuan Adam, ini kainnya,” ucap Nannia yang akhirnya bisa masuk ke ruang makan.Sebenarnya sejak tadi ia sudah tiba di sana, tetapi karena melihat majikannya sedang saling mengutarakan rasa cintanya dengan bahasa tubuh, ia memutuskan untuk menunggu sampai ada celah baginya untuk masuk.Adam segera mengambil kain itu dan melingkarkannya di tubuh Irene yang memeluk Noah. “Bilang kalau terlalu kencang ya.”“Mm. Sudah pas,” ujar Irene sambil menganggukkan kepala. “Thanks, Adam.”Sementara Irene menaruh perhatian penuh pada Noah, Adam memanggil Leon untuk membahas kebutuhan makan malam yang ia janjikan pada Irene. “Pesan kotatsu*. Juga meja makan pendek. Kursi yang lembut dan empuk untuk Irene bisa duduk di lantai. Siapkan untuk malam ini.” Adam memberi perintah pada Leon. Pria tua yang mendengarkan sang majikan, melirik jam yang melingkar di tangannya. Jelas waktunya tidak akan cukup jika harus memesan kotatsu asli dari Jepang.Namun, Leon tetap menjawab, “Baik, Tuan Adam. Akan segera sa

  • Kontrak Rahasia: Melahirkan Putra Tuan Presdir   Bab 83. Papa yang Baik

    3 bulan setelah pemeriksaan.“Ini obatnya, Nyonya.” Nannia menyerahkan piring kecil berisi 5 butir pil yang harus diminum Irene. Semenjak hasil pengecekan rahim berjalan tak terlalu bagus, Darren sibuk mencarikan obat-obatan yang bisa memperkuat kondisi rahim dan juga janin di dalamnya.Rahim Irene sedikit melemah, sejak keguguran. Saat kehamilan Noah pun, Darren berusaha memberi semua yang terbaik, demi kehidupan sang putra mahkota itu. Saat itu, ia tidak memberitahu kondisi ini karena melahirkan Noah adalah sebuah keadaan yang harus terjadi bagaimanapun caranya. Setelah kehilangan bayi mereka karena kecelakaan yang ditimbulkan oleh Sarah, Darren tak punya hati untuk memberitahu mereka bahwa ada kondisi di mana 50% kehamilan Irene akan gagal. Karena itu, ia berjuang sendiri untuk menjaga kehamilan Irene. Namun, kali ini berbeda. Anak kedua bukan hal yang wajib terjadi. Adam sudah memenuhi syarat untuk menjadi pewaris Allaster. Itulah kenapa, akhirnya Darren memutuskan untuk memb

  • Kontrak Rahasia: Melahirkan Putra Tuan Presdir   Bab 82. Kehamilan Kedua

    “Aku aman.”Ucapan yang terdengar mantap dari Giana tadi justru membuat Irene merasa was-was. Ia berharap bisa menempatkan orang yang ia percaya untuk menjaga Giana. Namun ia tahu, meminta Regan yang menjadi bodyguard Giana tidak akan disetujui Adam.Dan saat ini Irene sudah bersama Adam untuk kembali pulang. Tengah panik dengan semua bayangan negatif di kepalanya, Adam tiba-tiba berkata, “Ir, jangan khawatir. Masalah ini sudah kuceritakan pada Grandpa Allan. Kau tenang saja. Oke?”Irene menatap sang suami dengan tatapan terpana, seolah sang suami sudah melakukan hal terhebat baginya. Ia memeluk Adam erat sambil berkata, “Thanks, Adam. Aku nggak tahu lagi kalau sampai Giana terbawa-bawa dengan urusan Franz.”Adam mengusap punggung Irene dengan sayang. Walau Irene tidak meminta, tapi ia sudah menempatkan Regan di restoran Giana. Ia tidak suka melihat istrinya menghamburkan air mata kalau-kalau terjadi sesuatu pada sahabatnya itu.“Sampai Grandpa Allan memberi tanda kalau kondisi sudah

  • Kontrak Rahasia: Melahirkan Putra Tuan Presdir   Bab 81. Pria Berbahaya

    Beberapa hari setelah perkenalan Franz pada keluarga besar Allaster, Irene mendapat undangan dari Giana untuk datang berkunjung. Sahabatnya itu membuka area bar di lantai 2 restorannya. Tak pernah menebak bahwa Giana akan punya hubungan dengan Franz, Irene pun datang ke acara sang sahabat bersama dengan Noah. Tentu saja, seperti perintah Adam, ia juga membawa Regan bersamanya. “Kenapa ada orang itu di sini? Apa Giana sudah langsung membuka bar-nya untuk publik?” batin Irene bertanya-tanya, ketika ia mendapati sosok Franz tengah berbincang ramah dengan Giana di meja bar.“Oh! Irene! Noah! Sudah datang!” seru Giana sambil berjalan keluar dari belakang meja bar. Berusaha bersikap tenang, Irene pun membalas sapaan sang sahabat dengan ucapan selamat. “Congratz, Gi! Bar-nya keren banget!”Ha! Ha! Ha!Giana tergelak menerima pujian tulus Irene itu. Ia kemudian mendorong pundak Irene untuk duduk di salah satu sofa yang nyaman untuknya dan Noah.“Dan ibu menyusui nggak boleh minum di sini,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status