Home / Romansa / Kontrak Sang Pengantin / Bab 11. Pertemuan Tengah Malam

Share

Bab 11. Pertemuan Tengah Malam

Author: Nyi Ratu
last update Huling Na-update: 2025-07-07 19:21:27

“Yas, kenapa kamu berdiri terus?” Jennie mendongak, menatap asisten sang suami. Pandangannya menyiratkan keheranan. “Duduklah!”

Malam itu, rembulan menyinari taman tak jauh dari kediaman Jennie. Udara dingin mulai menyusup, membawa aroma bunga yang samar.

Jennie, yang duduk di bangku taman, merasa heran melihat Yas, asisten suaminya yang selalu cekatan dan sigap, tiba-tiba terlihat seperti pria bodoh. Tingkah lakunya aneh, tegang, dan kaku.

Jennie mencoba menahan tawa yang hampir meledak dari dadanya. ‘Kenapa dia aneh banget, apa dia marah karena aku ganggu waktu istirahatnya?’ gumamnya dalam hati, geli sekaligus penasaran. Ia sama sekali tidak menyadari gejolak dalam diri Yas.

“I-iya, Nyonya.” Yas tergagap, suaranya nyaris tak terdengar. Dengan gerakan canggung, ia menarik kursi taman di samping Jennie dan duduk.

Jantungnya berdebar kencang, memukuli tulang rusuknya seolah ingin melarikan diri dari sangkarnya. Setiap detiknya terasa seperti ancaman. Yas takut, sangat takut.

Pertemua
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 15. Setelah Lima Hari

    "Baiklah. Kamu istirahat aja, aku mau mandi dulu." Gara tersenyum sambil membelai wajah istrinya.Jennie mengangguk, lalu bangun dari tempat tidur. Ia menarik napas panjang, berusaha untuk tetap bersikap seperti biasanya walau ia sangat gugup saat berhadapan dengan suaminya. "Sayang, kamu cepet ya mandinya. Aku nunggu di bawah, udah laper banget soalnya." "Iya," sahut Gara dari dalam kamar mandi.Jennie pergi ke dapur untuk membantu menyiapkan makanan. Ia menghampiri wanita paruh baya yang sedang menyiapkan makanan untuk makan malam. "Biar aku aja, Bi." "Biar Bibi aja, Nyonya." "Nggak apa-apa, Bi. Sekali-sekali aku juga mau bantu," balas Jennie dengan senyum tipis. Ia membawa masakan yang sudah matang ke meja makan. Tak lama kemudian, Gara turun dengan rambut setengah basah dan kaus santai. Ia melangkah ke dapur dan mendapati Jennie sedang membantu Bibi di dapur. Senyum tipis terukir di bibirnya. "Wah, rajinnya istriku."Jennie menoleh dan tertawa pelan setelah menaruh masaka

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 14. Kembali

    Mentari pagi menyusup malu-malu dari tirai jendela yang tersibak sebagian, menyiramkan kehangatan pada ruang makan sederhana. Jennie duduk di kursinya, jemarinya memilin-milin tepi serbet makan, sementara di hadapannya, Lisa, mamanya, menyesap teh panas dengan tatapan penuh perhitungan.Semalam adalah badai emosi yang menguras tenaga. Kini, saat ketenangan pagi menyapa, Jennie tahu saatnya ia harus mengambil keputusan. Bukan keputusan yang mudah, tapi harus ia perjuangkan untuk masa depannya.“Jadi, bagaimana, Jennie?” suara Lisa memecah keheningan, renyah namun penuh otoritas. “Kamu sudah memikirkannya tentang kamu dan Mario kedepannya?”Jennie mengangkat wajahnya, menatap lurus ke mata mamanya. Ada bayangan lelah di sana, namun juga tekad yang kuat. “Aku setuju, Ma,” katanya pelan, suaranya sedikit serak.Senyum tipis mengembang di bibir Lisa. “Bagus. Mama tahu kamu akan mengerti.”“Tapi ada syaratnya, Ma.” Jennie menyela cepat, tidak membiarkan mamanya berlarut dalam kepuasan.Sen

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 13. Gelisah

    Gara merasa darahnya berdesir dingin. "Mereka? Siapa 'mereka'?" Ia mencoba menahan diri agar suaranya tidak terdengar terlalu cemas, namun giginya terkatup rapat."Saya tidak yakin, Bos," jawab Yas, suaranya kini sedikit lebih stabil, namun masih penuh ketegangan. "Saya sedang memeriksa beberapa rekaman CCTV lama dari area dekat lokasi kecelakaan Tuan Toni Sanjaya. Ada satu rekaman, dari toko kelontong kecil yang luput dari perhatian polisi saat itu, yang menangkap bagian belakang mobil sesaat sebelum kecelakaan. Dan di sana, ada sebuah van hitam tanpa plat nomor yang membuntuti. Van itu terlihat mencurigakan.""Van hitam?" Gara mengulang, otaknya bekerja keras mengasosiasikan informasi. "Dan bagaimana kamu yakin mereka tahu kita menyelidiki?""Sore tadi, saat saya kembali ke kantor setelah seharian menggali informasi di lapangan, saya menemukan pintu server ruang arsip sedikit terbuka," jelas Yas. "Saya yakin saya menguncinya pagi tadi. Tidak ada yang hilang, tapi file rekaman CCTV t

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 12. Rencana Jennie

    “Nyonya, apakah Anda bisa merahasiakan kalau saya menjabat tangan Anda?” Yas bertanya sangat hati-hati sambil menunduk, menghindari tatapan Jennie. Ia membayangkan skenario terburuk jika Gara tahu.“Memangnya kenapa?” Jennie terkejut dengan pertanyaan Yas, lalu sebuah ide nakal muncul di benaknya. Ia berencana menggoda asisten setia sang suami."Tidak apa-apa, Nyonya Bos," jawab Yas sambil tersenyum kecil. “Kalau Gara tau kita ketemuan diam-diam di malam hari kayak gini, dia bakal marah nggak ya?” Jennie menyeringai, membayangkan wajah cemburu Gara. Itu pasti akan lucu.“Tamatlah riwayat Yas Mirza, Nyonya. Anda tidak akan bisa bekerja sama lagi dengan saya.” Yas mencoba mengancam sang nyonya, suaranya datar, menunjukkan keseriusan. Ia tidak main-main.“Aku tau,” kata Jennie sambil tertawa kecil, tawanya renyah di tengah keheningan malam. “Aku masih butuh kamu. Jangan mati dulu sebelum rencanaku berhasil.”‘Kelihatannya Nyonya Bos lebih menyeramkan daripada suaminya,’ batin Yas, kerin

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 11. Pertemuan Tengah Malam

    “Yas, kenapa kamu berdiri terus?” Jennie mendongak, menatap asisten sang suami. Pandangannya menyiratkan keheranan. “Duduklah!”Malam itu, rembulan menyinari taman tak jauh dari kediaman Jennie. Udara dingin mulai menyusup, membawa aroma bunga yang samar.Jennie, yang duduk di bangku taman, merasa heran melihat Yas, asisten suaminya yang selalu cekatan dan sigap, tiba-tiba terlihat seperti pria bodoh. Tingkah lakunya aneh, tegang, dan kaku.Jennie mencoba menahan tawa yang hampir meledak dari dadanya. ‘Kenapa dia aneh banget, apa dia marah karena aku ganggu waktu istirahatnya?’ gumamnya dalam hati, geli sekaligus penasaran. Ia sama sekali tidak menyadari gejolak dalam diri Yas.“I-iya, Nyonya.” Yas tergagap, suaranya nyaris tak terdengar. Dengan gerakan canggung, ia menarik kursi taman di samping Jennie dan duduk.Jantungnya berdebar kencang, memukuli tulang rusuknya seolah ingin melarikan diri dari sangkarnya. Setiap detiknya terasa seperti ancaman. Yas takut, sangat takut. Pertemua

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 10. Suami Pengganti

    “Jangan keterlaluan kamu, Mario.” Jennie bangun dari duduknya untuk menghindari Mario. “Walau mamaku merestui kamu, tapi aku nggak suka sama kamu. Aku cinta suamiku dan kami nggak akan bercerai.” Jennie berbicara pelan supaya ibunya tidak mendengar ucapannya. Kata ancaman yang diucapkan ibunya masih terngiang, jadi Jennie harus berhati-hati dengan tindakannya. Jennie merasa serba salah, tidak ingin menuruti perintah itu, tapi ia juga tidak mau hal buruk terjadi kepada suaminya.“Baiklah.” Mario mengangkat kedua tangannya sambil tersenyum dan kembali ke tempat duduknya semula. “Maaf, aku yang tidak bisa menahan diri melihat bibirmu yang menggoda.”Mario tidak peduli dengan status istri orang, menurutnya Jennie adalah wanita yang menarik. Baru kali ini ada seorang wanita yang berani menolak dirinya. Sebelumnya, wanitalah yang mengejar-ngejar dia dan menghalalkan segala cara untuk bisa naik ke ranjangnya.Jennie mengembuskan napas perlahan, lalu berkata dengan lembut, “Kamu pulanglah! Ha

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status