Home / Romansa / Kontrak Sang Pengantin / Bab 20. Senjata Makan Tuan

Share

Bab 20. Senjata Makan Tuan

Author: Nyi Ratu
last update Last Updated: 2025-07-18 23:09:48

Jarum jam di pergelangan tangan Gara sudah menunjuk angka tujuh malam, namun kegiatannya belum juga usai. Layar laptopnya masih memancarkan cahaya biru yang menusuk mata, tumpukan berkas di meja kerjanya menjulang bak gunung Himalaya mini. Ia menghela napas panjang, melirik pintu ruangannya. "Di mana, Yas? Kenapa belum beraksi? Apakah rencana mereka dibatalkan?" gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri daripada siapa pun.

Seolah-olah ucapannya adalah mantra pemanggil, pintu terbuka dan Yas, asisten kepercayaannya yang kadang lebih mirip penasehat pernikahan dadakan, muncul dengan setumpuk berkas di tangannya.

"Bos, ini berkas yang butuh tanda tangan Anda." Suara Yas terdengar ceria, terlalu ceria untuk jam segini. Gara menahan senyum tipis. Ah, rupanya jaring sudah terpasang.

"Yas, apakah masih banyak pekerjaan hari ini?" tanya Gara, memancing. Ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, menyilangkan tangan di dada. Gestur yang selalu ia gunakan saat sedang mengorek informasi.

"Masih
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 23. Membalas Mario

    "Selamat pagi, Mario," sapa Gara, suaranya terdengar ramah, kontras dengan isi hatinya. "Sudah menikmati video kenang-kenanganmu?"Hening sesaat. Gara bisa membayangkan Mario mengepalkan tangannya di ujung sana. "Apa maumu, Gara?" desis Mario, menahan amarah."Simpel saja," jawab Gara, bersandar pada dinding. "Kamu sudah melihat rekamannya, 'kan? Rekamanmu dengan dua wanita bayaran itu. Rekaman itu adalah tiketmu menuju kehancuran. Tapi, aku adalah pria yang murah hati."Mario terkekeh sinis. "Murah hati? Setelah kamu menghancurkan bisnisku dan menjebakku?""Itu konsekuensi dari tindakanmu, Mario," balas Gara dingin. "Kamu mencoba menjebak istriku, kamu bermain api dengan istriku. Kamu pikir itu tidak akan ada balasannya?"Gara mengambil napas, lalu melanjutkan. "Begini. Aku akan memberikanmu satu kesempatan. Aku akan menghapus rekaman itu, dan aku tidak akan menyebarkannya. Aku juga tidak akan melaporkanmu atas percobaan penculikan dan tindakan ilegal lainnya."Ada jeda di ujung tele

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 22. Kamu Akan Menyesal

    Mario memejamkan mata, merasakan firasat buruk menyelimuti. Ia tahu ini bukan basa-basi biasa. "Apa maksudmu, Gara?" tanyanya, berusaha terdengar tenang, meski jantungnya berdebar kencang, seolah alarm bahaya telah berbunyi."Oh, kamu belum sadar? Coba lihat sekelilingmu," Gara terkekeh pelan, tawa yang tak sampai ke mata, penuh kemenangan. "Dan jangan lupa, ada hadiah kecil untukmu di bawah bantal."Mario meraih bantal yang ia tiduri. Di sana, tergeletak sebuah USB flash drive kecil. Ia menatapnya dengan curiga, seolah benda itu menyimpan rahasia kelam yang akan menghancurkannya."Itu rekaman manis semalam. Anggap saja sebagai kenang-kenangan. Dan juga, pesan keras dariku," lanjut Gara, suaranya kini berubah tajam seperti pisau yang baru diasah, menusuk telinga Mario. "Jangan pernah lagi mencoba mendekati istriku, apalagi memberinya racun perangsang menjijikkan seperti itu. Atau kamu akan tahu akibatnya."Kalimat terakhir Gara menghantam Mario bagai palu godam, menghancurkan sisa-sis

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 21. Kucing Liar

    Mobil Gara berhenti perlahan di garasi rumah, mesinnya mereda dengan desahan lembut, seolah ikut merasakan keheningan malam yang dalam. Ia enggan beranjak, pandangannya terkunci pada sosok di sampingnya. Jennie, istrinya, menggeliat gelisah, tangannya meraba-raba di udara seolah mencari sebuah pegangan yang tak terlihat. "Panas... panas... aku mau mandi..." racau Jennie, suaranya serak, namun di telinga Gara terdengar seperti bisikan memikat yang mengundang. Kemben sutra yang dikenakannya kini sedikit melintir, memperlihatkan lebih banyak lagi lekuk kulitnya yang mulus, memancing setiap inci perhatian Gara.Gara menghela napas panjang, bukan karena frustrasi, melainkan karena gejolak emosi yang membuncah dalam dirinya. Ini bukan sekadar obat tidur; ini adalah racun asmara yang membakar gairah terpendam. “Mario, apa yang kamu berikan pada bidadariku?" gumamnya.Jennie kini menjelma menjadi seorang dewi yang membara, seolah terbakar bara cinta di bawah terik matahari, padahal mereka be

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 20. Senjata Makan Tuan

    Jarum jam di pergelangan tangan Gara sudah menunjuk angka tujuh malam, namun kegiatannya belum juga usai. Layar laptopnya masih memancarkan cahaya biru yang menusuk mata, tumpukan berkas di meja kerjanya menjulang bak gunung Himalaya mini. Ia menghela napas panjang, melirik pintu ruangannya. "Di mana, Yas? Kenapa belum beraksi? Apakah rencana mereka dibatalkan?" gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri daripada siapa pun.Seolah-olah ucapannya adalah mantra pemanggil, pintu terbuka dan Yas, asisten kepercayaannya yang kadang lebih mirip penasehat pernikahan dadakan, muncul dengan setumpuk berkas di tangannya."Bos, ini berkas yang butuh tanda tangan Anda." Suara Yas terdengar ceria, terlalu ceria untuk jam segini. Gara menahan senyum tipis. Ah, rupanya jaring sudah terpasang."Yas, apakah masih banyak pekerjaan hari ini?" tanya Gara, memancing. Ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, menyilangkan tangan di dada. Gestur yang selalu ia gunakan saat sedang mengorek informasi."Masih

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 19. Akulah Yang Bodoh

    Jennie mencoba menenangkan diri. "Tidak ada yang penting. Cuma soal... pekerjaan.""Pekerjaan?" Gara tertawa kecil. "Pekerjaan apa yang melibatkanmu dan Yas di ruanganku, membicarakan sesuatu secara sembunyi-sembunyi, sampai Yas bersikap seperti orang bodoh?""Kami... kami cuma ngomongin tentang jadwalmu. Yas bilang kamu punya banyak pertemuan penting yang harus dijaga kerahasiaannya," Jennie mencoba berbohong, berharap Gara akan percaya. Ia bahkan memajukan bibirnya sedikit, mencoba terlihat meyakinkan.Gara mendekat, tatapannya mengunci mata Jennie. "Kamu pikir suamimu ini bodoh?"Jennie menggeleng cepat, "Nggak, bukan gitu!""Aku tahu semuanya," lanjut Gara, suaranya rendah dan penuh penekanan, namun dengan nada geli yang tak bisa disembunyikan. "Soal rencanamu untuk kembali bekerja. Kamu tidak bisa membujukku, sekarang kamu merayu orang kepercayaanku karena kamu tahu kalau aku selalu mengikuti saran Yas."Jennie menahan senyum mendengar ucapan suaminya, ia pikir Gara sudah tahu re

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 18. Ketahuan

    "Kenapa kalian seperti orang yang kena serangan jantung?" Gara bertanya, suaranya terdengar datar, padahal sejak tadi sudah menahan tawa sampai perutnya kram. "Kalian habis melihat hantu? Atau jangan-jangan, kalian lagi menggosipkan aku?"Yas, dengan wajah sepucat mayat hidup yang kurang kafein, langsung menyahut, "Tidak ada, Bos! Saya cuma kaget saja. Nyonya Bos lagi curhat horor tentang Bos semalam."Jennie, yang otaknya langsung loading mode pembelaan diri, buru-buru menimpali, "Bener! Aku cuma lagi curhat soal kamu semalem, yang nuduh aku bohongin kamu sampai aku nangis kejer. Padahal kan aku emang lagi capek banget."Gara melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya, dan menyandarkan punggungnya di sana, seolah ingin memastikan tidak ada yang bisa kabur. Senyum di bibirnya semakin lebar, membuat Jennie dan Yas semakin tidak nyaman."Curhat? Oh ya?" Gara mengangkat satu alisnya, tatapannya beralih dari Jennie ke Yas, lalu kembali lagi ke Jennie. "Tentang aku semalam? Sepertinya a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status