Home / Romansa / Kontrak dengan CEO: Memiliki Anak Dalam Semalam / Chapter 2 Tuduhan yang Mengarah Padanya

Share

Chapter 2 Tuduhan yang Mengarah Padanya

Author: Tya Prajana
last update Last Updated: 2023-05-10 04:48:20

Mata Regina melebar dengan perubahan situasi ini. Ada apa dengan anak ini? Regina hanya mencoba membantunya, tapi dia membalasnya seperti ini. Dia tidak ingin terseret dalam masalah yang merepotkan ini. "Hei, pria kecil, siapa yang kau panggil mama? Aku bahkan belum pernah melahirkan, bahkan hamil juga tidak."

Para tamu mulai saling berbisik. Telinga Regina dapat menangkap isi bisikan mereka. "Pasti Nona Tan yang menjebak Tuan Jian untuk memiliki anak!"

"Tidak heran dia melakukan hal serendah itu. Regina Tan punya ambisi tinggi yang rela melakukan apapun. Dia berpura-pura membenci Tuan Muda Jian, tapi justru memiliki anak bersama bahkan tidak mau mengakuinya, sungguh memalukan!"

Tanggapan buruk dari orang-orang disertai tatapan yang menatapnya dengan tatapan merendahkan membuat Regina merasa tidak nyaman.

Regina mengepalkan tangannya. "Sialan! Situasi macam apa ini? Bukankah seharusnya kalian mengkritiknya karena tidak mengakui anaknya? Kenapa justru aku yang dipandang buruk di sini? Aku tidak cukup gila untuk tidur dengan musuhku!" Regina hanya menyimpan dalam pikirannya untuk tetap menjaga citra wanita anggun. Meskipun dia meneriakkan kebenaran, apa ada yang percaya. Saat Dia berusaha keras untuk tidak meledak, tetepi saingannya justru menambahkan api membuat Regina semakin terintimidasi.

Henry tiba-tiba saja sudah berada di depan wanita yang terlihat tertekan itu. "Kalau dilihat, anak ini juga mirip dengan Nona Muda Tan. Aku tidak menyangka demi mendapatkan perhatianku, kau menjebakku, mengambil keuntungan dariku untuk memiliki anak dariku,"cibir Henry. Pria itu menatap dengan penuh ejekan.

"Siapa yang melakukan hal bodoh begitu? Melihat wajahmu saja sudah membuatku muak. Bahkan jika kau satu-satunya pria di muka bumi aku tidak akan memilihmu! " Regina menatap pria itu dengan penuh kebencian. "Lebih baik kau urus saja anakmu ini. Jangan melampiaskannya "

Regina menjauhkan anak darinya dan mendekatkan pada Henry. Dia dengan segera melangkah untuk pergi.

Jari-jari Henry mencengkeram erat lengan wanita itu. "Mau melarikan diri setelah membuat keributan? Kau harus ikut denganku!" Tuan Muda Jian menarik tangan Regina dan juga meminta asistennya untuk membawa anak yang mengaku sebagai anaknya itu.

"Henry Miler Jian! Lepaskan aku! Ini tidak ada hubungan denganku. Aku bahkan tidak tahu anak itu datang darimana. Kau bisa melakukan penyelidikan apa aku pernah tidur denganmu atau tidak?" Regina meronta berusaha untuk melepaskan diri dari jeratan pria itu. Tangannya yang dicengkeram erat olehnya seolah akan segera patah.

Henry tidak mengatakan apapun yang membuat Regina merasa kesal. Mereka bertiga duduk di kursi belakang mobil. Kevin dapat merasakan udara yang mencengkeram ini. Dia tiba-tiba saja mengenggam tangan kedua orang yang bersitegang itu. "Mama dan Papa, apa kalian akan meninggalkanku lagi? Kenapa kalian tidak mau mengakui ku? Apa aku berbuat salah?"Anak laki-laki itu mulai menangis keras.

Henry dan Regina menoleh ke arah anak yang menangis itu. Henry memegang telinganya dengan satu tangan. Dia melirik ke arah Regina, "Hei, kau tenangkan anak ini! Aku tidak suka keributan!"

"Kau saja, aku tidak tahu caranya. Kaukan Papa dari anak ini."

"Kau adalah seorang wanita. Apa kau tidak memiliki jiwa keibuan untuk merawat anak?"

Mereka berdua berdebat. Regina merasa kesal, dia akhirnya mencoba untuk menenangkan anak laki-laki bernama Kevin ini. "Diam! jangan menangis!" Regina mengucapkannya dengan meninggikan suaranya menbuat anak kecil itu menangis.

Henry mengerutkan keningnya, "Apa seperti itu caramu untuk menangkan anak? Orang bodoh bahkan lebih baik darimu."

"Mamaku selalu melakukannya seperti itu padaku! Kalau kau merasa pintar kau saja yang tenangkan dia, tetapi kau bahkan lebih bodoh dariku," ucap Regina dengan datar tanpa ekspresi.

"Kau!" geram Henry.

"Tuan dan Nona, tidak perlu bertengkar! Saya akan melakukannya." Asisten itu tidak tahan lagi dan mengusulkan diri menjadi penengah.

"Cepat lakukan! Jika gagal kau akan tahu akibatnya!" ancam Henry dengan penuh penekanan.

***

"Dia benar-benar berhenti. Ternyata asistennya lebih bisa diandalkan daripada Tuannya." Regina kembali mencibir Tuan Muda Jian.

Henry tersenyum sinis dan membalas cibiran. "Kau bahkan tidak lebih baik dariku, Nona Regina."

Perdebatan diantara kedua orang ini-Regina dan Henry bukanlah hal asing, mereka berdua selalu berdebat bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun. Asistennya menatap kedua orang itu lalu ke arah anak yang sedang makan es krim dengan wajah belepotan. "Apa anak ini benar-benar anak Tuan Muda dan Nona Muda Tan?"

"Omong kosong!" Kedua orang ini menjawab dengan kompak.

"Tapi, wajah anak ini seperti perpaduan dari kalian berdua. Melihat umur anak ini, apa kalian pernah berkencan saat SMA?" tanya Asisten.

Regina langsung membantah tanpa perlu berpikir, "Tidak mungkin. Kami adalah rival, bagaimana kami berkencan."

Regina bahkan terlalu sibuk untuk bersaing dengan pria ini. Mustahil baginya untuk tertarik pada pria yang keberadaanya hanya membuatnya kesal.

Regina tiba-tiba saja berdiri. "Semua sudah selesai, bukan? Aku harus pergi."

Lagi-lagi Henry menghentikannya, tubuhnya dipaksa untuk kembali ke kursi. "Apa aku bilang kau boleh pergi? Urusan kita masih belum selesai!" ucap Henry dengan tegas.

"Apalagi yang kau inginkan dariku? Jika kau ingin aku mengurus anak ini, aku tidak mau. Kau memiliki asisten yang dapat diandalkan untuk urusan anak, kalian berdua saja yang merawatnya" Regina berteriak dengan keras.

"Mama!" Anak laki-laki itu tiba-tiba mencengkeram ujung dress Regina. Regina sempat menatapnya sejenak, mata anak itu berkaca-kaca.

Henry memberikan tanggapan keras. "Oh, jadi kau ingin lepas dari tanggung jawab? Publik bahkan sudah tahu kalau kaulah yang melahirkan anak ini."

"Brengsek! Itu semua gara-gara mulut sialanmu itu yang menuduhku! " Untuk pertama kalinya, Regina tidak bisa menahan untuk mengumpat.

"Kau berani mengumpat padaku?" Tatapan mata Henry begitu tajam.

"Cukup!" Asisten Henry berteriak keras lalu memberikan usul. "Tuan dan Nona, kenapa kalian bisa tinggal bersama dan melakukan pernikahan saja maka urusan ini akan beres."

"Menikah dengan wanita ini?" Henry menoleh ke arah Regina dengan merendahkan. "Aku bahkan tidak kekurangan seorang wanita, kenapa aku harus menikahinya?"

"Kau pikir aku mau? Siapa wanita sial yang mau bersama dengan pria membosankan dan kejam sepertimu." Regina tidak kalah keras untuk menolak.

Asisten dari Henry Jian menghela nafas. "Kalian tidak perlu benar-benar menikah. Ada pernikahan kontrak dengan batas waktu. Tuan Muda Jian, anda telah memiliki citra bagus belakangan ini, apa anda akan rela wajah anda tercoreng hanya karena mengabaikan anak ini dan, untuk Nona Tan, anda tahukan apa yang dipikirkan publik?" Asisten itu menjelaskan solusi yang dia berikan.

Regina dan Henry saling terdiam lalu kedua orang itu menoleh satu sama lain. Hanya butuh beberapa detik mereka kembali membuang muka. Asistennya menghela nafas. "Jadi, bagaimana keputusan kalian?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak dengan CEO: Memiliki Anak Dalam Semalam    Chapter 100 Batas Akhir (END)

    "Henry, kau benar-benar memecatku? Apa kau tidak bisa membedakan masalah pribadi dan pekerjaan?" Reina memberikan protes keras. Henry menatap Reina dengan tatapan dingin. "Ini bukan masalah pribadi, Reina. Kau sudah melanggar keprofesionalis dengan mengabaikan tugasmu kemarin. Dan juga, aku ingin kita mengakhiri hubungan ini. Aku berharap kau segera bereskan barangmu dari apartemenku juga." Reina tersenyum pahit. "Kau ingin membuangku begitu saja setelah bosan padaku? Henry, aku akan membongkar kelakuanmu ini ke media." Henry tidak mengubah ekspresi dinginnya. "Lakukan saja!" "Baiklah. Kau pasti akan menyesalinya. " Reina pergi dengan membanting pintu dengan kesal. Henry tidak memedulikannya. Dia masih memiliki banyak hal yang harus dia lakukan. *** Regina merasa kesal melihat pesan yang tidak berhenti datang padanya. Tidak peduli berapa banyak dia memblokirnya. Pria itu tetap saja mengganggunya. "Regina, apa kau sudah menunggu lama? Maafkan aku." Regina mematikan ponse

  • Kontrak dengan CEO: Memiliki Anak Dalam Semalam    Chapter 99 Kesempatan Terakhir

    "Kau tidak perlu mengantarku sampai ke dalam," ucap Regina dengan sopan. "Tidak. Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian dan juga aku ingin bertemu dengan anakmu. Kau mungkin menolakku saat ini karena anakmu, kan? Jika aku bisa membuatnya menyukaiku, kau juga akan menerimaku, kan?" ucap Harlan dengan percaya diri. Regina menatap dengan serius. "Harlan, jangan membuang waktu untukku. Kau pantas mendapatkan wanita yang lebih baik. Saat ini kehidupanku begitu rumit, kau mungkin akan menyesalinya."Harlan tersenyum lembut. "Tidak masalah. Aku siap menghadapi semuanya. Aku justru akan menyesal jika melepaskanmu."Regina menatap matanya. Dia dapat melihat ketulusan pria ini. "Baiklah. Jika Kau dapat menyayangi putraku, aku akan memperingatkannya, tetapi kau harus benar-benar tulus padanya." Harlan mengangguk. *** "Kevin, kenapa kau berada di luar?" Regina yang tiba di depan pintu apartemen dengan Harlan, menatap Kevin dengan cemas. "Paman Harlan, bawa Mamaku ke tempat lain. Saat ini Pap

  • Kontrak dengan CEO: Memiliki Anak Dalam Semalam    Chapter 98 Persaingan Pasangan

    Regina terdiam sejenak, terkejut dengan permintaan Kevin yang tak terduga. "Kevin, ini... bukankah kau tidak menginginkan perpisahan antara aku dan Henry. Kenapa kau menyarankan ini?" "Karena papa tidak peduli dengan perasaan Mama lagi. Aku tidak ingin Mama harus menerima pengkhianatan ini. Jika memang Papa memilih wanita lain, kenapa Mama tidak bisa bersama pria lain yang dapat membahagiakan Mama. Aku hanya ingin melihat Mama bahagia." Regina langsung memeluk Kevin erat. "Kevin, terima kasih telah memikirkanku. Aku akan mencoba bertemu dengan pria lain dan aku janji pria itu juga akan memperlakukanmu dengan baik lebih daripada Henry." Tangan mungil Kevin membalas pelukan Regina. "Mama tidak perlu memikirkanku. Selama Mama menemukan pria yang Mama cintai, aku tidak masalah siapapun pria itu." Regina tersenyum. Dia mengusap lembut rambut Kevin. "Ayo, tidur." Kevin mengangguk. Dia dengan cepat naik ke tempat tidur. Regina tidur di sebelahnya. Meskipun mencoba untuk terlelap,

  • Kontrak dengan CEO: Memiliki Anak Dalam Semalam    Chapter 97 Memperingatkan Suami

    Regina mengepalkan tangannya melihat foto yang tersebar di Internet. Regina dapat mengenali wajah wanita itu, meskipun harus kembali. "Jadi mereka bersama lagi?" Ponselnya langsung direbut oleh Rey. "Tidak perlu melihat gosip yang menganggu pekerjaanmu. Jika kau tidak bisa berkonsentrasi, lebih baik tidak perlu bekerja. Masih baik aku masih memberimu kesempatan bekerja dengan posisi pimpinan." "Aku tahu. Aku hanya kebetulan melihat foto itu." Regina kembali mengetik sesuatu. Rey meletakkan ponsel Regina. "Haruskan aku menyingkirkan wanita itu? Henry terlihat lebih bahagia dengan wanita itu daripada denganmu." Regina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya dari gelombang emosi yang melanda. "Tidak perlu, Kak. Aku tidak ingin ikut campur masalah pribadinya.".Rey mencibirnya, "Bukankah kau sampai menentang Papa untuk menikah dengannya dan kau juga begitu keras kepala menolak kerja sama denganku dan Papa hanya karena pria itu. Apa cintamu sekarang sudah luntur?""Aku

  • Kontrak dengan CEO: Memiliki Anak Dalam Semalam    Chapter 96 Mama Pasti Dijebak

    "Regina akan menjadi CEO perusahaan menggantikanku!" Tuan Tan menegaskan. "Regina, bisakah kau mengatakan sesuatu kepada para kolega kita?"Regina mengalihkan pandangan. Dia mencoba untuk menenangkan perasaan dan pikirannya. Namun, suara keras tiba-tiba terdengar. "Aku tidak memberimu izin!" Pria yang tidak lain adalah Henry langsung naik ke panggung dan menarik tangan Regina. "Ikut denganku!" Rey dengan cepat menahan tangan Regina. "Hanya karena kau suaminya, kau bisa seenaknya saja membatasi apa yang Regina lakukan?" Henry menatap pria itu dengan tajam. "Kau hanya orang luar, lebih baik tidak ikut campur!""Orang luar?" Rey tersenyum pahit. "Aku adalah kakaknya. Aku berhak untuk membela adikku.""Cukup!" Tuan Tan menghentikan perdebatan kedua pria itu. "Henry Jian, lepaskan tanganmu dari putriku." Henry justru tertawa. "Sekarang kau menganggapnya putrimu hanya karena dia menurut padamu? Kau lupa bagaimana kau memukulinya?""Jangan bicara sembarangan. Aku bisa meminta security unt

  • Kontrak dengan CEO: Memiliki Anak Dalam Semalam    Chapter 95 Tidak Pulang Ke Rumah

    "Nyonya, Anda mau kemana?" agen properti itu menahan Regina."Aku tidak jadi menyewa tempat ini!" Regina dengan cepat melarikan diri. Agen properti itu mengambil ponselnya. "Tuan, Nyonya sudah melarikan diri. Saya sudah berhasil mengelabuinya. " Senyum licik terukir di bibir wanita itu. ***Regina berusaha untuk membuka pintu mobilnya, tetapi dengan tubuh gemetar membuatnya kesulitan. Bahunya merasakan sesuatu yang menyebutnya. Regina dengan gugup berbalik. "Kau? Apa yang kau lakukan di sini?" Regina terkejut melihat keberadaan Henry. Bukannya menjawab, Henry justru mengejeknya. "Apa kau begitu tidak punya uang sampai datang ke apartemen kecil ini? Kau tidak akan mendapatkan rumah yang layak."Regina mulai menyadari sesuatu. "Apa kau yang selama ini mengatur agak aku tidak bisa menemukan rumah. Jika kau ingin balas dendam bukan begitu caranya!" Regina merasa marah dan tertekan. "Berhentilah mencampuri urusanku!"Henry hanya tersenyum sinis. "Kau pikir bisa pergi begitu saja dariku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status