Bukan hanya Yin Long saja yang merasa terkejut, bahkan orang lain nyaris menjatuhkan benda di tangannya.'Berguru?' Pangeran Hei Xian yang mendengar ini dari balik kamarnya pun kaget dibuatnya. 'Kalau gadis bernama Mahesa Serani itu benar-benar ingin berguru dan Yin Long mau menerimanya, bukankah itu sama artinya dia akan sering datang ke sini?' pikirnya, dengan perasaan senang.Saat memikirkan ini, Pangeran Hei Xian merasa bersemangat. Ia berharap hal itu menjadi kenyataan dan artinya mereka akan sering melakukan interaksi yang mungkin dapat membuatnya kian dekat dengan gadis tersebut.Yin Long lantas berkata, "Nona jangan bercanda dengan suatu hal penting. Saya ini hanya seorang tabib biasa yang belum terlalu berpengalaman tentang metode-metode pengobatan di negeri ini. Saya yakin kalau Nona hanya bercanda saja, bukan?" "Saya serius, Tuan Yin." Ekspresi wajah Mahesa Serani terlihat serius. "Saya benar-benar ingin belajar dari Tuan Yin. Selama ini, saya hanya tahu cara merebus ramu
Gadis itu melanjutkan sambil mengambil beberapa lembar daun hijau yang agak bergerigi. "Ini adalah daun kumis kucing."Kumis kucing?" tanya Yin Long sambil memerhatikan daun yang menurutnya memiliki nama cukup unik.'Jangan-jangan setelah ada tanaman kumis kucing, ada juga tumbuhan kumis naga,' pikir Yin Long yang menjadi geli dibuatnya."Daun itu memiliki nama yang cukup unik. Lalu, apakah kegunaan dari tanaman ini, Nona?" Yin Long penasaran."Tentu saja kegunaannya sangat besar bagi orang-orang yang memiliki suatu penyakit pada saluran kemih," jawab Mahesa Serani. "Biasanya daun ini dibuat menjadi rebusan untuk melancarkan buang air kecil atau mengobati batu ginjal.""Hmm, luar biasa," puji Yin Long seraya mendekatkan matanya, memerhatikan secara saksama sambil sesekali mencium aromanya. "Hmm, aromanya agak tajam, tapi menyegarkan.""Apakah tanaman ini bisa dibudidayakan di lahan bebas atau hanya bisa tumbuh di hutan saja?" tanya Yin Long yang merasa tertarik dengan bentuk benang sa
Yin Long memuntahkan daun sirih dari mulutnya secara sembarangan ke atas lantai. Rona kulit wajahnya langsung memerah akibat terkejut. "Mengapa rasanya sangat tidak enak?" Mau tak mau, Mahesa Serani menjadi tertawa. "Tuan, saya belum selesai menjelaskan tapi Anda sudah penasaran dan tidak sabar untuk mencobanya." "Itu Karena Anda mengatakan dongeng bisa dimakan makanya saya merasa penasaran tapi ternyata sangat tidak enak Saya bahkan merasa bingung Mengapa orang-orang itu makanya dan Apa manfaat dari memakan daun ini?" Mahesa Serani menahan senyumnya sambil menatap Yin Long yang masih mengerutkan dahi sambil mengibas-ngibaskan tangan di depan mulutnya, seolah ingin mengusir rasa getir yang tertinggal. "Maafkan saya, Tuan Yin," ucap Mahesa Serani sambil mengambil secawan air dari pinggir meja dan menyerahkannya kepada Yin Long. "Seharusnya saya menjelaskan lebih dahulu kalau daun sirih itu tidak enak jika dimakan begitu saja, tetapi dicampur dengan bahan lain agar rasanya leb
Yin Long berkata, "Makanannya sudah dingin. Kalian cepat makanlah selagi masih hangat." "Oh!" Mahesa Serani segera menarik tangannya dan mengambil mangkuk bubur dengan gugup. Wajah gadis itu bahkan merona. Begitu juga Pangeran Hei Xian yang langsung menyenduk buburnya, menyuap dengan sedikit terburu-buru. Baik Pangeran Hei Xian maupun Mahesa Serani, keduanya sama-sama terlihat gugup, bingung dan canggung. Di tengah para remaja ini, Yin Long hanya bisa terdiam sambil merasakan keanehan dalam hati. Sekarang, ia seperti seekor nyamuk yang jadi pengganggu kedua anak muda di hadapannya. Namun, Yin Long tentu saja tidak melupakan sesuatu. Ia berkata kepada Pangeran Hei Xian. "Ah Xian, jangan lupa minum obatmu." 'Ya, Dewa! Mengapa aku harus minum obat lagi?' keluh Pangeran Hei Xian dalam hati. Dengan sangat terpaksa ia mengangguk. "Baik, Paman Yin." "Ayo, silakan semuany
"Ya, kita bertiga. Masih ada seseorang di dalam sana," ujar Yin Long.Yin Long kemudian memanggil seseorang. "Ah Xian, keluarlah! Bukankah kamu sudah merasa lapar? Cepatlah ke mari. Kita makan pagi bersama-sama!""Ya, Paman. Aku datang!" seru Pangeran Hei Xian dari dalam kamar.'Ah Xian ... jadi itu namanya?' Mahesa Serani tersenyum, merasa harus menyimpan nama ini dalam ingatannya."Ya, Paman. Aku datang!" Dari balik dinding bambu, Pangeran Hei Xian muncul dengan kursi rodanya.Yin Long dan Mahesa Serani melihat ke arah Pangeran Hei Xian dengan ekspresi gembira, sedangkan orang yang mereka tatap menjadi salah tingkah.Yin Long lantas menghampiri Pangeran Hei Xian dan mendorong kursi roda hingga sampai ke dekat meja berisi hidangan. "Ah Xian, kebetulan sekali paman sedang menerima tamu, jadi kita bisa sekalian makan pagi bersama.""Baik, Paman." Pangeran Hei Xian mengangguk dan berusaha untuk menyembunyikan kegugupannya saat beradu pandang dengan gadis cantik yang sudah menolongnya in
'Apakah orang ini sedang mengujiku dan sengaja memancingku dengan kata terbang?' bisik Pangeran Hei Xian, dalam hati. ' Senyum tipis tersungging di bibir Pangeran Hei Xian. "Paman ini ada-ada saja. Bagaimana mungkin manusia biasa sepertiku dapat terbang. Paman Yin sepertinya suka sekali bercanda." "Ya ya ya, paman memang hanya bercanda saja. Tapi sekarang paman akan serius demi kesembuhan pasien paman ini," ujar Yin Long sambil tersenyum hangat. "Soal terbang ...." Seraya menggeser kursi roda kayu, Yin Long berkata, "Yah, siapa tahu saja suatu saat nanti kamu bisa terbang di angkasa seperti burung. Bukankah manusia juga dapat melakukannya dengan menggunakan teknik ilmu meringankan tubuh?" "Benarkah ada ilmu seperti itu, Paman?" Pangeran Hei Xian berpura-pura sangat polos. "Jika memang benar ada, aku juga ingin berguru kepada orang yang dapat melakukannya." "Mungkin saja ada. Ayo, sekarang kamu duduk di sini dan cobalah untuk menjalankannya. Paman akan membantumu." Yin Long tak i
'Gadis ini sangat ramah dan terlihat menyenangkan,' pikir Pangeran Hei Xian yang sedang mengintip dari balik dinding bambu. Yin Long tersenyum ramah. "Kalau begitu, sebaiknya kita bicara di dalam." Yin Long mempersilakan tamunya. "Mari, silakan masuk!" "Terima kasih, Tuan Yin." Mahesa Serani pantas mengikuti Yin Long yang masuk sembari mendorong kursi kayu berodanya. Wajahnya terlihat berseri-seri dan bahagia, seakan dia baru saja mendapat harta berharga."Silakan duduk dan tunggu sebentar, Nona," ujar Yin Long dengan tanpa menoleh lagi.Mahesa Serani terlihat senang. "Terima kasih, Tuan Yin."Yin Long sendiri langsung mendorong masuk kursi kayu berodanya ke dalam ruang kamar Pangeran Hei Xian. Ia berseru dengan gembira. "Ah Xian, paman punya sesuatu untukmu!"Mendengar seruan ini, Pangeran Hei Xian lantas menoleh ke arah pintu."Paman Yin," sapa Pangeran Hei Xian sambil meletakkan cawan yang masih digenggamnya ke atas tempat tidur."Ah Xian, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Yin
"Mungkin saja. Kalau begitu, saya akan menunggunya di luar." Mahesa Serani berdiri dari duduknya karena ia merasa tidak pantas jika terus berada di dalam kamar bersama seorang pemuda yang tak dikenalnya. "Permisi, Tuan." Pangeran Hei Xian hanya bisa mengangguk kecil dengan pandangan tak berdaya. Sebenarnya, ia merasa senang jika ada seseorang yang menemaninya untuk sekedar mengobrol daripada dia hanya berbicara dengan dinding bambu yang bisu. Mahesa Serani sendiri memilih untuk duduk di emperan pondokan sembari memeriksa keranjang bambu berisi berbagai macam tanaman obat yang akan ditawarkan kepada Yin Long. Hal itu dia lakukan karena gadis itu sempat mendengar kabar bahwa ada seorang tabib baru yang sedang mencari bahan-bahan obat. Sambil menunggu Yin Long pulang, Mahesa Serani dan Pangeran Hei Xian secara diam-diam saling melihat satu sama lain disertai perasaan kagum dalam hati. Terkadang ada desiran aneh dalam hati masing-masing dan kedua remaja itu sama-sama tidak mengetahu
Gadis itu memerhatikannya, mengapa rasanya ini sedikit nyaman?"Saya tidak apa-apa. Hanya sedikit kecelakaan kecil tadi," ujar Pangeran Hei Xian sambil berusaha untuk bangun. "Tapi,sepertinya kaki Anda sedang terluka." Gadis itu menatap khawatir kaki pria muda yang sedang berusaha bergerak. "Mari saya bantu Tuan duduk di sana." "Tidak perlu. Saya bisa sendiri," tolak Pangeran Hei Xian demi menjaga harga diri di depan gadis ini. "Kalau begitu hati-hati, Tuan." Gadis cantik itu hanya bisa membiarkan Apa yang dilakukan oleh Pangeran Hei Xian.Namun berusaha apa pun ia mencoba bangkit, kakinya tetap saja sakit luar biasa dan tidak bisa digerakkan. Pemuda itu ia pun kembali jatuh terduduk. "Sebenarnya Anda ingin pergi ke mana, Tuan?" tanya si gadis. Dia merasa penasaran dengan apa yang hendak dilakukan orang ini."Tidak ke mana-mana. Saya hanya ingin mengambil air minum saja," jawab Pangeran Hei Xian dengan sedikit malu."Oh, ternyata Anda hanya ingin minum." Gadis itu terlihat lega. "