Share

1. Bagian 14

Matahari sudah terlihat mulai condong ke ufuk barat, sinarnya terlihat mulai redup, mega-mega merah mulai menghiasi cakrawala, bahkan dari arah selatan, terlihat serombongan burung yang tengah terbang bergerombol pulang kembali kesarangnya. Sementara itu dirumah Gusti Patih Setyo Pinangan.

“Kau memang hebat putraku, kau memang hebat.....”. ucap seorang laki-laki berparas penuh wibawa yang tak lain adalah Gusti Patih Setyo Pinangan kepada seorang pemuda yang  masih berusia belia sekitar 15 tahunan yang tak lain adalah Bintang adanya.

“Benar, tapi kau juga harus berhati-hati anakku, Patih Ranang pasti tidak akan senang atas kekalahan putranya tadi siang......”. ucap seorang wanita anggun yang tak lain adalah istri Gusti Patih Setyo Pinangan.

“Ah, tidak apa-apa dinda, kalau Patih Ranang berani macam-macam, dia akan berhadapan denganku......”.

“Ah, kanda.......jangan bicara begitu.....”.

“Bunda hanya mengingatkan, berhati-hatilah......”

“Baik bunda, pesan bunda pasti akan selalu Bintang ingat......”. ucap Bintang lagi seraya menjura hormat.

Berita tentang kemenangan Raden Bintang dalam pertarungan dalam ilmu kanuragan menghadapi Raden Santang putra Gusti Patih Ranang kian hari kian ramai diperbincangkan oleh masyarakat kota raja, dan hal inilah yang semakin membuat panas hati Gusti Patih Ranang mendengarnya.

“Cepat panggil Santang kemari......!!”. perintah Patih Ranang lagi kepada prajurit yang ada didekatnya.

“Baik Gusti.....”. prajurit itu segera keluar dan tak lama kemudian dia sudah kembali bersama seorang pemuda berwajah angkuh yang adalah Raden Santang.

“Sembah hormat saya kanjeng romo.....”. ucap pemuda itu lagi menjura hormat seraya mengambil tempat tak jauh dari hadapan romonya.

“Santang, tentu kau sudah mendengar kabar yang saat ini tengah santer dibicarakan oleh masyarakat kota raja.......”. ucap Patih Ranang lagi..

“Tentu romo, tentu saja sudah mendengarnya, kalau saja saya punya kesempatan, akan saya tantang Bintang itu sekali lagi......”.

“Sudah jangan kau pikirkan lagi hal itu, yang terpenting sekarang adalah bagaimana kita bisa membuat Patih Setyo Pinangan bisa kita permalukan dihadapan Gusti Prabu Karang Sewu.......”

“Apa maksud romo......?”

“Kau tahu sendiri, mungkin dalam beberapa hari ini Gusti permaisuri akan melahirkan putra mahkota kerajaan Karang Sewu, dan kalau kita terus seperti ini, bukan mustahil putra Patih Setyo Pinanganlah yang dipilih oleh Gusti Prabu untuk menjadi Patih kepercayaan putra mahkota kerajaan Karang Sewu.......”. ucap Patih Ranang lagi hingga membuat wajah Raden Santang berubah.

“Kalau begitu kita memang harus berbuat sesuatu romo......”. ucap Santang lagi cepat.

“Ya, itulah yang romo pikirkan saat ini.....bagaimana kita bisa menjatuhkan nama dan martabat Patih Setyo Pinangan dihadapan Gusti Prabu Karang Sewu......”. ucap Patih Ranang lagi seraya terdiam, keningnya terlihat berkerut seperti tengah memikirkan sesuatu.

“Saya punya rencana Gusti......”. ucap pembantu kepercayaan Patih Ranang lagi tiba-tiba hingga membuat pandangan Gusti Patih Ranang dan Raden Santang beralih kearahnya. Dan terlihat pembantu kepercayaan Patih Ranang ini tengah membisikkan sesuatu kepada Patih Ranang, dan terlihat bibir Patih Ranang tersenyum.

“Boleh juga saranmu ki Bayut......tapi apa mungkin Gusti Prabu akan percaya.....?”

“Mudah-mudahan Gusti, namanya juga usaha......dengan perencanaan yang matang, hamba yakin Gusti Prabu akan mempercayai hal ini........”. ucap lelaki tua yang disebut ki Bayut itu lagi.

“Kalau begitu baiklah, jalankan rencanamu ki Bayut.....”. ucap Patih Ranang lagi, dan ki Bayut hanya menganggukkan kepalanya dengan pasti.

***

Malam menyambut sang rembulan yang terlihat bersinar redup malam itu, Bintang-Bintang tak banyak bertaburan diangkasa.

Sementara itu dirumah kediaman Gusti Patih Setyo Pinangan, terlihat seorang pemuda yang tengah asyik dibawah terpaan sinar sang rembulan tengah melatih ilmu kanuragannya ditaman belakang keputren tersebut, tidak ada seorangpun ditempat itu terkecuali dirinya hingga pemuda yang tak lain adalah Bintang itu dapat berlatih dengan leluasa ditempat itu, Bintang terlihat bertelanjang dada hingga memperlihatkan bentuk tubuhnya yang bidang dan berotot.

Memang sudah kebiasaan bagi Bintang untuk berlatih ilmu kanuragannya dimalam hari, karena kalau siang hari banyak sekali halangan dan gangguannya, sedang dimalam hari seperti saat ini Bintang dapat berkonsentrasi untuk melatih jurus-jurus Telapak Bayangannya yang sudah mencapai taraf sempurna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status