Share

1. Bagian 13

last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-08 18:34:06

“Hidup Raden Bintang.....hidup.....!!”. tiba-tiba saja riuh suara penonton mendukung Bintang untuk menerima tantangan Raden Santang, Bintang mengedarkan pandangannya kearah para penonton yang terus memberikan dukungan padanya.

Sesaat Bintang kembali mengalihkan pandangannya kearah Raden Santang yang masih berdiri angkuh diatas panggung arena, dukungan para penonton kepada Bintang tentu saja semakin membuat panas hati Raden Santang. Memang selama ini Raden Santang sangat dikenal keangkuhan dan kesombongannya terhadap para penduduk kota raja, berbeda sekali dengan Raden Bintang putra Gusti Patih Setyo Pinangan yang selalu tidak pandang derajat dalam berteman.

Keriuhan para penonton kian terdengar saat melihat Bintang akhirnya menaiki panggung arena tersebut, ditempatnya Raden Santang terlihat tersenyum sinis.

“Akan kupermalukan kau dihadapan Gusti Prabu hari ini Bintang.......”. batin Raden Santang lagi.

Akhirnya keriuhan tersebut berubah hening, saat kedua pemuda ini telah saling membuka jurus mereka masing-masing, dan ;

“Hyyatttt......”. Raden Santang telah terlebih dahulu mendahului serangannya kearah Bintang, dan ; “Huppp.........”. dengan gerakan yang tak kalah cepat, Bintang bergerak menghindari serangan maut yang dilancarkan oleh Raden Santang. Melihat serangan pertamanya dapat dipatahkan dengan mudah oleh Bintang, Raden Santang kembali melancarkan serangannya terus memburu Bintang dengan gencarnya.

Tapi rupanya Bintang bukanlah merupakan lawan yang dengan mudah untuk dikalahkan, seberapa cepat serangan yang dilancarkan oleh Raden Santang, Bintang selalu berhasil mengunggulinya, bahkan memasuki jurus ke-26, tak satupun serangan Raden Santang berhasil mengenai sasaran. Hal ini tentu saja semakin membuat Raden Santang semakin menggeram penuh kemarahan.

Dengan menggeram penuh kemarahan, Raden Santang melompat mundur untuk menghela nafasnya yang tersengal-sengal.

“Apa bisamu hanya menghindar saja Bintang...mana seranganmu.” Ucap Raden Santang lagi. Ditantang seperti itu, Bintang terlihat malah tersenyum.

“Kau yang memaksaku Santang, jangan salahkan aku......”. ucap Bintang lagi seraya terlihat mulai memutar kedua tangannya didepan dadanya, dan tiba-tiba saja putaran tangan Bintang berubah menjadi puluhan banyaknya, itulah jurus Telapak Bayangan yang telah Bintang pelajari dari ayahnya, Gusti Patih Setyo Pinangan. Ditempatnya, justru Raden Santang tampak tersenyum melihat hal itu.

“Ini kesempatanku ini menggunakan jurus Tapak Bajaku, ingin kulihat apakah Telapak Bayangan lebih unggul dari jurus Tapak Bajaku....”. ucap Raden Santang lagi seraya mempersiapkan pula jurusnya.

“Hup.......wuusss.....”

“Hyaaaa......werrrrr......”. kedua-duanya saling melompat kedepan dengan jurus andalannya masing-masing, dan kini dapat dipastikan kalau kedua-duanya akan mengadu pukulan diudara, dan ;

“Deggg.......duggggg.......”. kedua pukulan itu bertemu diudara, dan terlihat seperti sebelumnya, sosok Bintang terlihat terlempar deras kebelakang, rupanya dalam hal kekuatan, jurus Tapak Baja milik Raden Santang masih unggul. Tapi untunglah Bintang berhasil mengendalikan gerak jatuh tubuhnya hingga tidak sampai keluar arena.

“Ha.....ha.....ha.....ternyata jurus Tapak Bajaku masih lebih hebat dari jurus Telapak Bayanganmu Bintang......”. ucap Raden Santang tertawa melihat Bintang terlihat menahan nyeri didadanya karena adu tenaga dalam tadi.

Tawa Raden Santang berhenti saat melihat tatapan Bintang yang menatap dengan tajam kearahnya, ada sesuatu yang terlihat begitu mengerikan dalam pandangan itu sampai-sampai Raden Santang bergetar hatinya melihat hal itu dan kali ini kembali terlihat Bintang akan kembali menggunakan jurus Telapak Bayangannya. Melihat hal itu Raden Santangpun tak mau ketinggalan, jurus Tapak Bajanya kembali dipersiapkannya, dan hampir saling bersamaan, kedua-duanya kembali saling melompat kedepan ;

“Wuuussshhhh.......”. tapi mengejutkan sekali apa yang terjadi, diudara, Bintang malah terlihat menarik serangannya saat serangan Tapak Baja milik Raden Santang hampir beradu pukulan dengannya, Bintang sadar mungkin dia tidak akan menang bila mengadu pukulan, maka dengan cerdiknya Bintang menghindari serangan Raden Santang diudara, dan ;

“Telapak Bayangan heaaaa.......desss....desss...desss....”. kali ini Raden Santang yang dibuat amat terkejut, bagaimana tidak, dalam jarak sedekat itu, Bintang berhasil melepaskan pukulan Telapak Bayangannya hingga kini tubuh Raden Santangpun menjadi bulanan-bulanan serangan-serangan pukulan Bintang hingga terlempar keluar panggung arena.

Suasana ditempat itu menjadi hening melihat pertarungan yang begitu menakjubkan itu, bagaimana tidak, Raden Bintang yang selama ini tidak pernah terlihat kalau memiliki ilmu kanuragan dapat mengalahkan Raden Santang dalam satu gebrakan saja, sementara itu Raden Santang sendiri dengan susah payah ini kembali berusaha berdiri. Dari bibirnya terlihat merembes darah keluar yang menandakan kalau saat ini dia tengah terluka dalam.

“Hore.....hidup Raden Bintang....hidup......!!”. kemenangan Bintang langsung disambut dengan tepukan tangan meriah oleh para penonton, Bintang tampak menjura hormat kepada para penonton yang mendukung kemenangannya, setelah itu Bintang tampak menjura hormat pada rombongan Gusti Prabu yang berada diatas pendopo.

Sementara itu terlihat Gusti Patih Ranang berusaha membantu putranya untuk bangkit dari tempatnya. Wajah keduanya terlihat memerah menahan amarah dan malu.

Sementara Gusti Patih Setyo Pinangan dan istrinya terlihat segera menghampiri putra mereka.

“Kau tidak apa-apa anakmas.....?” ucap bundanya terlihat begitu khawatir melihat keadaan Bintang.

“Saya tidak apa-apa bunda.....”

“Kau memang hebat putraku, kau memang hebat......!!”. ucap Gusti Patih Setyo Pinangan terlihat sangat bangga dengan kemenangan putranya. Dan pada hari itu akhirnya Bintang ditetapkan sebagai pemenang dalam pertandingan adu ilmu kanuragan tahun ini. Dan Gusti Prabu Karang Sewu sendiri yang langsung menyerahkan hadiahnya. Masyarakat kota raja menyambutnya dengan penuh gembira, berita tentang kemenangan Raden Bintang dalam mengalahkan Raden Santang dengan cepat menyebar dan menjadi bahan pembicaraan dimana-mana. Pujian terdengar membicarakan kemenangan Bintang dalam adu ilmu kanuragan tersebut.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 20

    Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 19

    Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 18

    SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 17

    Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 16

    Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 15

    Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 14

    “Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 13

    Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 12

    Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status