“Racun apa yang kalian tebarkan tadi.....?”. ucap Patih Setyo Pinangan.
“Ha.....ha.....ha......itu bukan racun mematikan Gusti Patih, tapi itu adalah racun pelemas tenaga milikku.....”. ucap lelaki yang memegang senjata tombak bermata ganda itu lagi.
“Dan kini kau harus segera mati........”. ucap yang wanita lagi seraya mengangkat tangannya, dan ;
“Settt....settt..........”. dengan sekali kibas saja, dua belati sudah melesat dengan cepat bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya kearah sosok Gusti Patih Setyo Pinangan yang tidak berdaya ditempatnya, tapi disaat yang kritis itulah ;
“Telapak Bayangan heaaa......wusshhh......”. sebuah suara disusul dengan satu bayangan bergerak dimenghalangi serangan kedua belati tersebut dan kejap berikutnya segelombang angin yang cukup dasyat mementalkan kedua belati yang tengah melesat diudara tersebut.
“Bintangg.......”. ucap Gusti Patih Setyo Pinangan mengenali sosok yang kini berdiri membelakanginya, sosok yang baru saja telah menyelamatkan nyawanya itu memang tak lain adalah putranya sendiri, Bintang yang terlihat langsung berbalik mendekatinya.
“Romo.....romo tidak apa-apa....”. ucap Bintang terlihat khawatir.
“Aku tidak apa-apa anakmas.......”
“Romo tenang saja disini, biar Bintang yang menghadapi mereka.....”
“Hati-hati anakmas, mereka sangat licik......”. ucap Gusti Patih Setyo Pinangan lagi, dan terlihat Bintang hanya menganggukkan kepalanya.
Sementara itu kehadiran sosok seorang pemuda yang telah menolong Patih Setyo Pinangan tentu saja membuat terkejut keempat sosok yang masih berdiri menghadap kearah Patih Setyo Pinangan, dan kini pandangan keempatnya tampak mengarah pada sosok pemuda yang masih berusia belia yang ada dihadapan mereka.
“Rupanya putra Patih Setyo Pinanganpun ingin ikut bersama romonya rupanya.....bagus....bagus.....”. ucap salah seorang diantara mereka lagi.
“Benar, dan ini berarti bayaran yang akan kita dapatkanpun akan lebih banyak.......”.
“Tak perlu banyak basa-basi, ayo kita buktikan, siapa diantara kita yang lebih dulu mampus......”. ucap Bintang keras.
“Hei.....bisa galak juga kau bocah.....hati-hati kalau bicara.... nanti golokku ini bisa memotong lidahmu.....”
“Golok tumpulmu itu takkan bisa memotong lidahku.......”
“Dasar buluk, berani kau menghina golokku ini......kau harus merasakan bagaimana tajamnya ujung golokku ini.........”. ucap lelaki itu seraya bersiap untuk melancarkan serangan goloknya.
“Hyatt.......werrrr.....”. sosok lelaki yang bersenjatakan golok itu menerjang kedepan dengan golok ditangannya. Tapi sayang kalau dugaan lelaki ini salah besar kalau menyangka serangan awalnya akan segera mengakhiri pertarungan, walau masih berusia muda belia, Bintang bukanlah pemuda sembarangan, dalam usia yang relatif masih sangat muda, hampir seluruh kepandaian romonya telah berhasil dikuasainya dengan sempurna, sehingga tak heran serangan lelaki bersenjatakan golok ini dengan mudah dapat dipatahkan oleh Bintang.
Pertarungan berlangsung sengit diantara kedua, sementara terlihat Gusti permaisuri Gusti Patih telah bersama suaminya.
“Kanda, kau tidak apa-apa......?”
“Aku tidak apa-apa dinda......”. sejenak keduanya kembali memperhatikan jalannya pertarungan yang telah terjadi.
“Apakah Bintang bisa mengalahkan lelaki itu kanda.....?”
“Mudah-mudahan saja dinda, kini kita hanya bisa berharap dari Bintang, tenaga kanda masih terlalu lemas untuk membantunya........ mudah-mudahan shang yang widhi masih melindunginya.....”. ucap Gusti Patih Setyo Pinangan lagi, istrinya terlihat semakin khawatir melihat kearah pertarungan yang terjadi, dan hal inipun disadari oleh Gusti Patih.
“Jangan khawatir dinda, Bintang pasti bisa mengalahkan lelaki itu......”. ucap Gusti Patih lagi mencoba menenangkan hati istrinya.
Sementara itu, pertarungan yang terjadi diantara Bintang dan lelaki bersenjatakan golok itu semakin berlangsung sengit, serangan lelaki itu terlihat semakin membabi buta karena marahnya karena semua serangannya selalu berhasil dipatahkan dengan mudah oleh pemuda yang menjadi lawannya. Padahal usia pemuda yang menjadi lawannya itu masih begitu muda, bagaimana dia harus meletakkan mukanya sebagai seorang pendekar yang tidak mengalahkan lawan semuda itu, bahkan ;
“Hiyyaaa........ddeessss.....”. serangannya yang membabi buta membuat pertahanannya kosong, dan hal ini dapat dilihat dengan cepat oleh Bintang yang langsung memanfaatkanya, maka tak melesat lagi, satu serangan beruntun dilepaskan oleh Bintang dengan telak menghantam dada lelaki tersebut, dan terlemparlah sosok lelaki tersebut kebelakang dan terhempas dengan keras ketanah bagaikan daun kering.
“Huakkkk.........”. bahkan lelaki itu terlihat langsung memuntahkan darah segar dari mulutnya.
“Kurang ajar......”. dia langsung bangkit dengan menggeram marah.
“Kita hadapi dia bersama-sama Kora.......”
“Tidak, aku masih sanggup menghadapinya.......”
“Kami tahu kau masih bisa mengalahkannya Kora, tapi kita tidak punya banyak waktu, sebentar lagi malam.......kita harus segera menyelesaikan pekerjaan kita ini dengan cepat.........”. ucap yang lain lagi hingga menyadarkan sosok lelaki yang disebut dengan sebutan Kora itu terlihat menatap kearah barat, dimana matahari terlihat sudah mulai condong.
“Hup.....huppp....hupppp.....”. hampir bersamaan keempatnya langsung melompat dan langsung bergerak mengepung Bintang yang berada ditengah-tengah.
“Kanda......”. ditempatnya terlihat bundanya terlihat sangat khawatir melihat hal itu. Gusti Patih Setyo Pinangan tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia masih belum memiliki tenaga yang cukup kuat untuk membantu putranya.
Sementara itu Bintang terlihat semakin bersikap waspada dengan kepungan keempat lawannya.
“Seranggg........!!!”. hampir bersamaan keempat lawannya saling menyerang kedepan.
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan