Share

1. Bagian 21

“Racun apa yang kalian tebarkan tadi.....?”. ucap Patih Setyo Pinangan.

“Ha.....ha.....ha......itu bukan racun mematikan Gusti Patih, tapi itu adalah racun pelemas tenaga milikku.....”. ucap lelaki yang memegang senjata tombak bermata ganda itu lagi.

“Dan kini kau harus segera mati........”. ucap yang wanita lagi seraya mengangkat tangannya, dan ;

“Settt....settt..........”. dengan sekali kibas saja, dua belati sudah melesat dengan cepat bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya kearah sosok Gusti Patih Setyo Pinangan yang tidak berdaya ditempatnya, tapi disaat yang kritis itulah ;

“Telapak Bayangan heaaa......wusshhh......”. sebuah suara disusul dengan satu bayangan bergerak dimenghalangi serangan kedua belati tersebut dan kejap berikutnya segelombang angin yang cukup dasyat mementalkan kedua belati yang tengah melesat diudara tersebut.

“Bintangg.......”. ucap Gusti Patih Setyo Pinangan mengenali sosok yang kini berdiri membelakanginya, sosok yang baru saja telah menyelamatkan nyawanya itu memang tak lain adalah putranya sendiri, Bintang yang terlihat langsung berbalik mendekatinya.

“Romo.....romo tidak apa-apa....”. ucap Bintang terlihat khawatir.

“Aku tidak apa-apa anakmas.......”

“Romo tenang saja disini, biar Bintang yang menghadapi mereka.....”

“Hati-hati anakmas, mereka sangat licik......”. ucap Gusti Patih Setyo Pinangan lagi, dan terlihat Bintang hanya menganggukkan kepalanya.

Sementara itu kehadiran sosok seorang pemuda yang telah menolong Patih Setyo Pinangan tentu saja membuat terkejut keempat sosok yang masih berdiri menghadap kearah Patih Setyo Pinangan, dan kini pandangan keempatnya tampak mengarah pada sosok pemuda yang masih berusia belia yang ada dihadapan mereka.

“Rupanya putra Patih Setyo Pinanganpun ingin ikut bersama romonya rupanya.....bagus....bagus.....”. ucap salah seorang diantara mereka lagi.

“Benar, dan ini berarti bayaran yang akan kita dapatkanpun akan lebih banyak.......”.

“Tak perlu banyak basa-basi, ayo kita buktikan, siapa diantara kita yang lebih dulu mampus......”. ucap Bintang keras.

“Hei.....bisa galak juga kau bocah.....hati-hati kalau bicara.... nanti golokku ini bisa memotong lidahmu.....”

“Golok tumpulmu itu takkan bisa memotong lidahku.......”

“Dasar buluk, berani kau menghina golokku ini......kau harus merasakan bagaimana tajamnya ujung golokku ini.........”. ucap lelaki itu seraya bersiap untuk melancarkan serangan goloknya.

“Hyatt.......werrrr.....”. sosok lelaki yang bersenjatakan golok itu menerjang kedepan dengan golok ditangannya. Tapi sayang kalau dugaan lelaki ini salah besar kalau menyangka serangan awalnya akan segera mengakhiri pertarungan, walau masih berusia muda belia, Bintang bukanlah pemuda sembarangan, dalam usia yang relatif masih sangat muda, hampir seluruh kepandaian romonya telah berhasil dikuasainya dengan sempurna, sehingga tak heran serangan lelaki bersenjatakan golok ini dengan mudah dapat dipatahkan oleh Bintang.

Pertarungan berlangsung sengit diantara kedua, sementara terlihat Gusti permaisuri Gusti Patih telah bersama suaminya.

“Kanda, kau tidak apa-apa......?”

“Aku tidak apa-apa dinda......”. sejenak keduanya kembali memperhatikan jalannya pertarungan yang telah terjadi.

“Apakah Bintang bisa mengalahkan lelaki itu kanda.....?”

“Mudah-mudahan saja dinda, kini kita hanya bisa berharap dari Bintang, tenaga kanda masih terlalu lemas untuk membantunya........ mudah-mudahan shang yang widhi masih melindunginya.....”. ucap Gusti Patih Setyo Pinangan lagi, istrinya terlihat semakin khawatir melihat kearah pertarungan yang terjadi, dan hal inipun disadari oleh Gusti Patih.

“Jangan khawatir dinda, Bintang pasti bisa mengalahkan lelaki itu......”. ucap Gusti Patih lagi mencoba menenangkan hati istrinya.

Sementara itu, pertarungan yang terjadi diantara Bintang dan lelaki bersenjatakan golok itu semakin berlangsung sengit, serangan lelaki itu terlihat semakin membabi buta karena marahnya karena semua serangannya selalu berhasil dipatahkan dengan mudah oleh pemuda yang menjadi lawannya. Padahal usia pemuda yang menjadi lawannya itu masih begitu muda, bagaimana dia harus meletakkan mukanya sebagai seorang pendekar yang tidak mengalahkan lawan semuda itu, bahkan ;

“Hiyyaaa........ddeessss.....”. serangannya yang membabi buta membuat pertahanannya kosong, dan hal ini dapat dilihat dengan cepat oleh Bintang yang langsung  memanfaatkanya,  maka tak melesat lagi, satu serangan beruntun dilepaskan oleh Bintang dengan telak menghantam dada lelaki tersebut, dan terlemparlah sosok lelaki tersebut kebelakang dan terhempas dengan keras ketanah bagaikan daun kering.

“Huakkkk.........”. bahkan lelaki itu terlihat langsung memuntahkan darah segar dari mulutnya.

“Kurang ajar......”. dia langsung bangkit dengan menggeram marah.

“Kita hadapi dia bersama-sama Kora.......”

“Tidak, aku masih sanggup menghadapinya.......”

“Kami tahu kau masih bisa mengalahkannya Kora, tapi kita tidak punya banyak waktu, sebentar lagi malam.......kita harus segera menyelesaikan pekerjaan kita ini dengan cepat.........”. ucap yang lain lagi hingga menyadarkan sosok lelaki yang disebut dengan sebutan Kora itu terlihat menatap kearah barat, dimana matahari terlihat sudah mulai condong.

“Hup.....huppp....hupppp.....”. hampir bersamaan keempatnya langsung melompat dan langsung bergerak mengepung Bintang yang berada ditengah-tengah.

“Kanda......”. ditempatnya terlihat bundanya terlihat sangat khawatir melihat hal itu. Gusti Patih Setyo Pinangan tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia masih belum memiliki tenaga yang cukup kuat untuk membantu putranya.

Sementara itu Bintang terlihat semakin bersikap waspada dengan kepungan keempat lawannya.

“Seranggg........!!!”. hampir bersamaan keempat lawannya saling menyerang kedepan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status