Share

1. Bagian 22

“Hiyyaatt.....huppp........”. dengan cepat Bintang bergerak menghindar, tapi keempat lawannya terus memburunya seakan tak memberikan kesempatan sedikit saja kepada Bintang untuk bernafas lega.

Serangan-serangan keempat lawannya itu kian gencar dan saling berlomba-lomba, kalau saja gerakan Bintang tidak cepat dan lincah, tentu sudah sejak tadi Bintang terkena pukulan dari salah seorang penyerangnya.

“Hyattt.......Telapak Bayangan heaa.....wusshh......”

“Kora....awasss...!!!!”

“Dessss......akkkhhh.......”. terlambat bagi Kora untuk mendengar peringatan dari temannya, saat serangan maut Bintang datang menghampirinya dan terpentallah sosok Kora dengan derasnya kebelakang hingga menghantam sebatang pohon yang berada tak jauh dari tempat pertarungan itu, dan sesaat terlihat sosok Kora tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya tersungkur.

“Desss.....dess......”.tapi malang bagi Bintang, walau berhasil menyarangkan serangannya, dua serangan dengan telak berhasil menghantamnya, hingga tubuh Bintangpun terlempar dengan keras kebelakang.

“Huakkk.........”. terlihat Bintang langsung memuntahkan darah dari mulutnya seraya memegangi dadanya, sementara ketiga lawannya yang tersisa terlihat langsung mendekati sosok Kora dan salah satu dari ketiganya terlihat langsung bergerak memeriksa keadaan Kora.

“Kora tewass......!!”. ucap yang memeriksa lagi hingga mengejutkan mereka semua yang ada ditempat itu, rupanya tadi Bintang benar-benar telah mengerahkan seluruh tenaganya untuk melepaskan pukulan Telapak Bayangannya hingga dampaknya sangat mengerikan.

“Bocah itu harus membayar dengan nyawanya......”. ucap sosok lelaki yang bersenjatakan tombak bermata ganda lagi seraya bangkit berdiri dan berjalan kearah Bintang, dan kini dia telah berdiri beberapa langkah didepan Bintang yang masih tak kuasa berdiri dari tempatnya.

“Kau harus membayar kematian sahabatku itu dengan nyawamu bocah.......”. ucap lelaki itu lagi seraya mengangkat tombaknya keudara.

“Tidak semudah itu...........”. tiba-tiba terdengar suara Bintang berucap hingga membuat terkejut lelaki yang bersenjatakan tombak bermata ganda, karena dia menyangka kalau pemuda yang ada dihadapannya sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk mengeluarkan suaranya, bahkan ;

“Telapak Bayangan heaaa......wuussshhh.......”. lelaki ini lebih terkejut lagi saat tiba-tiba saja pemuda belia yang ada dihadapannya langsung melepaskan pukulannya kearahnya, karena saat itu jaraknya begitu sangat dekat dengan pemuda itu, hingga dia tidak sempat lagi untuk menghindar, hingga ;

“Ddeeesssss.....desss.....dessss......deesss.......”. serangan beruntun dan bertubi-tubi yang dilepaskan Bintang dengan telak menghantam tubuhnya dan terlemparnya tubuh lelaki itu tanpa sempat berteriak sedikitpun dan tubuhnya tertempas ketanah dengan keras, sesaat masih terlihat tubuhnya bergerak, tapi kemudian diam, diam untuk selamanya, dia tewas dengan tubuh remuk karena dengan telak terkena hantaman pukulan Telapak Bayangan.

“Kurang ajar, kubunuh kau..... hyyaaatt ...... wuutt........”. dua belati melesat dengan cepat kearah Bintang yang saat itu benar-benar telah kehabisan tenaga saat mengerahkannya tadi untuk membunuh lelaki yang bersenjatakan tombak bermata dua tersebut, kini Bintangpun hanya dapat terkesiap melihat dua belati yang saat itu tengah menuju kearahnya.

“Bintang.......!!”. hampir bersamaan Gusti patih Setyo Pinangan dan istrinya terpekik kaget melihat maut yang sebentar lagi akan datang menjemput Bintang, tapi disaat-saat yang genting itulah, tiba-tiba ;.

“Serrr........wussshhhh........”. sesosok bayangan muncul dihadapan Bintang dan langsung melepaskan pukulannya kearah kedua belati yang saat itu tengah melesat cepat kearahnya, satu gelombang angin yang cukup dasyat menggebrak kearah kedua belati tersebut hingga membuat kedua belati itu langsung terpental balik kearah pemiliknya, tapi dengan mantap kedua belati itu ditangkap oleh pemiliknya kembali.

Kini kedua lawan Bintang tampak menatap kearah sesosok tubuh yang kini berdiri dengan gagah dihadapan Bintang, kedua-duanya tampak memandang dengan tatapan berkerut, karena mereka tidak mengenali sosok lelaki yang berusia cukup tua yang tadi telah menolong Bintang.

“Kakang Randu......”. terdengar Gusti patih Setyo Pinangan menyebutkan sebuah nama dengan wajah berubah ceria. Lelaki yang kini berada dihadapan Bintang, hanya tampak sedikit berpaling menatap kearah Gusti patih Setyo Pinangan, lalu kemudian pandangannya yang tajam kembali mengarah kearah kedua sosok yang kini berada dihadapannya.

“Siapa kau......berani sekali kau ikut campur urusan kami ha ???”.

“Namaku Randu, orang yang ingin kalian bunuh ini masih keluargaku......jika kalian ingin membunuhnya, langkahi dulu mayatku..”. ucap lelaki itu dengan suara datar dan dingin, dinginnya sikap lelaki yang ada dihadapan mereka, membuat kedua sosok yang masih tersisa ini saling pandang satu sama lain.

“Sebaiknya kalian tinggalkan tempat ini atau aku terpaksa harus mencabut sumpahku untuk tidak membunuh lagi.......”. tiba-tiba kembali terdengar sebuah suara yang begitu menggelegar dengan hebat ditempat itu, anehnya lagi suara itu seperti datang dari berbagai arah penjuru tempat itu.

“Membelah Suara 4 Penjuru Angin......”. ucap kedua lelaki dan perempuan ini mengenali ajian suara yang baru saja mereka dengar, dan keduanya tahu hanya tokoh-tokoh tataran atas dunia persilatan saja yang memiliki ajian Membelah Suara 4 Penjuru Angin yaitu sebuah ajian yang mampu bergema di 4 penjuru angin hingga membingungkan lawan yang menghadapinya untuk menebak dimana arah asal suara tersebut berasal.

“Apa yang harus kita lakukan nyi.....?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status