Share

1. Bagian 20

“Kita lihat saja......”

“Hyatt......hyyaaatt.....wuussshhh.....serrrr......”. hampir bersamaan keempat pendekar tersebut saling melesat kedepan dan melancarkan serangan masing-masing kearah Gusti Patih Setyo Pinangan yang sudah siap menyambutnya, dan ;

“Hiyattt.....serrrr.......”. sosok Gusti Patih Setyo Pinanganpun ikut berkelebat kedepan menyambut serangan keempat lawannya dan kini terjadilah pertarungan yang dasyat dan seru ditempat itu. Ternyata Gusti Patih Setyo Pinangan benar-benar membuktikan kalau dirinya pantas untuk menjadi seorang Gusti Patih dikerajaan Karang Sewu, terbukti serangan-serangan gencar yang dilancarkan oleh keempat lawannya, bukan saja berhasil diimbanginya, bahkan sesekali Gusti Patih Setyo Pinangan berhasil membalas serangan tersebut. Didalam kereta kuda terlihat Bintang sudah tidak sabar lagi untuk membantu kanjeng romonya, tapi bundanya terus menahannya.

Sementara itu pertarungan yang terjadi telah memasuki jurus ke 43, dimana saat itu kedua belah pihak masih berimbang, hingga akhirnya hampir bersamaan keempat lawan Gusti Patih Setyo Pinangan saling melompat mundur. Dan keempatnya terlihat saling pandang satu sama lain.

“Cringg......”. salah satu dari keempat lawan Patih Setyo Pinangan terlihat sudah mencabut golok yang sejak tadi berada dipinggangnya, melihat hal itu, ketiga temannya yang lainpun ikut mengeluarkan senjata mereka masing-masing, dimana yang paling kiri tampak sudah mulai memutar-mutar busur ditangannya, sedangkan sosok wanita yang ada disebelahnya tampak mengeluarkan dua belati kecil ditangannya, sedangkan yang berada disebelahnya adalah yang menggunakan senjata golok dan yang terakhir terlihat mengeluarkan sebuah tombak pendek bermata ganda.

Melihat keempat lawannya telah memegang senjatanya masing-masing, Patih Setyo Pinanganpun tak mau ketinggalan, dan ; “Cringg....”. sebilah keris yang sejak tadi terselip dipinggangnya, kini sudah berada ditangannya.

“Ayo, kita serang dia.....!! semakin cepat kita selesaikan, semakin cepat kita tinggalkan tempat ini........”. ucap yang bersenjatakan golok lagi seraya mempersiapkan serangannya, dan ;

“Hyatt...bettt.....wuushh....werr...”. hampir bersamaan keempatnya saling melompat kedepan menyerang kearah sosok Patih Setyo Pinangan. Berbagai macam bentuk senjata itu berkelebat dengan cepat kearah sosok Patih Setyo Pinangan.

“Trangg.....tranggg.....trangggg......”. terdengar beberapa kali benturan terjadi saat Gusti Patih Setyo Pinangan memapaki serangan-serangan tersebut dengan keris ditangannya, dan terlihat percikan bunga api terlihat memencar dari beradunya berbagai macam senjata pusaka itu.

Tapi kali ini, keempat lawan Patih Setyo Pinangan terlihat berada diatas angin, serangan berbahaya keempatnya bukannya saja mampu mendesak keberadaan Gusti Patih Setyo Pinangan, tapi juga telah membuat Gusti Patih Setyo Pinangan sulit untuk melancarkan serangan balasan, salah melangkah sekali saja, dapat dibayangkan kalau senjata-senjata maut dari para lawannya akan mengenai tubuhnya.

“Hiyaaa....settt.....setttt......”. bahkan beberapa kali anak panah yang dilepaskan oleh lawannya hampir saja mengancam jiwanya, untung sejauh ini Gusti Patih Setyo Pinangan masih mampu bergerak cepat mengindar, tapi ;

“Crassshhh.....akhhh......”. Gusti Patih Setyo Pinangan terpekik kaget saat merasakan ada sesuatu yang membeset kedua kakinya, hingga kontan tubuh Patih Setyo Pinangan langsung terjatuh ketanah, dan disaat itu pulalah, sosok wanita yang bersenjatakan dua belati kecil itu memburunya, dengan sekuat tenaganya Gusti Patih Setyo Pinangan bergulingan untuk menghindari serangan belati maut itu, sambil berguling sosok Gusti Patih Setyo Pinangan terlihat kembali berputar-putar diudara, hal ini memperlihatkan bagaimana kelas seorang Gusti Patih dalam menghindari serangan lawannya, tapi ;

“Settt......”. walau masih berputar diudara, pendengaran Gusti Patih Setyo Pinangan yang tajam masih sempat mendengar adanya desiran halus  yang datang dari arah belakangnya, dan ;

“Hiyaaa.......wuutt.....duarrrr.......”. tanpa melihat lagi, Gusti Patih Setyo Pinangan terlihat langsung melemparkan keris ditangannya untuk menyongsong serangan gelap yang datang dari arah belakangnya tersebut,  dan beberapa saat kemudian terdengar sebuah suara ledakan kecil ditempat itu, disusul dengan bertebarannya kabut asap yang menutupi tempat itu.

Gusti Patih Setyo Pinangan langsung bersikap waspada dengan memasang pendengarannya tajam-tajam, karena dalam keadaan kabut tebal seperti saat ini, serangan-serangan yang dilancarkan oleh lawannya tidak akan bisa dilihatnya dengan jelas, tapi belum lagi serangan-serangan itu datang, tiba-tiba Gusti Patih Setyo Pinangan merasakan ada sesuatu yang lain pada dirinya.

“Kabut ini beracun.....”. ucap Gusti Patih Setyo Pinangan menyadari hal itu, dengan cepat Gusti Patih Setyo Pinangan langsung menutup penciumannya, tapi terlambat, saat itulah Gusti Patih Setyo Pinangan merasakan tubuhnya mendadak lemas tak bertenaga, bahkan terlihat tubuh Patih Setyo Pinangan langsung terjatuh ditempatnya karena kehilangan tenaga.

Perlahan tapi pasti kabut tebal yang menutupi tempat itu mulai sirna tertiup angin, dan kini terlihatlah keempat sosok tubuh yang menjadi lawan Patih Setyo Pinangan terlihat masih berdiri, tapi terlihat keempatnya masih menutupi hidung mereka masing-masing. Setelah melihat kabut asap itu menghilang semuanya, barulah terlihat keempatnya membuka kembali pernafasan mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status