Sementara itu diwaktu yang sama, tapi ditempat yang berbeda, tepatnya ditempat kediaman Nyai Kembangsari, didalam sebuah kamar, dimana terlihat sesosok tubuh yang tengah terbaring diatas pembaringan yang berada dikamar itu, terlihat disalah satu tangan sosok pemuda yang tengah berbaring itu sebuah botol arak yang tergenggam erat ditangannya.
Bila melihat raut wajahnya, sosok pemuda yang sepertinya telah tenggelam dalam mabuknya itu tak lain Bintang adanya. Sejak kematian Nyai Kembangsari, Bintang benar-benar terpukul hingga Bintang hanya bisa tenggelam dalam minuman arak yang selalu setia menemaninya. Keadaan Bintang seperti sekarang ini tentu saja sangat menyedihkan bagi Ki Tayub dan Sawungpati sendiri yang dengan setia menjaga dan melayani Bintang disetiap harinya. Tapi Bintang seolah tidak perduli akan hal itu. Dan malam itu sebagaimana biasanya Bintang tertidur dalam keadaan mabuknya.
“Wuuutttt”. tiba-tiba saja sebuah cahaya putih melesat masuk dari jendela kamar
Sore itu, segumpalan asap tebal tampak melingkupi sebuah desa, asap tebal itu ternyata berasal dari rumah-rumah penduduk yang tengah terbakar, sementara itu suasana didesa itu sendiri tampak begitu kacau balau, para wanita dan anak-anak tampak berteriak-teriak histeris, berlari kesana kemari tanpa tujuan, keadaan di desa itu benar-benar telah porak poranda. Belasan orang lelaki yang mengenakan pakaian serba merah tampak dengan bringasnya menebaskan kapak-kapak merah yang ada ditangan mereka tanpa pandang bulu, sehingga banyak korban berjatuhan dengan tubuh bersimbah darah. Bahkan beberapa diantara mereka terlihat tengah memanggul beberapa sosok orang wanita, dan sebagian lagi tampak sibuk membakari atap-atap rumah penduduk. Beberapa orang pemuda yang bersenjatakan cangkul dan tongkat tampak berusaha memberikan perlawanan sengit kepada orang-orang yang mengenakan pakaian serba merah itu, tapi ternyata perlawanan mereka tidaklah berarti apa-apa, bukan saja karena mereka kalah
“Siapa namamu anak muda ?” “Namaku Surat”. jawabnya singkat dan tegas. “Aku mengagumi keberanianmu Surat, tapi sayang kau hanya menyia-nyiakan nyawamu saja, tapi aku masih memberikan keringanan padamu, aku ingin kau menjadi anak buahku...bagaimana..?”. ucap si Bola Iblis lagi. Sesaat terlihat wajah Surat berubah mendengar hal itu, tak disangkanya kalau ucapan itu akan keluar dari mulut si Bola Iblis. “Bagaimana ? aku jamin kau akan hidup senang bila bergabung dengan kami Gerombolan Kapak Merah”. ucap si Bola Iblis lagi dengan banggannya. “Cuih.....siapa sudi bergabung dengan orang-orang kotor dan bejat seperti kalian”. tapi justru ucapan yang sangat mengejutkan yang dilontarkan oleh Surat, bahkan dengan beraninya Surat meludah kedepan. “Wuutt.......ddesss”. dan tiba-tiba saja sosok si Bola Iblis yang berada dipunggung kudanya sudah melesat kedepan dan satu tendangan keras dengan telak menghantam wajah Surat yang langsung membuat tubuh pemuda i
“Apakah keberanianmu hanya menindas orang-orang lemah seperti mereka ?”. tapi sebelum semuanya terlambat, sebuah suara lembut terdengar ditempat itu, hal ini bukan saja mengejutkan semua orang ditempat itu, tapi juga Si Bola Iblis sendiri. Tangannya yang terangkat yang tadi telah siap dihantamkannya ke kepala Surat, tertahan dan perhatiannya kini tertuju kearah asal suara. “Aahhh.”. bukan saja Si Bola Iblis yang terkejut saat melihat sosok seorang gadis yang kini tengah berdiri beberapa tombak dihadapan mereka. Tapi semua yang ada ditempat itu cukup terkejut dengan kehadiran gadis tersebut, karena tak sedikitpun mereka tadi melihat keberadaannya. Beberapa tombak dihadapan Si Bola Iblis, memang telah berdiri sosok seorang gadis yang mengenakan pakaian kecoklatan, Gadis itu terlihat berjalan kembali kedepan hingga kini semakin mendekat kearah mereka, dan semakin dekat semakin terkejutlah semua orang yang ada ditempat itu termasuk Si Bola Iblis sendiri. Betapa tidak, ga
Melihat keunggulan lawannya, si Bola Iblis kini benar-benar tidak bisa menganggap enteng lawannya, maka ; “Sregggg.”. rantai bola besi berduri yang sejak tadi melingkar dilehernya segera diraihnya. “Sebaiknya kau menyerah saja nisanak, sebelum bola iblisku ini melukaimu.”. “Kau tak perlu sungkan, keluarkan semua kemampuan yang kau miliki...”. ucap gadis bertopeng perak lagi, maka ; “Wuutt....wuuttt...” si Bola Iblispun terlihat memutar rantai bola berdurinya diatas kepalanya. “Hyyaatt......wuuutttt.”. bola berduri itu melesat cepat kearah gadis bertopeng perak ; “Uttsss”. tapi dengan gerakan yang sangat mengagumkan pula, gadis bertopeng perak itu menghindari serangan maut itu, hingga ; “Duarrrr...”. tanah tempat dimana gadis bertopeng perak tadi berdiri terlihat langsung hancur berantakan saat terkena hantaman bola berduri tersebut, dan ini ternyata cukup mengejutkan wajah dibalik topeng perak tersebut, sungguh tak disangkanya kalau senjata bola berduri
Beberapa hari kemudian, nama Dewi Topeng Perak benar-benar telah menjadi bahan pembicaraan diantara kalangan para penduduk, karena telah beberapa kali Dewi Topeng Perak berhasil menggagalkan Gerombolan Kapak Merah dalam melakukan aksi perampokannya. Keperkasaan dan kehebatan Dewi Topeng Perak kini benar-benar menjadi buah bibir dikalangan masyarakat awam. Bahkan di kalangan Gerombolan Kapak Merah sendiri. Sore itu,disebuah jalan didalam sebuah hutan lebat, terlihat dua buah pedati yang tengah berjalan melewatinya. Di Pedati yang paling depan terlihat penuh oleh barang–barang kebutuhan pokok, sementara di pedati belakang tampak pula duduk seorang laki-laki tua yang dari pakaiannya dapat dipastikan kalau lelaki itu adalah seorang juragan. Sementara itu didepan sekali, terlihat dua orang laki-laki yang tengah mengendarai dua ekor kuda, kedua terlihat mengenakan pakaian berwarna putih dan melihat sosok penampilan mereka, dapat dipastikan kalau keduanya adalah orang-orang persila
“He he he...! untung hanya bajumu bocah”. ucap Cakar Iblis tertawa seraya meniup robekan baju yang tersangkut di ujung cakar bajanya. “Sekarang bersiaplah untuk menerima kematian kalian!!”. ucap Cakar Iblis lagi seraya kembali mempersiapkan serangannya. “Sreggg....sreggg”. tahu lawan tangguh yang akan dihadapinya, Linu cepat mengeluarkan trisula, senjata andalannya, melihat kakak seperguruannya sudah mulai menggunakan senjatanya, Gamarpun tak mau ketinggalan, trisula kembarnyapun segera diraihnya. “Kita lawan dia bersama adik, jika bersama, kita pasti bisa mengalahkannya”. ucap Linu lagi mencoba memberi semangat kepada adik seperguruannya itu. Gamar terlihat hanya mengangguk. “Hyyatttt.......wuuutttt” “Serrr....bet....bettt”. hampir bersamaan ketiga pendekar ini saling menyerang kedepan, dan ; “Trangg.....tranggg.....tranggg”. beberapa kali terdengar beradunya senjata-senjata mereka hingga menimbulkan percikan-percikan api kecil. Baik
“Ternyata orang-orang kapak merah hanyalah orang-orang yang biadab...”. kembali sebuah suara mengejutkan terdengar dibelakang Cakar Iblis, dengan serta merta Cakar Iblis langsung berbalik. Dan berubahlah paras Cakar Iblis saat melihat satu sosok tubuh kini telah berdiri tepat beberapa langkah dihadapannya. “De......wi Topeng Perak..”. ucap Cakar Iblis menyebutkan satu nama dibibirnya, rupanya Cakar Iblis telah mengenali sosok gadis yang mengenakan topeng perak diwajahnya. Kehadiran Dewi Topeng Perak ditempat itu bukan saja mengejutkan Cakar Iblis, tapi juga seluruh orang-orang Gerombolan Kapak Merah yang ada ditempat itu, dengan serta merta mereka langsung bergerak mengepung sosok Dewi Topeng Perak. Sementara itu gadis bertopeng perak masih berdiri dengan tenang ditempatnya. “Pucuk dicinta ulampun tiba, dicari-cari ternyata kita malah bertemu ditempat ini Dewi Topeng Perak, ketua kami memberikan perintah untuk membunuhmu ! karena kau telah banyak ikut campur dalam ur
“Trang......trang.....trangg.”. beberapa kali terlihat kedua senjata mereka bertemu hingga terlihat beberapa kali terjadi percikan bunga api yang cukup berpedar. Memasuki jurus ke 56, hampir bersamaan kedua-duanya saling melompat mundur. “Sudah saatnya kita akhiri pertarungan ini......bersiaplah menerima kematianmu Dewi Topeng Perak”. ucap Cakar Iblis lagi seraya mengangkat Kuku Bajanya didepan dadanya. “Weezzgghhh........weeezzzggghhhh.”. dan tiba-tiba saja kuku baja itu mengeluarkan cahaya merah berpedar yang membentuk kilatan-kilatan cahaya yang terang. Ditempatnya, Dewi Topeng Perak terlihat pula merapatkan kedua tangannya, sepertinya Dewi Topeng Perakpun akan menggunakan salah satu pukulan pamungkasnya. Dari kedua tangan Dewi Topeng Perak yang terbuka saling berhadapan itu muncul pula seberkas cahaya merah yang juga tak kalah berpedarnya dari cahaya yang keluar dari kuku baja Cakar Iblis. “Cakar Iblis Neraka Membelah Mega yeaahhh...... wuutt”. da