Sementara itu disebuah tempat dimana sejauh mata memandang hanya bebatuan yang terlihat menghampar, hanya satu dua pohon yang terlihat tumbuh ditempat itu. Disalah satu bagian ditempat itu terlihat sebuah goa berukuran kecil. “Uhhh...” sebuah erangan kecil terdalam dari dalam goa tersebut dan bila kita melihat kedalamnya, ternyata erangan kecil itu keluar dari mulut seorang laki-laki paroh baya yang tampak terbaring dibebatuan yang ada didalam goa tersebut.
Walau wajahnya sudah mencerminkan usianya yang sudah tidak muda lagi, tapi raut wajah lelaki paroh baya itu masih memperlihatkan kewibawaan yang luar biasa, sebuah mahkota yang tersampir dikepalanya membuktikan kalau lelaki paroh baya itu memang berasal dari keluarga kerajaan.
Sesaat kedua mata lelaki itu terlihat menatapi keadaan disekitarnya, dia merasa asing dengan tempatnya saat ini, sesaat dicobanya untuk mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya, hingga sesaat kemudian wajahnya berubah. Seiring dengan it
“Uhhh”. sebuah erangan halus terdengar dari dalam sebuah goa kecil yang ada dibukit bebatuan, erangan yang ternyata berasal dari seorang laki-laki yang bila melihat perawakannya, lelaki itu tak lain adalah Gusti Prabu Jagat Kencana adanya. Dan sepertinya dia baru saja terbangun dari tidurnya yang lelap, begitu menyadari keberadaan dirinya, lelaki paroh baya yang memiliki wajah yang begitu memancarkan aura kewibawaan ini terlihat langsung mengepalkan kedua tangannya dan sesaat wajahnya tersenyum. “Tenagaku sudah pulih sepenuhnya”. ucapnya seakan berkata pada dirinya sendiri, dan sesaat kemudian wajah lelaki itu mulai terangkat. Dan wajah lelaki ini tampak berubah saat menyadari kalau saat ini hanya dia seorang yang berada ditempat itu. “Dimana pemuda itu ? apakah dia sudah pergi”. ucap lelaki itu perlahan. “Ah kalau dia pergi alangkah bersalahnya aku yang belum sempat mengucapkan terima kasih kepadanya dan ah, namanyapun aku belum tahu”. ucap lelaki ini lagi t
“Apakah benar kau yang bergelar Ksatria Pengembara seperti yang kudengar selama ini Bintang ?”. kali ini Bintang tersenyum saat mendengar pertanyaan Gusti Prabu Jagat Kencana, kini Bintang mengerti kenapa Gusti Prabu Jagat Kencana menatapnya seperrti itu. “Begitulah orang-orang menyebut hamba Gusti”. ucap Bintang lagi seraya mengangkat bahunya. “Benar-benar sulit dipercaya ?”. ucap Gusti Prabu Jagat Kencana lagi hingga mengejutkan Bintang. “Aa...apanya yang sulit dipercaya gusti ?”. tanya Bintang tak mengerti. “Oh, maaf kalau aku membuatmu bingung Bintang, aku hanya terkejut bisa bertemu dengan seorang pendekar besar yang namanya begitu dipuja dan selalu menjadi pembicaraan setiap orang ditataran tanah jawa ini”. ucap Gusti Prabu Jagat Kencana lagi. “Ah, gusti prabu terlalu melebih-lebihkan” “Tidak Bintang, selama ini aku selalu mengikuti sepak terjangmu dalam memberantas keangkara murkaan didunia persilatan, tapi aku sungguh tidak men
Delapan penunggang kuda terlihat memacu kuda mereka dengan cepat melintasi tepian sebuah hutan, ke-8 sosok penunggang kuda tersebut tampak mengenakan pakaian yang serba hitam yang menutupi hampir sekujur tubuh mereka, hanya kedua mata mereka saja yang terlihat. Kalau melihat dari cara merek yang memacu kudanya dengan cepat bagaikan kesetanan, tentu dapat diduga kalau mereka tengah tergesa-gesa. Entah kemana tujuan ke-8 sosok penunggang kuda tersebut, seakan mereka berpacu dengan waktu dimana matahari sudah mulai bersinar terik dipuncaknya. “Hieekkk.”. tiba-tiba saja sosok penunggang kuda yang berada paling depan menghentikan lari kudanya dengan tiba-tiba hingga kontan membuat kuda tunggangannya terkejut dan langsung mengangkat kedua kakinya, kalau saja sang penunggang kuda tidak dengan cepat mengendalikan tubuhnya, tentu tubuhnya sudah terlempar. Dengan berhentinya sipenunggang kuda yang didepan, ke-7 sosok penunggang kuda lainnyapun ikut menghentikan langkah kuda mereka.
“Siapa pemuda ini sebenarnya ? kenapa dia muncul tanpa sedikitpun aku mendengar suara gerakannya, atau jangan-jangan dia juga yang telah menotok ke-7 anak buahku, tapi kalau memang benar, tidak mungkin aku tidak mendengarnya”. batin Ketua Warok Hitam lagi seraya menatap sekujur tubuh pemuda yang terlihat berdiri dengan tenang dihadapannya. “Pasti kau yang telah menyelamatkan raja keparat itu malam kemarin anak muda”. ucap Ketua Warok Hitam lagi mencoba menyimpulkan. “Benar...” “Kau mungkin hebat anak muda, tapi aku Warok Hitam tidak akan pernah gentar pada siapapun”. ucap ketua Warok Hitam dengan lantangnya. “Ha ha ha...!!!”. tiba-tiba saja Gusti Prabu Jagat Kencana tertawa, hal ini tentu saja membuat Ketua Warok Hitam ini terkejut. “Apakah ada yang salah dengan ucapanku”. batin Warok Hitam lagi. “Kau terlalu sesumbar Warok Hitam, kalau saja kau tahu siapa pemuda yang ada dihadapanmu itu, aku jamin kau pasti sudah lari tun
“Duarr.....duarrrr....duarrrr.” kejap berikutnya serangan-serangan cambuk hitam yang dilancarkan oleh Warok Hitam benar-benar semakin gencar kearah Bintang hingga membuat tempat itu kini benar-benar menjadi sangat berantakan, lobang-lobang besar akibat terhantam cambuk tersebut terlihat jelas disana sini, sepertinya Warok Hitam benar-benar ingin segera menuntaskan pertarungannya. Sementara itu ditempatnya Gusti Prabu Jagat Kencana sendiri terlihat cemas melihat pertarungan yang terjadi hebat dihadapannya, terlihat jelas kalau sosok Warok Hitam tengah berada diatas angin dalam melancarkan serangan-serangan, sementara Bintang tidak sedikitpun diberikan kesempatan untuk balas menyerangnya. Tapi dugaan Gusti Prabu Jagat Kencana sangat jauh meleset, kalau saja kedua matanya lebih jeli melihat bagaimana serangan yang dilancarkan oleh Warok Hitam tidak satupun yang bisa menyentuh tubuh Bintang. Jurus Kijang Kelana yang saat itu dipergunakan Bintang benar-benar membuat Warok
“Weeesshhh......weeesshhhh.”. dan beberapa saat saja, dua buah gumpalan kabut tipis yang berwarna putih salju terlihat dikedua telapak tangan Bintang, gumpalan putih yang menyerupai embun itu terlihat semakin menggumpal penuh dikedua telapak tangan Bintang dan hawa ditempat itu yang semula terus begitu panas menyengat mulai berubah menjadi sejuk. Walau terkejut dengan hal itu, tapi Warok Hitam tetap memutuskan niatnya untuk menggunakan aji Kala Geninya walau dia sadar nyawanya sendiri akan jadi taruhannya. “Kala Geni heaaa.......wuussshhhh.”. sosok Warok Hitam melesat kedepan dengan aji Kala Geni ditangannya, melesat kearah Bintang dengan cepatnya. Ditempatnya Bintang hanya dapat menarik napas panjang melihat hal itu, sepertinya tidak ada jalan lagi bagi Bintang kecuali harus menyambut serangan Warok Hitam itu dengan Hawa Inti Saljunya, maka ; “Hiyaaaa......wussshhhhh...”. segelombang hawa dingin melesat keluar dari dorongan tangan Bintang dan menciptakan seg
“Sebaiknya kita bersembunyi dulu gusti”. ucap Bintang lagi menyadarkan Gusti Prabu Jagat Kencana. Dan Gusti Prabu Jagat Kencana hanya menganggukkan kepalanya seraya ikut bersembunyi. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya Gusti Prabu Jagat Kencana dapat juga mendengar derap pacu langkah kuda dikejauhan dan benar saja, dari sudut pandangannya, dia dapat melihat 4 sosok yang tengah mengendarai 4 ekor kuda. Gusti Prabu Jagat Kencana terlihat mengalihkan pandangannya kearah Bintang yang ada disebelahnya, dari tatapannya jelas Gusti Prabu Jagat Kencana sangat mengagumi sosok Bintang. “Usianya masih begitu muda, tapi pendengarannya begitu sangat luar biasa sekali, benar-benar seorang Ksatria Pengembara”. batin Gusti Prabu Jagat Kencana lagi. “Gusti, sepertinya mereka juga orang-orang Gerombolan Kapak Merah”. ucap Bintang lagi tanpa berpaling tapi sudah cukup menyadarkan sosok Gusti Prabu Jagat Kencana yang sejak tadi mengagumi sosok Bintang, Gusti Prabu Jagat Kenc
“Hentikan!! dia adalah penolongku”. ucap Gusti Prabu Jagat Kencana lagi hingga mengejutkan semua yang ada ditempat itu, Bintang sudah kembali berjalan mendekati rombongan itu segera menjura hormat pada sosok-sosok dihadapannya, sementara itu ke-4 sosok yang berada bersama Gusti Prabu Jagat Kencana terlihat memperhatikan sosok Bintang dengan seksama. “Ini Patih Suryo yang kuceritakan kemarin padamu”. ucap Gusti Prabu Jagat Kencana lagi memperkenalkan sosok lelaki paroh baya yang ada didekatnya. “Suatu kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan paman Patih.”. ucap Bintang segera balas menjura hormat, Patih Suryo segera membalasnya. “Dan yang ini Tumenggung Ranggalawu”. Bintang kembali menjura hormat dan langsung dibalas oleh Tumenggung Ranggalawu. “Dan yang ini adalah Tumenggung Sahdewa”. Bintang kembali menjura hormat dan langsung dibalas oleh Tumenggung Sahdewa. “Dan yang terakhir adalah”. Gusti Prabu Jagat Kencana menghentikan ucapannya, keningnya sedi