POV Ibu mertua.Aku menatap lama ke arah pintu kamar menantuku ini. Seandainya Sherly tidak memiliki video Aibku. Pasti tidak akan menyusahkanku seperti. Mana mungkin aku menerima kalau dia menyebar video tersebut ke orang-orang, bisa hancur harga diriku. Lagian cuma masalah Clara saja sampai heboh begitu, lebay kok kebangetan. Aku saja sebagai ibunya boleh-boleh saja. kenapa dia yang ribet. Aku lebih suka Clara, sudah pasti punya anak juga sepertinya lebih memanjakan aku, tidak seperti Sherly yang apa-apa tidak mau nurut. “Bu, video apa yang dimaksud Sherly tadi, kok, Ibu sepertinya ketakutan?“ tanya Putra semata wayangku membuyarkan lamunan.“Eh, enggak, kok. Sudah jangan penasaran, cuma video gak penting.“ Aku mengibaskan tangan ke arahnya. Semoga putraku tidak curiga dan tanya ke Sherly.“Aku curiga, Bu,” ucapnya menatap tajam ke wajahku.“Apa? Curiga? Tega Kamu mencurigai Ibu? Jangan lupa! siapa yang berjasa membesarkanmu! Kamu tahu Air susu Ibu mengalir ke tubuhmu sampai saa
Aku menoleh, tersenyum ke arahnya, cerdas juga otak anakku, kenapa aku gak kepikiran sampai sana. Sampai lupa sebentar lagi Sherly sudah punya pemasukan. Bisa kumanfaatkan sebaik mungkin.“Baiklah, aku akan membiarkan dia di sini,” lirihku.“Terimakasih, Bu. Berarti, Ibu maukan kalau mulai besok bersikap ramah ke Sherly? Biar Sherly betah dan tidak menginginkan cerai, Bu,” pintanya dengan menaikturunkan alisnya.“Hem.“ Aku menyetujui rencana Pram. Sepertinya aku beruntung nantinya.“Ya sudah, ini sudah malam, Ibu tidur lagi saja ya, aku mau menemani Clara, kasihan kesepian.“Aku mengangguk, lalu ikut bangun untuk mengunci kamar.Setelah kepergian Pram, aku menjatuhkan bobot badanku ke ranjang. Sepertinya malam ini akan tidur nyenyak.***Pagi sekali aku bangun, kulirik jam masih jam setengah empat.Bapak juga tidak pulang semalaman, biarlah.Lebih baik aku ke pasar pagi saja sekalian olahraga. Sudah lama sekali tidak berbelanja sayur rasanya kangen. Di pasar sini, jam 3 pagi pasar su
POV Sherly.Alunan suara Adzan membangunkan tidur malamku, kemarin aku tidak berniat ingin tidur untuk menjaga diri ini tetap aman tapi Alhamdulillah aku terjaga sudah berganti hari dan tetap aman, mungkin pikiranku yang sudah terlanjur negatif sama keluarga suami.Gegas aku beranjak membereskan ranjang dan melipat selimut, berapa malam terlewati dengan tidur seorang diri. Meskipun kesepian tapi ada bagusnya untuk melatih ketika sudah jadi janda nanti.Aku mengambil napas ini lalu membuang perlahan, segera aku keluar kamar menuju kamar mandi untuk berwudhu yang terletak di samping kamar yang aku tempati.Sayup-sayup terdengar suara berisik dari dapur, suara dentingan panci membuatku penasaran, siapa gerangan yang memasak? Clara kah? Biasanya jam segini penghuni rumah masih lelap dalam tidurnya. Hanya aku seorang diri yang bangun dan mengerjakan beberapa tugas.Dengan langkah mengendap aku berjalan ke arah dapur, aku mengintipnya dari celah dinding dan kulkas. Rupanya Ibu yang sedang m
“Tahan Sherly, tahan. Pembalasan yang cerdas tidak mengeluarkan otot tapi otak, harus balas dengan cara elegan” ucapku dalam hati.Mereka yang menyadari kedatanganku langsung salah tingkah, Mas Pram pun berbicara tanpa suara ke arah Clara, ia menggeleng dan memainkan matanya ke arah Clara untuk meminta pindah duduk.Clara hanya melongo, dasar. Begitu saja tidak paham.“Ehem! Sudah, Mas. Lanjutkan saja. Gak papa aku duduk di sini, buat nyaman saja,” ujarku sembari menarik kursi di samping Ibu, aku segera mengambil piring, dan menyendokkan nasi ke dalamnya. Masa bodoh sepertinya lebih baik untuk sekarang, terlalu bucin dan baik ke pasangan itu hanya merugikan diri sendiri.Rupanya hari ini makan besar, berbagai lauk terjejer di rapi di atas meja, Ada Udang, opor ayam, tumis kangkung, sop bayam, telor balado, tumis sawi, ayam goreng, sambal ati ampela dan cumi goreng. Menunya amburadul sampai bikin pusing yang mau makan, pasti Ibu beli jadi bisa sebanyak ini padahal masih pagi juga. eh
POV Sherly“Tidak, aku tidak mau dimadu, Mas,” lirih Clara.Aku tersenyum kecut ke arahnya, kurang ajar sekali dengan beraninya dia mau menyingkirkanku dari rumah ini, tidak semudah itu ferguso!“Jangan begitu, kamu harus jadi yang kedua, Clara,” jawab Pram ke arah Clara.“Ceraikan saja, Pram!“ Ibu ikut menimpali.Ya ampun aku disini bagaikan debu yang mengotori lantai, sebentar lagi tinggal menunggu kesapu. Bagaimana mungkin mereka bisa sekejam itu, imannya kemana, padahal baru kemarin ngomongin zina dan dosa tapi mereka tidak pernah bercermin untuk diri sendiri.“Mas, begini saja, aku minta waktu 1 bulan, jujur aku masih syok dengan semua ini, Mas. Setelah itu aku ikhlas, Mas mau memilih siapa bila memang salah satu kita harus bercerai,” ungkapku ke arah mereka. “Baiklah, Dek. Sepertinya itu ide yang terbaik untuk saat ini, Sekali lagi, maafkan Mas ya, Dek.““Sudahlah, sudah terlanjur. Sudah basi. Sudah kan bicaranya? Aku mau ke belakang dulu,” tanyaku sambil berdiri. “Iya, Dek.“
"Terkendala apa?““Lagi butuh uang banyak, Fi. Aku gak tau harus bagaimana sekarang, sedih aku, Fi,” lirihku.“Kamu butuh uang? Berapa?““35 juta, Fi. Kalau ada yang minjamin sih insyaallah aku lunasin bulan depan.““Mana rekeningmu? kebetulan aku ada tabungan segitu.““Alhamdulillah, beneran, Fi? Kamu percaya sama aku?“ tanyaku memastikan. “Iya, beneran. Aku matikan panggilannya, aku tunggu pesan WA.“Masya Allah. Fia, aku akan mengingat kebaikanmu, Fi. Segera aku menggulir layar lagi untuk membuka Mbangking dan ss nomor rekeningku. Setelah itu langsung kirim ke Wa Fiani.Alhamdulillah ya Allah. Kali ini misi akan berjalan lancar.Ting!Notifikasi masuk lagi. Ternyata dari pemberitahuan ada transferan langsung. Segera aku membukanya.Mataku berbinar saat nominal saldo sudah bertambah banyak.Aku pun segera mencari teman sekolah masa SMA yang sekarang menjabat sebagai sales agen properti. Tidak lama nama akun yang kucari ketemu. Segera aku salin dan menyimpan nomor ke wa. Setelanny
POV PRAM“Kamu sedang apa?“ tanyaku sekembalinya dari warung sebelah untuk mengantarkan Clara membeli perlengkapan mandi dan melihat Sherly sudah berdiri di atas kursi dengan berjinjit di depan Buffet.Sherly menoleh, masih dengan wajah polosnya, tatapannya sendu ke arahku, apakah aku menyakiti hatinya?Aku juga tidak tahu akan serumit ini, tujuanku cuma ingin merawat Amira, ternyata Clara ikut ke sini dan aku tidak bisa menahan hasratku saat melihat dia. Maafkan aku, sampai kapanpun aku tidak akan menceraikanmu, Sherly. “Lagi, mau mencari buku nikah kita. Rasanya aku begitu rindu dan ingin membuka lembaran siapa tau di sana ada petunjuk tentang perceraian kita nanti,” jawabnya lalu turun dari kursi.Hatiku tercekat saat mendengar perceraian itu dilontarkan begitu saja, tidak terasa air mataku ingin keluar. Aku hanya ingin membagikan bahagiaku yang kenyataan aku tidak mandul, tapi bukan berarti ingin menceraikannya. Tidak pernah terlintas dibenakku aku akan melepas Sherly. Bahkan me
“Baiklah, Dek. Nanti ya, setelah gajian kita ambil mobil baru, lalu mobil itu buat, Adek.“ “Mana bisa begitu, Mas. Aku pengen segera memilikinya, kalau nunggu gajian lebih baik aku pake yang baru saja ya, Mas?“Aku bergeming, setidaknya kalau setelah gajian kan lumayan, bisa menambah untuk uang muka. Tapi kalau Sherly mau yang baru, percuma gak bisa aku sombongin ke kantor. Lebih baik aku kasbon dulu sama temanku.“Baiklah, nanti aku cari pinjaman. Besok kita ke Showroom sama-sama.““Makasih ya, Mas.““Sama-sama, apa sih yang enggak buat, Kamu.“ Aku mencubit pipinya yang menggemaskan itu, sepertinya dia girang sekali melihat ia senyam-senyum sendiri.“Tapi, Mas. Aku ingin mobil itu atas namaku, gimana kalau besok aku tidak usah ikut, nanti biar aku ke Samsat buat balik nama, Mas ke Showroom ajak Clara atau ibu. Biar kita selesai bareng, kan lumayan nyingkat waktu.“Aku bergeming, menatap wanitaku ini. Kalau punya keinginan kok harus langsung terpenuhi dan gak suka ditunda-tunda. Sam