Share

4. Pria Aneh

Author: Shaveera
last update Last Updated: 2023-10-18 09:06:30

"Aneh!"

"Sarita!" teriak Anne memanggil nama gadis itu.

Sarita gegas berlari menuju ke asal suara. Dia termangu menatap kehadiran pria paruh baya yang masih terlihat gagah dan tegap. Anne mempersilakan tamunya untuk masuk ke ruang kerja. Lalu menyuruh Sarita untuk menyiapkan minuman dan cemilah ringan agar dibawa ke ruang kerjanya.

Sarita pun segera melangkah meninggalkan keduanya. Dia langsung menuju ke dapur menyiapkan apa yang diperintah oleh Anne. Setelah semua tersedia di nampan, maka gegas dibawa ke ruang kerja Anne. Tanpa mengetuk pintu, Sarita langsung masuk. Pakaian atas yang basah akibat keringat juga masih menyisakan bulir keringat pada leher jenjangnya membuat si tamu menelan salivanya.

"Bagaimana tawaranku semalam, Anne?" tanya pria itu. "Apakah dia yang pernah kamu tawarkan? Jika iya siapkan saja nanti malam," lanjut tamu itu.

Pandangan pria itu tidak lepas dari sosok wanita muda yang terlihat buncit perutnya. Seulas senyum terukir di bibir sang pria, ekor matanya memberi kode pada Anne dengan sosok Sarita. Anne menganggukkan kepalanya.

Sarita menurunkan dua gelas jus mangga dengan toples kecil berisi kacang almond pada meja. Badan yang sedikit membungkuk memperlihatkan dada yang mulus. Pria itu terlihat gelisah, Anne tersenyum.

"Bagus, kau terjebak Ludrik!" batin Anne.

"Silakan dinikmati, Tuan!" kata Sarita.

"Suara yang lembut, bagaimana jika kamu menemaniku siang ini? Hanya ngobrol saja," kata Ludrik.

"Ikut dia saja, Sarita. Bukankah kamu sudah terbiasa menemani pria hidung belang?" kata Anne.

Sarita terdiam kepalanya menunduk, dia tidak bisa berkata. Ingin teriak tetapi ruangan ini kedap suara, jadi tidak mungkin akan di dengar dari luar. Akhirnya Sarita memilih diam dan berjalan mundur hingga sampai di pintu. Tangannya meraih gagang dan menekannya ke bawah. Seketika bola mata Sarita membelalak tidak percaya, pintunya terkunci.

"Haha, kamu akan lari, Sarita! Tidak bisa, layani pria ini dulu jika kau ingin selamat!" desis Anne.

"Jangan, Madam. Anda tahu posisi saya saat ini, selain istri dari putra Anda, saya juga sedang mengandung," papar Sarita dengan nada sedikit tinggi berharap pria itu mengerti.

"Hamil, berapa bulan? Aku suka berhubungan dengan wanita hamil, dia akan lebih ganas di ranjang," kata Ludrik.

Anne terkekeh lirih, lalu melihat pada Sarita. Perempuan muda itu terlihat sangat mengenaskan. Pakaian atasnya sudah basah akibat keringat berlebih saat membawa dua karung beras ke gudang. Kini ac ruangan sengaja dimatikan oleh Anne. Wanita itu pun bersiap hendak keluar dari ruangan itu.

"Nikmati saja apa yang aku hidangkan, Ludrik. Dan ingat perjanjian kita setelahnya!" kata Anne lalu berjalan menuju pintu yang lain.

Ludrik tersenyum, dia beranjak dari duduknya dan berjalan mendekat pada Sarita. Ujung jarinya mulai meraba setiap jengkal wajah ayu wanita itu. Hidung Ludrik terlihat kembang kempis menghirup aroma tubuh Sarita yang harum bercampur keringat.

"Tuan ... Tolong jangan sentuh aku!"

"Jangan takut, aku tidak akan menggaulimu! Duduk sini dekat padaku," pinta Ludrik sambil menarik tangan Sarita.

Wanita itu pun mengikuti apa yang dikatakan oleh Ludrik. Lalu tiba-tiba ac kembali menyala. Sarita tidak tahu sejak kapan tangan pria tersebut meraih remot pengendali ac, yang dia tahu remot tersebut sudah diletakkan kembali.

"Sejak kapan nasibmu menjadi seperti ini, Hem?" tanya Ludrik lembut.

"Sejak aku disetubuhi oleh putra madam, Tuan," jawab Sarita terbata.

"Dan apakah kau hanya diam, menerima semua ini sendiri? Dimana suamimu?" tanya Ludrik lagi.

"Dia tidak peduli. Setiap malam kerjaannya hanya mabuk dan clumbing, paginya dia berangkat mengajar," jawab Sarita.

Ludrik menatap Sarita mulai dari atas hingga ujung kaki. Pandangannya lalu berhenti pada perut wanita muda itu. Sorot mata Ludrik mulai berbeda hingga membuat Sarita bergidik ngeri. Namun, seulas senyum terkembang diwajahnya membuat napas Sarita sedikit menurun.

"Jujut pesonamu membuatku bergairah, apalagi aku sangat berhasrat pada wanita hamil muda sepertimu, Nona. Jika kau menemui kesulitan suatu hari nanti, datanglah padaku!" kata Ludrik sambil menyodorkan sebuah kartu nama.

Lelaki itu mengeluarkan sebuah nota dan tinta, lalu manatap pada Sarita sekali lagi. Setelahnya dia menuliskan nominal angka yang cukup mengiurkan dan menyodorkan pada perempuan itu.

"Ini apa, Tuan?" tanya Sarita sambil melihat deretan angka yang tertulis dikertas tersebut.

"Upah kamu selama menemaniku di sini!" jawab Ludrik.

Sarita menyodorkan kembali kertas tersebut, dia menolaknya dengan halus. Lalu beranjak dari duduknya, wanita itu berniat pergi meninggalkan sang pria tanpa kata. Namun, belum melangkah tangannya serasa ditarik dari belakang oleh Ludrik.

"Tolong lepaskan tangan saya, Tuan! Biarkan saya keluar," cicit Sarita.

Ludrik tidak mengindahkan apa yang dikatakan oleh Sarita. Selama ini dia tidak pernah menerima penolakan baik kasar maupun halus. Sudah sejak awal pria itu berkata manis pada Sarita, tetapi wanita itu tidak mau mengikutinya. Maka dengan terpaksa disentaknya tangan Sarita hingga wanita itu duduk tepat dipangkuan Ludrik.

"Tuan!" kata Sarita dengan nada tinggi.

Bersamaan jatuhnya tubuh Sarita pada pangkuan Ludrik, pintu ruang kerja Anne terbuka dari luar. Nampak tatapan tajam menghunus pada kedua manusia yang sedang duduk berpangkuan. Sorot penuh emosi tersirat pada mata pria tersebut.

"Dasar Wanita Laknat!"

"Mas, aku bisa jelaskan semua!" teriak Sarita.

Bagaskara tidak memedulikan teriakan istrinya, dia langsung balik badan menuju ke kamar pribadinya. Sampai di dalam kamar segera diluapkan semua emosinya di sana. Sedangkan Sarita menatap penuh harap pada Ludrik agar mau melepasnya. Ludrik tersenyum lembut.

"Sudah aku katakan di awal, jika suatu hari kau terusir maka datanglah padaku. Kujadikan kau ratu dalam sangkar emasku!"

"Lepaskan aku, Tuan. Biarkan aku selesaikan masalahku ini dan terima kasih atas undangannya!" Sarita berusaha melepas pelukan tangan Ludrik.

Pria itu tidak mau merugi, di sesapnya tengkuk Sarita hingga meninggalkan jejak kepemilikan. Kemudian baru diurai pelukannya.

"Pergilah, kau adalah milikku!"

Begitu terlepas, Sarita bangkit dan berjalan keluar dari ruangan kerja Anne tanpa menoleh lagi kebelakang. Wanita itu menguatkan hati dan pikirnya untuk menghadapi masalah bersama suaminya, Bagaskara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kubawa Benihmu, Mas!   158. Akhir Sebuah Kisah

    Sarita terbangun masih dalam pelukan Sagara, bahkan sinar mentari pagi sudah menyapa lembut kulitnya. Dia sedikit terkejut saat ujung kakinya tersentuh oleh buih air. "Dimana aku?""Sudah bangun? Lihatlah, sinar jingga menghiasi langit timur!"Sarita bangkit dari posisinya, dia berdiri menatap sinar jingga sambil merentangkan kedua lengannya. Dadanya terlihat naik perlahan menandakan sedang menghirup udara. Sagara ikut berdiri dan berjalan mengikis jarak, lalu dipeluknya tubuh Sarita dan berbisik, "Bagaimana dengan tawaranku semalam, Sayang?"Sagara meletakkan kepalanya pada ceruk lerer Sarita dan mulai menghidu aroma yang sudah membuatnya candu. Telapak tangan Sarita pun bergerak mengusap kepala Sagara. Wanita itu menyunggar surai rambut sang lelaki, kemudian menekannya lembut. Sarita merasa nyaman dengan setiap sentuhan Sagara, tetapi sisi hatinya yang lain masih enggan untuk menyambut cinta yang ditawarkan. "Akankah kau selalu ada untukku?" tanya Sarita lembut. Tidak ada jawaba

  • Kubawa Benihmu, Mas!   157. Putusan Sidang

    Di antaranya bukti keterlibatan Madam Anne atas kematian Alinsky Waluyo. Meskipun dari hasil pemeriksaan, Alinsky dinyatakan meninggal karena kecelakaan tunggal.Akan tetapi, pada fakta yang ditemukan, Alinsky meninggal karena luka parah yang dideritanya setelah kecelakaan yang dialaminya, dan yang lebih mengejutkan ternyata kecelakaan tersebut dipicu karena rem blong sebab tali rem mobil Alinsky telah dipotong. Tidak hanya itu saha, Madam Anne bahkan memerintahkan seseorang untuk membuat sebuah rekaman palsu yang menceritakan bahwa Alinsky pergi dari rumah Pradipta dengan seorang pria. Kemudian dengan segala tipu daya dan rayuan, Madam Anne pun mendekati Pradipta yang tengah terluka dan kehilangan Alinsky serta calon anak yang masih berada di kandungan Alinsky untuk selamanya. Pradipta yang merasa kecewa dengan sikap Alinsky pun perlahan mulai termakan omongan Madam Anne muda dan bersedia menikahi Madam Anne beberapa bulan setelah kepergian Alinsky yang tanpa kabar tersebut.Yang

  • Kubawa Benihmu, Mas!   156. Fakta Baru

    Sarita terdiam, wanita itu menatap pada Sagara begitu juga sebaliknya. Hanya Alifian yang terlihat asyik sendiri tanpa beban. Kemudian dia beranjak meninggalkan kedua orang dewasa menuju ke teras rumah. Sesekali kepalanya menoleh ke belakang guna memastikan apakah keduanya sudah berjalan. Namun, hingga kaki kecil sampai di ambang pintu kedua orang dewasa belum juga terlihat membuat Alifian berteriak memanggil bundanya. "Sebaiknya kita antar dulu putra kamu itu, Sari. Setelahnya baru ke butik bahas lebih lanjut," kata Sagara sambil meraih jemari Sarita dan menautkan pada jemarinya. Sarita terdiam mengikuti semua pergerakan Sagara wanita itu sama sekali tidak menolak ataupun menghindar. Hingga sampai di depan Alifian pun tautan jemari mereka tidak terlepas. "Masuklah bersama Alif di belakang, Sari!"Sarita segera masuk menyusul putranya dan duduk di samping Alifian. Pria kecil menatap bundanya sekilas lalu berpaling ke samping melihat jalanan yang mulai padat. Mobil berjalan perlaha

  • Kubawa Benihmu, Mas!   155. Kapan Menikah

    Tangan kanan Sagara mengepal erat, sebuah bogem mentah sudah hendak dihadiahkannya untuk Bagaskara. Namun, diurungkan karena ada jemari lentik yang menghentikan niatan tersebut. Sagara memalingkan wajah ke samping. Tampak pemilik jari tersebut menggelengkan kepala sambil menyuguhkan senyum lembut yang mampu melelehkan hatinya. Emosi Sagara seketika menguap begitu saja, sementara Bagaskara semakin merasa geram karena mantan istri malah memberikan senyum terbaik pada laki-laki selain dirinya. Gelap mata! Itu yang dirasakan Bagaskara saat ini. Penuh emosi, Bagas menarik bahu pria yang lima tahun lebih tua tersebut. Giginya gemeretuk, rahangnya mengencang, mata pun sudah memerah, dan detik berikutnya ... Bugh! Bagas meninju rahang Sagara yang langsung terhuyung. Sungguh beruntung, pengendalian keseimbangan pria itu cukup baik sehingga dia tidak sampai terjatuh hanya sedikit oleng saja. Sagara ingin membalas Bagas, tetapi Sarita dengan cepat menarik tangan Sagara. Sambil memberikan s

  • Kubawa Benihmu, Mas!   154. Suasana Memanas

    Aknat dan Bagas refleks saling bertukar pandang saat mendengar pertanyaan hakim ketua. Apa maksud hakim ketua dengan mempermainkan? Kenapa lelaki jelang senja itu bisa berkata demikian? Jangan-jangan .... Didorong oleh rasa penasaran, Aknat pun bermaksud kembali maju untuk memeriksa ulang apakah ada kesalahan yang tidak disengajanya saat menyerahkan bukti ketidakberesan Sarita sebagai ibu. Akan tetapi, baru saja mengangkat tubuhnya dari kursi, ketua majelis hakim yang terhormat sudah mengangkat tangan -- melarangnya untuk maju. Akhirnya, dengan penuh kebingungan, Aknat menuruti perintah ketua majelis sidang. Sambil bertanya-tanya, Aknat menatap hakim ketua dan Bagaskara bergantian. Pemuda itu bahkan hanya bisa mengedikkan bahu ketika Bagaskara menanyakan hal tersebut padanya. Ketua majelis hakim yang terhormat masih menatap Aknat dan Bagaskara dengan tatapan tajam penuh kemarahan. Pria yang sudah berprofesi menjadi hakim selama dua puluh tahun tersebut merasa terhina. "Apa maksud

  • Kubawa Benihmu, Mas!   153. Berkas

    Keesokkan paginya tidak jauh dari sebuah rumah mewah bercat putih, tampak sebuah city car berwarna hitam. Pengemudi city car tersebut tampak serius mengamati rumah mewah yang dijaga ketat oleh seorang petugas keamanan. "Aku harus bisa masuk ke rumah itu untuk mencari berkas-berkas penting yang mereka sebutkan kemarin. Hanya saja bagaimana ya caranya?"Pemuda tersebut memutar otaknya -- mencari cara agar dia bisa masuk ke dalam rumah mewah dan menjalankan misinya tanpa ketahuan oleh penghuni rumah. Dia pun memeriksa seluruh penjuru mobilnya. Elfrada mengobrak-abrik seluruh isi dashboard mobil dan menemukan dua buah benda yang diyakini bisa membantu meloloskan niatnya masuk ke dalam rumah target. Dengan keyakinan penuh, lelaki tersebut mempersiapkan diri. Setelah semua siap, dia kembali mengawasi rumah mewah yang hanya selisih dua rumah dari tempatnya. Beberapa menit kemudian, tampaklah sebuah mobil mewah dan elegan berwarna silver metalik keluar dari halaman rumah tersebut. Dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status