Diraihnya Rosa dalam gendongan Hendar. Ia peluk bocak cantik yang gurat wajahnya sangat mirip dengan Dewi itu erat, seakan ia tak akan bertemu lagi dengan buah hati tercintanya itu."Papa ...." ucap Rosa."Papa sayang Rosa."Diciuminya wajah Rosa bertubi-tubi."Ocha cayang Papa uga.""Jangan nakal, baik-baik sama Ayah Hendar sama Ibu Erna, ya?"Rosa mengangguk sambil mengerjab-ngerjab lucu.Masih teringat perbincangan itu dua belas tahun yang lalu antara dirinya dan papa kandung Rosa, majikannya.Sejak saat itu, Aditya tak memperbolehkan lagi Hendar dan istrinya bekerja di rumahnya, tapi sebagai gantinya ia tetap memberi gaji kepada mereka karena mengasuh Rosa.Hendar terhenyak dari lamunan saat Icha memegang lengannya."Kak Rosa nggak apa-apa. Bantu Ibu siapkan makan, gih! Biar Ayah yang bujuk Kak Rosa."Icha pun berlalu menuju dapur dan mendapati Bu Erna sedang memotong sayur. Tok! Tok! Tok!"Buka pintunya, Nak! Ini Ayah," panggil Hendar."Ayah jahat! Rosa benci Ayah!" seru Rosa da
Benar, hanya sekali kamu melakukan perbuatan zina dengan perempuan lain di dalam ikatan pernikahan ini. Itu yang kutahu, dan aku meyakini itu. Tapi kamu lupa, bukankah sebesar apa pun kesalahanmu, kukatakan akan memaafkan kecuali persingkuhan? Kau tahu itu sesaat setelah kau ucapkan ijab qobul. Baru lima tahun, apa kau lupa? "Dek!" Aku mengangkat kedua tanganku di depan wajah, mengisyaratakan tak mau lagi mendengar alasan apa pun dari sosok di depanku yang telah menalak beberapa saat yang lalu. "Aku menerima masa lalu, tapi maaf, aku tak bisa menerima pengkhianatan setelah ada ikatan halal di antara kita." "Jangan munafik, Dek! Kamu masih mencintaiku." Shit "Omong kosong macam apa, huh?" "Aku hanya melakukan sekali, tapi kamu begitu murka. Apa kamu pikir, kamu Tuhan hingga bisa menghakimiku seperti ini?" "Dia hamil darah dagingku, Cha!" "Darah daging yang belum Tuhan beri dalam ikatan halal kita, tapi kau dapatkan dari perbuatan hina!" tegasku. "Sekali lagi, aku hanya melaku
Lara Hati IchaPart 2#kubawa_benihmu_Saat_Kau_Menalakku***FlashbackSudah tiga hari Mas Herlan ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Dia pergi beserta staf kantor lainnya. Itu pamitnya padaku. Seperti yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kali Mas Herlan ke luar kota, dia menyuruhku untuk menginap di rumah mertuaku sampai dia kembali. Kepergiannya kali ini pun dia berpesan agar aku jangan kembali ke rumah sebelum dia memberi kabar bahwa dia telah pulang.Selama lima tahun mendampinginya, aku sudah hafal kebiasaannya, termasuk saat dia berbohong, dan hari saat dia pamit, sebenarnya aku menangkap sinyal kebohongan. Ada raut gelisah di wajahnya. Biarlah, aku berusaha menepis itu dan berharap itu hanya perasaanku.Kuakui, sejauh yang kutahu dia berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelum menikah. Banyak gosip miring seputar pergaulan di masa lajangnya. Bukan aku tidak ingin tahu lebih jauh tentang masa lalunya, tapi aku menjaga agar jangan sampai berburuk sangka hanya karena kata
"Lakukan sekali lagi di sini, di depanku!" bentakku.Kedua makhluk tak beradab di depanku terperangah. Sejurus kemudian, si Jalang tampak memucat, sedangkan Mas Herlan menyorotku tajam penuh amarah. Kutajamkan pandangan ke arah dua manik mata suamiku. Aku melihat kilatan api kemarahan di matanya.Dia memang suamiku, orang yang mengatakan telah berubah karena diriku, kini menampakkan wujud aslinya. Inikah wujud asli suamiku sebelum menikah?Lima tahun dia menutup perbuatan amoralnya di depanku. Di balik topeng lemah lembutnya dia mengelabui. Andai aku tak membutakan mata, tak menulikan telinga, tidak mematikan logika atas perbuatan Mas Herlan di masa lalu, aku tidak akan menelan kekecewaan sebesar ini.Susah payah aku mematikan rasa, mengubur dalam-dalam rasa cinta yang tak bertuan, dan menyerahkan segenggam hati ini untuk mengabdi padanya yang bernama suami. Apa balasannya?Sendirian menggenggam bara, berharap kupantikkan di atas pelita, mengubah sisi gelap hidupku yang hampir tanpa
POV AuthorTengah malam, Herlan kembali ke rumah. Keadaannya sangat kacau. Didapatinya rumah dalam keadaan gelap gulita, juga tertutup rapat. Tak ada tanda-tanda ada orang di dalam. Sejak sore tadi, berkali-kali ia mencoba menghubungi Icha, tapi nihil. Nomor Icha tidak aktif dan status Wanya aktif 12 jam yang lalu. Itu artinya, satu jam setelah ia mengejar Nora, Icha menonaktifkan data seluler.Untuk menghubungi adik Icha dan mendatangi rumah ibunya, Herlan tak punya nyali. Dia tahu benar, Icha tidak akan mendatangi rumah orang tua ketika dia sedang bermasalah dengannya. Ditambah lagi, ibu dan adik Icha sangat membencinya. Icha hanya akan mendatangi sahabat baiknya, Josh.Sialnya, Herlan pun tidak punya cukup nyali untuk menanyakan keberadaan Icha pada sosok bar-bar Josh. Dua tahun yang lalu, nyawanya hampir melayang di tangan Josh kalau saja Icha tak mencegahnya. Saat itu terjadi pertengkaran hebat antara Icha dan Herlan setelah Herlan pulang diantar seorang perempuan dalam keadaan m
Bab 4bSementara itu di kediaman Josh.Icha sudah merasa lebih sehat setelah minum obat dan tidur beberapa jam. Tubuhnya menggeliat meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Dia edarkan pandangan ke sekeliling kamar. Piring dan gelas susu sudah tidak ada di tempatnya. Josh yang melakukannya. Batin Icha.Perempuan cantik itu bangkit dari pembaringan. Tangannya meraba-raba tempat tidurnya. Dia mencari ponselnya. Ah, Icha lupa, ponsel itu sudah disita oleh Josh.Icha beranjak menuju meja rias. Diamati wajahnya yang tanpa polesan make up, sembab. Krieeet.Icha menoleh ke arah pintu. Wajah Josh muncul dengan senyum manis menghiasi wajahnya."Sudah baikan, Cha?" sapa Josh."Yeay, seperti yang kaulihat.""Mandilah! Air hangat sudah kusediakan.""Aku tak membawa ganti.""Hmmm, aku tak bodoh. Lihat di dalam lemari! Ada beberapa potong aku bawa.""Benarkah?""Yes!""Kau tampak rapi, mau ke mana?" tanya Icha."Ada urusan. Aku pulang mungkin larut malam."Kening Icha berkerut."Urusan apa
"Perempuan sundal! Di mana Icha?!"Tuuuttt ....Panggilan terputus.Sial, sial, sial!Rutuk Herlan frustrasi.Kenapa perempuan jadi-jadian itu yang ke sekian kalinya menjadi malaikat penolong Icha?ArrrggghhhPrang, prang!Herlan membanting apa saja yang ada di hadapannya. Dia benar-benar putus asa. Masalah menjadi semakin rumit dengan kehadiran Josh. Awalnya, dia bermaksud meminta maaf pada Icha, membujuknya kembali agar tidak meminta cerai. Namun sial, Josh telanjur mengetahui. Walaupun Icha akan bungkam mengenai masalahnya dengan Herlan, Josh bukanlah tipe orang yang akan tinggal diam jika ada sesuatu yang belum ia dapatkan informasinya tentang Icha.Ada hubungan apa sebenarnya perempuan bar-bar itu dengan Icha? Batin Herlan.Membuat perhitungan dengan Josh, sama saja ia mencari mati.***"Kamu masih beruntung, Icha belum siap mengirimmu ke neraka. Sekali lagi kau berbuat kasar pada Icha, nyawamu melayang," bisik Josh di telinga Herlan, sesaat setelah ia siuman di ranjang rumah sak
Di koridor kantor, Herlan berjalan cepat agar segera sampai di ruangannya. Pintu ruang kerjanya terbuka. Saat dia membuka pintu lebih lebar, ia mendapati seorang perempuan berbaju seksi mengenakan blazer warna marun dengan rok span di atas lutut, memperlihatkan pahanya yang putih mulus, duduk di kursi kerja Herlan. Jantung Herlan berdesir menyaksikan pemandangan di depannya. Perlahan ia mendekati perempuan seksi itu setelah menutup ruangan dan menguncinya."Morning, sayang ...!" sapa wanita itu yang tak lain adalah Nora.Nora mendekati Herlan, dilingkarkannya kedua tangan Nora di leher Herlan. Tangan Nora membelai wajah Herlan. Tubuh Herlan menegang. Saat jarak wajah mereka tersisa beberapa senti, Herlan mendorong tubuh Nora."Cukup, Nora!" seru Herlan."Hey, kamu kenapa, Sayang?" protes Nora tak terima. Herlan segera mengehenyakkan tubuh di kursi kerjanya."Aku sedang tidak ingin diganggu, please! Keluar dari ruanganku!" titah Herlan."Hey, jangan bilang kamu berubah pikiran!" sergah