Kubawa Benihmu Saat Kau Menalakku

Kubawa Benihmu Saat Kau Menalakku

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-19
Oleh:  Yudhistira BintangOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
17Bab
1.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Icha, perempuan tangguh dengan segala kisah cintanya yang rumit. Menikah tanpa cinta, kemudian mendapati sang suami bergumul dengan perempuan lain di depan mata. Pada akhirnya, perpisahan membawanya bertemu Josh, perempuan yang dianggapnya malaikat penolong yang ternyata adik dari perempuan masa lalu Herlan, mantan suaminya. Pada akhirnya, Icha bertemu Gema, laki-laki yang juga diinginkan Josh. Bagaimana kisah cinta Icha pada akhirnya?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Benar, hanya sekali kamu melakukan perbuatan zina dengan perempuan lain di dalam ikatan pernikahan ini. Itu yang kutahu, dan aku meyakini itu. Tapi kamu lupa, bukankah sebesar apa pun kesalahanmu, kukatakan akan memaafkan kecuali persingkuhan? Kau tahu itu sesaat setelah kau ucapkan ijab qobul. Baru lima tahun, apa kau lupa?

"Dek!"

Aku mengangkat kedua tanganku di depan wajah, mengisyaratakan tak mau lagi mendengar alasan apa pun dari sosok di depanku yang telah menalak beberapa saat yang lalu.

"Aku menerima masa lalu, tapi maaf, aku tak bisa menerima pengkhianatan setelah ada ikatan halal di antara kita."

"Jangan munafik, Dek! Kamu masih mencintaiku."

Shit

"Omong kosong macam apa, huh?"

"Aku hanya melakukan sekali, tapi kamu begitu murka. Apa kamu pikir, kamu Tuhan hingga bisa menghakimiku seperti ini?"

"Dia hamil darah dagingku, Cha!"

"Darah daging yang belum Tuhan beri dalam ikatan halal kita, tapi kau dapatkan dari perbuatan hina!" tegasku.

"Sekali lagi, aku hanya melakukannya dengan perempuan itu."

"Kau lakukan hanya dengan wanita suci itu, tapi berkali-kali. Apa bedanya kamu dengan laki-laki pemuja selangkangan di luar sana?"

"Tutup mulutmu, Cha!"

Bahkan, dia mencoba memperjelas kesalahannya dengan membentakku sekali lagi, dua kali, tiga kali? Entah, karena aku pun sudah lupa. Mencoba mencari pembenaran dengan mengatakan hanya sekali melakukan perbuatan bejat itu dengan perempuan yang kini tengah mengandung darah dagingnya, dalam ikatan biologis.

"Icha!"

"Kamu sudah tidak berhak untuk membentakku!" 

Aku segera berlalu dari laki-laki yang beberapa menit lalu membuat hubunganku dengannya tak lagi halal.

Dia beranjak mengejar dan berhasil menarik ujung jilbabku.

"Berhenti atau...."

"Atau apa?"

"Aku akan mengusirmu dari rumah ini."

"Tak perlu mengotori mulutmu untuk membuat aku enyah dari hadapanmu!"

"Wanita tak tahu diri!"

Aku berbalik menghadap wajahnya. 

"Iya, kamu benar! Aku wanita tak tahu diri yang mau saja kauhalalkan hanya demi mengakhiri petualangan liarmu dengan wanita kotor di luar sana. Aku wanita tak tahu diri yang rela mengubur impian membangun mahligai rumah tangga bersama imamku. Kau sosok yang membuat aku menjadi wanita tak tahu diri."

Aku hampir tak punya air mata selama menjadi makmumnya. Aku sudah membuang air mataku dan mengalirkannya entah ke mana bermuara. Yang jelas, air mata itu tak lagi ada.

"Aku akan menceraikanmu segera."

"Berhenti memperjelas semua karena memang tak ada hubungan lagi di antara kita."

"Selama masa iddah, aku masih berhak atasmu dan kupastikan kamu akan menyesal!"

"Sudah ngancamnya, laki-laki bermulut perempuan?"

"Wanita j*l*ng!"

"Apa? Katakan sekali lagi!"

"Wanita murahan!"

"Kamu yang menjadikanku aku murahan. Kau yang membuatku menjadi wanita murahanmu berbalut akad nikah. Bahkan mulutmu lebih kotor dari perbuatanmu."

"Ludah baru kaubuang, seenaknya saja kau jilat kembali. Kau sudah mengusirku, untuk apa kau menahan dengan dalih masa iddah?"

"Aku sudah jijik melihatmu, JIJIK SEKALI!"

"Pergi sekarang juga dari rumahku!" teriaknya.

Aku berlalu dari hadapannya menuju pojok ruang tamu, di mana aku meletakkan koper yang berisi pakaian. Aku sudah menyiapkan sejak dua hari yang lalu, saat aku mendapatinya tengah bergumul dengan perempuan jalang itu. Lihatlah! Untuk menyebutkan namanya saja aku lidahku sudah kelu.

Kuseret koper itu menuju ke luar rumah, di mana sebuah mobil sport mewah telah menunggu. Sementara dia yang kemarin masih berstatus suamiku, berlalu menuju kamarnya.

Senyum miris terukir di bibir sesosok yang baru saja keluar dari mobil berwarna silver itu.

"Kita ke mana?" tanyanya setelah kami duduk berdampingan di jok depan."

"Antar aku ke rumah Ibuku!"

Sosok di sebelahku nampak berpikir sebelum akhirnya mengangguk pasrah.

"Baiklah."

Mobil pun melaju membelah senja menuju kediaman wanita yang telah memberikan status anak padaku.

***

Tujuh bulan setelah kepergianku, tak ada kabar apa pun dari mantan suamiku. Ya, mantan, karena selembar akta cerai telah berada di tangan, seminggu yang lalu.

[Kumohon, Cha, tanda tangani pernyataan kau bersedia dimadu]

Pesannya masuk bahkan setelah aku menjadi mantan istrinya. Kupastikan lagi tanggal dan jam pesan itu masuk. Baru saja.

[Memangnya aku masih peduli?]

[Tolonglah, Nora sebentar lagi akan melahirkan. Anakku butuh nama kedua orang tuanya di dalam akta lahirnya]

[Sekali lagi, APA PEDULIKU?]

Lihatlah sekali lagi, dia menghawatirkan anak hasil perzinahannya tanpa nama ayah ibunya dalam akta lahir. Dan kamu tidak tahu, bahkan selamanya kamu tidak akan aku beri tahu bahwa hari ini, detik ini, aku sedang berjuang mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan anakku, bukan anakmu, KARENA AKU MEMBENCIMU!

Kumatikan gawaiku dan kubuang simcard itu. Aku dan kamu sudah SELESAI.

Lara Hati Icha

#1

#repost

#kubawa_benihmu_saat_kau_menalakku

***

Benar, hanya sekali kamu melakukan perbuatan zina dengan perempuan lain di dalam ikatan pernikahan ini. Itu yang kutahu, dan aku meyakini itu. Tapi kamu lupa, bukankah sebesar apa pun kesalahanmu, kukatakan akan memaafkan kecuali persingkuhan? Kau tahu itu sesaat setelah kau ucapkan ijab qobul. Baru lima tahun, apa kau lupa?

"Dek!"

Aku mengangkat kedua tanganku di depan wajah, mengisyaratakan tak mau lagi mendengar alasan apa pun dari sosok di depanku yang telah menalak beberapa saat yang lalu.

"Aku menerima masa lalu, tapi maaf, aku tak bisa menerima pengkhianatan setelah ada ikatan halal di antara kita."

"Jangan munafik, Dek! Kamu masih mencintaiku."

Shit

"Omong kosong macam apa, huh?"

"Aku hanya melakukan sekali, tapi kamu begitu murka. Apa kamu pikir, kamu Tuhan hingga bisa menghakimiku seperti ini?"

"Dia hamil darah dagingku, Cha!"

"Darah daging yang belum Tuhan beri dalam ikatan halal kita, tapi kau dapatkan dari perbuatan hina!" tegasku.

"Sekali lagi, aku hanya melakukannya dengan perempuan itu."

"Kau lakukan hanya dengan wanita suci itu, tapi berkali-kali. Apa bedanya kamu dengan laki-laki pemuja selangkangan di luar sana?"

"Tutup mulutmu, Cha!"

Bahkan, dia mencoba memperjelas kesalahannya dengan membentakku sekali lagi, dua kali, tiga kali? Entah, karena aku pun sudah lupa. Mencoba mencari pembenaran dengan mengatakan hanya sekali melakukan perbuatan bejat itu dengan perempuan yang kini tengah mengandung darah dagingnya, dalam ikatan biologis.

"Icha!"

"Kamu sudah tidak berhak untuk membentakku!" 

Aku segera berlalu dari laki-laki yang beberapa menit lalu membuat hubunganku dengannya tak lagi halal.

Dia beranjak mengejar dan berhasil menarik ujung jilbabku.

"Berhenti atau...."

"Atau apa?"

"Aku akan mengusirmu dari rumah ini."

"Tak perlu mengotori mulutmu untuk membuat aku enyah dari hadapanmu!"

"Wanita tak tahu diri!"

Aku berbalik menghadap wajahnya. 

"Iya, kamu benar! Aku wanita tak tahu diri yang mau saja kauhalalkan hanya demi mengakhiri petualangan liarmu dengan wanita kotor di luar sana. Aku wanita tak tahu diri yang rela mengubur impian membangun mahligai rumah tangga bersama imamku. Kau sosok yang membuat aku menjadi wanita tak tahu diri."

Aku hampir tak punya air mata selama menjadi makmumnya. Aku sudah membuang air mataku dan mengalirkannya entah ke mana bermuara. Yang jelas, air mata itu tak lagi ada.

"Aku akan menceraikanmu segera."

"Berhenti memperjelas semua karena memang tak ada hubungan lagi di antara kita."

"Selama masa iddah, aku masih berhak atasmu dan kupastikan kamu akan menyesal!"

"Sudah ngancamnya, laki-laki bermulut perempuan?"

"Wanita j*l*ng!"

"Apa? Katakan sekali lagi!"

"Wanita murahan!"

"Kamu yang menjadikanku aku murahan. Kau yang membuatku menjadi wanita murahanmu berbalut akad nikah. Bahkan mulutmu lebih kotor dari perbuatanmu."

"Ludah baru kaubuang, seenaknya saja kau jilat kembali. Kau sudah mengusirku, untuk apa kau menahan dengan dalih masa iddah?"

"Aku sudah jijik melihatmu, JIJIK SEKALI!"

"Pergi sekarang juga dari rumahku!" teriaknya.

Aku berlalu dari hadapannya menuju pojok ruang tamu, di mana aku meletakkan koper yang berisi pakaian. Aku sudah menyiapkan sejak dua hari yang lalu, saat aku mendapatinya tengah bergumul dengan perempuan jalang itu. Lihatlah! Untuk menyebutkan namanya saja aku lidahku sudah kelu.

Kuseret koper itu menuju ke luar rumah, di mana sebuah mobil sport mewah telah menunggu. Sementara dia yang kemarin masih berstatus suamiku, berlalu menuju kamarnya.

Senyum miris terukir di bibir sesosok yang baru saja keluar dari mobil berwarna silver itu.

"Kita ke mana?" tanyanya setelah kami duduk berdampingan di jok depan."

"Antar aku ke rumah Ibuku!"

Sosok di sebelahku nampak berpikir sebelum akhirnya mengangguk pasrah.

"Baiklah."

Mobil pun melaju membelah senja menuju kediaman wanita yang telah memberikan status anak padaku.

***

Tujuh bulan setelah kepergianku, tak ada kabar apa pun dari mantan suamiku. Ya, mantan, karena selembar akta cerai telah berada di tangan, seminggu yang lalu.

[Kumohon, Cha, tanda tangani pernyataan kau bersedia dimadu]

Pesannya masuk bahkan setelah aku menjadi mantan istrinya. Kupastikan lagi tanggal dan jam pesan itu masuk. Baru saja.

[Memangnya aku masih peduli?]

[Tolonglah, Nora sebentar lagi akan melahirkan. Anakku butuh nama kedua orang tuanya di dalam akta lahirnya]

[Sekali lagi, APA PEDULIKU?]

Lihatlah sekali lagi, dia menghawatirkan anak hasil perzinahannya tanpa nama ayah ibunya dalam akta lahir. Dan kamu tidak tahu, bahkan selamanya kamu tidak akan aku beri tahu bahwa hari ini, detik ini, aku sedang berjuang mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan anakku, bukan anakmu, KARENA AKU MEMBENCIMU!

Kumatikan gawaiku dan kubuang simcard itu. Aku dan kamu sudah SELESAI.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
17 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status