Share

Anak suami juga?

Author: Chiavieth
last update Last Updated: 2024-07-14 07:47:20

"Jadi, Viko anaknya Miss Ayunda? Dan mau pindah?"

Kepsek SDN Founderword, memberitahu semua yang di ketahuinya pada Anna. Dan yang paling mencengangkan, bahwa itu anaknya yang ketiga!

Anna kembali diam, memikirkan sesuatu. Namun, ketika melihat jam, dia baru sadar kalau dirinya sudah terlambat mengajar hampir satu jam. "Maaf Bu Hesti, saya harus buru-buru ke kelas, anak-anak pasti sudah menunggu."

Setelah berbicara, Anna melesat pergi dengan secepat kilat tanpa mau mendengar ocehan atasannya. Wanita usia kepala lima itu hanya geleng-geleng kepala, andai Anna tak cepat pergi, wanita itu pasti akan mencerewetinya.

Di ruang murid kelas 3, Anna melihat bangku di sudut nomor dua itu kini telah kosong. Lagi-lagi pikirannya tak fokus dan kembali mengingat Viko. 'Apa dia anaknya Hanif?'

"Bu guru, kenapa Hanif pindah sekolah?"

Pertanyaan seorang murid, mengejutkan Anna.

Seramah mungkin ia tersenyum, dan menjawabnya dengan lembut. "Mungkin, orang tuanya juga mau pindah, meskipun Viko tidak disini, kan ada kalian yang temanin Ibu? Jadi, ibu tak kesepian."

Diperlakukan begitu, muridnya di kelas sedikit terhibur. Anna mengajarkan materi, dan memberi mereka tugas menulis dan mengerjakan soal, setelah itu dia duduk di kursi guru sambil memainkan ponselnya.

Di keheningan itu, benaknya kembali berpikir tentang mantan suaminya. 'Ayunda hamil, apa Hanif menghamilinya? tapi kenapa dia tak mengatakan apapun tentang itu?'

Brakk...!

Tiba-tiba Anna merasa emosi dan memukul meja dihadapannya, membuat anak-anak terkejut dan menatapnya dengan heran. "Bu Anna... kamu tak apa?"

Ya ampun! Anna benar-benar malu sekarang. Ia meringis karena tangan kini terasa sakit. "Tak apa, tanganku hanya sedikit terkilir."

Saat itu pintu masuk di ketuk, Waka Kesiswaan muncul dengan setumpuk kertas ditangannya. "Maaf Bu Anna, bisa aku minta bantuan sebentar? Printer di kantor rusak berat, jadi tolong bawa itu ke tempat fotocopy, dan buat duplikatnya sebanyak 100 lembar."

"Baiklah!" Pekerjaan tiba-tiba selalu saja muncul di saat genting. Sigap ia mengangkut kertas-kertas tadi dan pergi dari sana. "Kalian selesaikan tugas kalian, ibu keluar sebentar dan jangan ribut, oke?"

Seruan murid-muridnya menyahut dengan kompak, setidaknya kesibukannya itu dapat melupakan masalah yang ada.

Jarum jam berputar untuk kesekian detik dan menitnya, hingga suara bel berbunyi. "Sudah jam 12.30?" Matanya membelalak saat melihat jarum jam di tangannya. "Aku, ketiduran?" Dia melihat mesin fotocopy yang sudah selesai membuat duplikat kertas yang di berikan Waka kesiswaan tadi.

Anna mengemasi kertas tadi dan berniat mengantarnya kembali ke ruang Waka Kesiswaan. Di tengah jalan, tubuh Anna tiba-tiba oleng, untungnya seseorang datang dan sigap menahan tubuhnya.

Dia baru bernafas lega ketika keadaannya kini dalam keadaan baik. "Untung saja semua berkas ini aman."

Bayangkan, jika kertas tadi berhamburan dan Anna pun jatuh ke lantai, ia pasti akan sangat kerepotan membereskannya.

Semua orang melirik kearah pintu, tepat di tempat Anna yang hampir terjatuh tadi. "Aldi?"

"Kamu tak apa-apa?" Anna segera memperbaiki posisinya, dan merapikan pakaiannya yang berantakan. "Maaf, aku agak pusing hari ini, jadi..."

     

Semua orang terdengar berbisik-bisik, Anna sudah tahu, kalau mereka sedang membicarakan dirinya. Saat ini keadaannya benar-benar canggung, terlebih mereka sedang di tonton oleh semua rekan Anna di ruangan kantor.

Saat itu Anna memberanikan diri mengangkat kepalanya. "Bu Hesti, ini berkas yang anda suruh menduplikatnya tadi, maaf aku baru selesai mengerjakannya."

Setelah memberikan itu, ia berbalik pergi di ikuti Aldi di belakangnya.

Anna merasa ada banyak mata yang melihatnya keluar, namun kini Aldi berjalan sedikit lebih cepat hingga tiba di depan mobil miliknya, lalu membukakan pintunya. "Naiklah!"

Perlakuan Aldi membuatnya gugup dan sedikit aneh. Tapi, tetap saja Anna tak bisa menolak kebaikannya. "Terima kasih."

Di dalam mobilnya, Aldi sengaja memutar musik slow, dan baru melajukan mobilnya setelah suara musik mengalun merdu. Ini cukup menghibur, tapi sejak masuk ke mobilnya, Anna hanya diam sambil menatap jendela kaca, melihat arus jalan dan pedagang kecil, bahkan para pengamen kecil yang seharusnya masih sekolah sedang memainkan gitarnya.

"Kita turun sekarang!"

Suara Aldi membuatnya terkejut.

"Jadi, kita sudah sampai?" Anna masih belum yakin dan malah celingukan memperhatikan tempat di sekitarnya.

"Pangsit kukus!"

Anna tak menyangka Aldi akan membawanya mengisi perut di sini. Kenapa bukan di hotel atau restoran?

Pasalnya, dari dulu Anna memang menyukai jajanan di pinggir jalan. Biarpun di nilai memiliki selera yang rendah, Anna tetap tak peduli.

"Aldi, kamu juga suka pangsit?"

"Tentu saja, ini semua karenamu, saking hafalnya semua yang kamu sukai, aku jadi terbawa, bahkan sampai sekarang juga begitu." Aldi menyahuti santai, sambil menyengir.

Saat itu ia menarik Anna turun dari mobil dan mengajaknya masuk ke tempat penjual pangsit lalu mengambil posisi duduk di kursi paling belakang.

"Anna, kamu tunggu di sini sebentar."

Aldi langsung pergi, lalu berbicara pada seorang pria yang tampaknya adalah koki di sini. Anna memperhatikan gerak-gerik yang cekatan itu, sampai Aldi kembali dengan dua buah mangkuk di tangannya.

"Cepat sekali, kamu tidak menyuruh mereka bergerak seperti robot kan?"

"Bagaimana menurutmu?" Aldi mengangkat sebelah alisnya, melihat wajah Anna yang akhirnya menampakkan senyum.

"Anna, ayo makan..."

Namun, tanpa di suruh pun Anna sudah lebih dulu memasukkan saos sambal dan menyantapnya tanpa basa-basi. Aldi sempat kaget, tapi saat melihat noda cabai menempel di bibir Anna, sontak tangannya bergerak membersihkannya dengan tisu.

"Ma-af, aku ma-makan terlalu buru-buru." Anna gugup dan salah tingkah, lalu mengambil tisu lain dan membersihkan sendiri.

Suasana kembali hening, Anna maupun Aldi fokus dengan makanannya. Saat itu tiba-tiba Anna mengangkat wajahnya. "Di, aku boleh tanya sesuatu?"

"Apa?" pria itu masih santai karena mulai asyik dengan makanannya.

"Katanya kamu punya bisnis di luar negeri..."

"Ya, benar. Kenapa memangnya?"

Anna menunduk sambil mengaduk isi pangsit tadi dengan cabai.

"Aku hanya bertanya saja, lagipula kulihat kamu selalu sibuk dengan kamera."

"Bisnis hanya sampingan, hobiku memang memotret."

Anna membulatkan mulutnya, keduanya menghening sampai porsi makanan mereka habis. Keduanya keluar dan berjalan melewati trotoar yang ramai, namun langkah Anna tiba-tiba berhenti. Seketika wajahnya memucat. "Anna, kamu tak apa?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 44 Ending

    Aldi terdiam melihat tatapan Anna yang tajam seakan siap menusuknya kapan saja, dia sepertinya sedang dijebak. Namun dia berusaha menjelaskan ini. "Anna, aku..." Aldi mencoba berbicara, tenggorokannya seolah tercekat."Jangan bohong lagi!" Anna tersentak. "Kamu dan wanita itu sudah bermal4m bersama di hotel, bukan?"Wajah Aldi pucat pasi. "Ti-tidak, darimana kamu tahu itu?"Anna tersenyum sinis. "Lihat, kamu sendiri gugup kan? Aku jelas tahu semuanya dari seseorang. Awalnya aku tak percaya saat orang itu menceritakan semuanya, tapi aku tidak sangka kamu akan..." Sebagai istri dia tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. "Anna, aku benar-benar tidak tahu akan hal ini, aku dijebak, ada orang yang ingin memfitnahku Anna... aku hanya... ""Hanya apa?" tanya Anna, suaranya dingin. "Kamu sudah melakukannya dengan wanita itu bukan?" Aldi tak bisa menyangkalnya lagi, lagipula dia sudah seperti ini, dia bahkan tidak tahu cara membangun kepercayaan Anna lagi pada dirinya. "Maafkan aku

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 43

    "Shit!" Aldi mengumpat begitu ia terbangun, kepalanya berdenyut pusing. Ketika sudah kembali sadar, pria itu melihat seorang wanita di yang masih terbaring di sebelahnya. Punggung polos yang mengg0da itu terlihat hingga dia terus mengucek matanya agar pandangannya menajam. "Tidak, rambut Anna bukan warna coklat, ini bukan Anna." Mendengar helaan nafas, wanita itu berbalik dan Aldi langsung terkejut. "H-Halen? J-jadi, semalam aku melakukan itu bersamanya..."'Tidak! Tidak mungkin!' Aldi menggeleng cepat sambil beringsut mundur sambil memperbaiki pakaiannya, ia menatap Halen dengan wajah pucat. "Ada apa?" Wanita itu bangkit sambil menutupi tubuh polosnya dengan selimut."Aku tak tahu apa yang kamu pikirkan, tapi apa kamu sengaja memberiku obat agar bisa tidur denganku?" Mendapat tuduhan itu, raut muka Halen berubah. "Apa? Kenapa kamu membalikkan fakta ini padaku? Harusnya kamu sadar diri dengan ulah tubuhmu!" sahutnya dengan nada ketus.Aldi memijat pelipisnya beberapa kali, 'Ya tuh

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 42 Kenapa tidur disini?

    "Aldi, Aldi ... kenapa kamu tidur disini?" teriakan itu membuat Aldi kaget dan langsung terbangun. Pria itu mengucek matanya beberapa kali. "Ternyata tadi aku cuma mimpi." "Kamu benar Aldi kan?" Wanita itu mengulangi pertanyaannya, pandangannya terarah lurus pada wajah sosok pria di hadapannya."Ya, bagaimana kamu tahu namaku..." "Halen, mungkin kamu tidak ingat. Di masa lalu kamu menolongku dari bully an para kakak senior waktu sekolah menengah..." "Ya, aku ingat. Itu sudah lama sekali." "Syukurlah, kukira kamu tidak mengenalku sama sekali. Tapi, ngomong-ngomong, kamu kenapa?" Sebisa mungkin dia menahan gugupnya, sambil mencoba mencari alasan. "Ah, aku hanya sedikit pusing saja. Bukan masalah besar..." "Yakin nggak apa-apa? Di sana ada apotik, nanti singgah saja ke sana dan belilah obat sebelum pulang."Hanya tawa yang lepas sebagai jawaban, Aldi terlihat santai seakan sedang tidak menyimpan beban. "

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 41 Kecewanya Aldi

    "Permisi, bisakah saya melihat tas yang di etalase itu? Saya akan membelikannya untuk istri saya." Aldi menunjuk sebuah tas merk branded edisi terbatas di sebuah toko dalam mall pusat kota."Oh itu, baiklah. Tunggu sebentar, saya akan ambilkan." sahut pemilik toko berjilbab yang bergerak cepat meraih barang yang di tunjuk Aldi. "Ini pak, harganya ada pada label."Aldi memperhatikan label harga yang terpasang pada merk bagian depan, sungguh itu barang mewah dan mahal. " tersenyum memandangi barang. "Baiklah, tolong bungkuskan."Dengan cepat pelayan itu bergerak saja. "Terima kasih."Pelayan itu tersenyum pada pelanggannya dengan sopan. Raffaele berjalan keluar dari tempat itu dengan bangga, dia langsung melajukan mobilnya untuk kembali pulang. Namun, di jalan matanya tak sengaja melihat seorang wanita mengobrol dengan pria yang tak asing. "Bukankah itu..."***"Ohhh." Anna membulatkan mulutnya saat mereka mengobrol dan mulai tak canggung lagi dengan situasi. "Hanya itukah?" tanyanya m

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 40 ikutlah denganku

    "Aku sudah mentransfernya." Randy langsung memutus panggilannya, kemudian menyeringai memasang tampang penuh misteri. "Bukankah sudah kubilang, semuanya bisa kulakukan tanpa mengotori tanganku." Kemudian dia berdiri, dan keluar dari tempat kerjanya setelah melirik jam dinding sekilas.Pria itu merubah rautnya yang menakutkan tadi, ketika bertemu dengan pegawai kantor saat melihatnya keluar melewati kumpulan orang-orang itu. Tampak jelas, pria itu bermuka dua dan raut kepura-puraan itu di tujukan di depan istrinya."Ketua, ponsel anda kembali berbunyi." Seorang staf memberikan ponsel smartphone yang tadinya di biarkan tergeletak di meja kerjanya.Randy menghentikan langkahnya, kemudian menerima ponsel dan menjawab panggilan tersebut. "Halo…""Randy, bisa tolong datang ke kantor polisi sekarang, aku baru saja di interogasi di sini.""Maaf, aku sedang dalam suasana hati yang buruk sekarang, kuharap kamu tidak sedang membuat ma

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 39 aku harus menghubunginya

    "Mama ...."Ayunda yang baru saja membuka pintu masuk rumahnya, langsung berlari saat mendengar suara putranya menjerit. “Arlis, sayang, kamu kenapa nak? Kamu sakit?" sebagai ibu, Ayunda jelas langsung berlari mendatangi putranya dengan raut cemas. "Perutku terasa sangat sakit..." Meski bicaranya belum jelas, tapi pemuda kecil itu meringis sambil memegang perutnya."Kamu sudah makan? Atau jangan-jangan karena ingin pup'?" Pemuda kecil bernama Arlis itu mengeleng. Ayunda melihat sepasang mata milik pangeran kecilnya memerah karena menahan sakit. "Kalau begitu kita coba minum antibiotik, kamu tunggu disini sebentar, mama akan ambil kotak P3K." Ketika Ayunda ingin bergerak pergi, tapi saat ingin pergi, langkah Ayunda dicegat oleh Randy.“Kenapa kau menghalangiku? Kau tak lihat putraku kesakitan?” Ayunda berkat dengan ketus saat dirinya tak dibiarkan mengetahui masalah putranya sendiri. "Diamlah!" potong Randy. "Anakmu baik-baik saja."'Benarkah keadaannya baik? lalu kenapa dia menan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status