Share

Haruskah aku membantunya?

Author: Chiavieth
last update Last Updated: 2024-07-14 07:49:59

Aldi ternyata masih disana dan memperhatikan mereka. Dia melihat keadaannya kini semakin rumit. 'Haruskah aku membantunya?'

Namun wanita paruh baya itu terlihat ingin menyerobot menyerang Anna, Aldi tak tahan lagi, ia takkan tinggal diam dan segera keluar dari mobil menemui mereka. "Berhenti membuat keributan disini!"

Suara itu menggema, membuat keheningan suasana. "Siapa kamu? Berani sekali ikut campur dengan urusan kami."

Tak ada sahutan, dia malah mendekati Anna yang masih membeku di sana. "Kenapa masih berdiri disini, ayo masuk!"

"Dugaanku benar kan? Kamu itu wanita jal4ng Anna." ucapan mantan mertuanya begitu menusuk, Anna yang sebelumnya tak ingin menanggapinya lagi, terpaksa menoleh menatap mereka dengan remeh.

“Aku tak peduli apa yang kalian katakan, karena aku tidak pernah seperti itu. Asal kalian tahu fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, dan ucapan kalian itu akan menjadi karma di masa depan."

Cara bicara Anna terdengar keren, namun itu belum mengubah segalanya, pada detik yang sama ia kembali berujar.

"Oh ya, Hanif. Kurasa aku harus mrngatakan ini, sekarang aku bukan lagi istrimu, seharusnya kini aku bebas kan?"

"Hanif, kepalaku sangat pusing mendengar keributan ini..." Tiba-tiba Ayunda berkata seolah dia sedang tersakiti, bahkan dia sengaja bersandar ke bahu suaminya, memamerkan kemesraan mereka.

Itu membuat Anna muak dan ingin segera pergi.

     

"Anna, kamu mau kemana? Kamu harus tanggung jawab setelah membuat istriku begini, dia sedang hamil dan sangat sensitif sekarang. Bagaimana jika terjadi apa-apa pada janinnya?"

     

Aldi menanggapinya dengan tangan terkepal. "Urus saja istrimu, dan jangan buat dia tertekan lagi."

Aksi lalu melirik Anna, dan menarik tangannya dengan sedikit paksaan. "Ayo kita pergi Anna, jika tak ingin gila jangan tanggapi mereka lagi."

"Heh! Kamu yang tak usah ikut campur, ini masalah kami, yang harusnya pergi itu kamu."

Saat itu Aldi terpaksa berbalik, "Kamu bilang apa? Bukan urusanku? Apa Anna tak memberitahumu?" Ia mendengus. "Sepertinya aku harus membeberkan ini sekarang." Aldi melirik Anna yang berdiri dan menunduk. "Kenalkan, aku ini calon suami Anna!"

"Kamu...?" Anna yang mendengar itu langsung kaget. Tak bisa di pungkiri, Aldi telanjur mengatakannya tanpa sedikitpun bantahan dari Anna. Apa itu berarti, Anna menyetujuinya?

Hanif menelan ludah, bahkan ia tak berani lagi berkomentar, tangannya mengepal seolah sedang menyimpan dendam. Rasanya aneh jika Hanif marah, bukankah dia tak punya hubungan apa-apa lagi dengan Anna?

Aldi menegakkan kepalanya dan berujar. "Kurasa kamu masih tidak tahu cara menghargai wanita, apa perlu ku-ajari?"

Hanif melangkah mundur beberapa kali, dirinya begitu terlihat seperti orang yang tak punya harga diri. Saat ini dia sadar bahwa kesalahannya sangat fatal.

"Tak perlu!" Hanif tak ingin di remehkan, dia menatap bengis pada sosok Aldi yang tanpa segan menggenggam tangan Anna. "Karena aku lebih bisa membahagiakan seorang wanita daripada kamu." Setelah berbicara, mereka bahkan tak peduli dan pergi tanpa menoleh sedikitpun ke belakang.

"Dasar! dulu aku mengira kamu seorang wanita lugu, aku bahkan merasa bersalah telah membiarkan Hanif menceraikanmu. Tapi ternyata, dugaanku salah, kamu hanya ingin mengincar harta keluarga kaya Anna." Mantan mertua Anna menyempatkan diri untuk melontarkan kata-kata pedasnya pada Anna.

     

Ini begitu menyinggung, Anna tidak bisa tidak menoleh, dan menatap tajam wanita paruh baya itu, saking tak tahan dengan perkataannya. "Maaf nyonya Jeanne, seharusnya anda mempertimbangkan tujuan anda kemari untuk menyerang orang. Apa kalian mau disamakan dengan hewan yang tidak punya kesopanan sama sekali?"

Wanita yang dipanggil Jeanne itu tiba-tiba mendekatinya lalu menyiramkan air mineral kemasan ke wajah Anna tanpa dapat di hindari.

"Hentikan! Apa yang anda lakukan?" Aldi bahkan terkena cipratannya sedikit.

Anna perlahan mengelap wajahnya yang basah, lalu berkata dengan tegas. "Maaf, saya Anna Felicia tidak pernah berniat mengambil harta apapun dari kalian. Anda bisa tanyakan pada Hanif, apa yang saya bawa saat meninggalkan rumahnya."

Hanif tak berkomentar, ia tak ingin membuat keadaan lebih parah lagi karena beberapa orang sudah berdiri di sekitarnya dengan raut penasaran, tampaknya keributan itu sudah sangat mengganggu mereka. Tak ingin menunggu lebih lama lagi, tanpa menunggu ibunya, Hanif melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.

"Maaf ibu, aku benar-benar harus pergi, aku tak ingin berdiri lebih lama lagi di sana."

"Hei, Hanif! Kamu sudah gila ya?" Namun seruan nyonya Jeanne sama sekali tak di dengar Hanif, mobilnya sudah beranjak jauh dari sana.

Menyaksikan lelucon tu Aldi lalu berkata. "Perbuatan kalian hari ini, termasuk kasus penyerangan dan pembully-an. Aku akan laporkan ini dan memanggil polisi!" Kata-kata itu penuh peringatan.

     

Meski wanita paruh baya itu menyempatkan diri menatap sengit pada Anna, namun perlahan dia berbalik dan keluar dari pagar besi, sambil memikirkan rencana lain.

"Sudahlah, ayo masuk."

Anna merasa aneh, pria itu tiba-tiba cuek, lalu tiba-tiba baik padanya. Namun, dia tak ingin bertanya lebih lagi hingga Aldi mengantarkannya beristirahat.

"Aldi, kamu mau pergi?" Langkah pria itu terpaksa berhenti saat di tanyai.

"Benar, lebih baik kamu istirahat saja di kamar."

"Soal tadi, terima kasih ya."

Aldi tak menanggapinya lagi dan terus berjalan lurus hingga kembali ke mobilnya.

Melalui jendela Anna menatap punggung tegapnya hingga tak terlihat, lalu menatap ke langit mendung, serta gerimis yang tiba-tiba turun seolah sedang mengetahui suasana hatinya. Bibirnya yang tipis itu mencoba tersenyum, namun getir ketika mengetahui kenyataan hidupnya.

Setelahnya Anna terduduk lemas di kursi sofa memikirkan beban berat di benaknya. Dulu, saat statusnya masih istri Hanif, Anna begitu serius menjalani perannya sebagai istri sekaligus menantu keluarga suaminya. Tapi takdir tak bisa di tebak, hingga akhirnya Anna keluar dari belenggu itu.

Andai saja Aldi tak muncul dan benar-benar telah membencinya, mungkin dia akan menghadapi masalah tadi sendirian.

Getaran ponsel membuat lamunannya membuyar, Anna memeriksa ponselnya yang terdapat satu pesan teks.

(Anna, kamu di mana?)

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 44 Ending

    Aldi terdiam melihat tatapan Anna yang tajam seakan siap menusuknya kapan saja, dia sepertinya sedang dijebak. Namun dia berusaha menjelaskan ini. "Anna, aku..." Aldi mencoba berbicara, tenggorokannya seolah tercekat."Jangan bohong lagi!" Anna tersentak. "Kamu dan wanita itu sudah bermal4m bersama di hotel, bukan?"Wajah Aldi pucat pasi. "Ti-tidak, darimana kamu tahu itu?"Anna tersenyum sinis. "Lihat, kamu sendiri gugup kan? Aku jelas tahu semuanya dari seseorang. Awalnya aku tak percaya saat orang itu menceritakan semuanya, tapi aku tidak sangka kamu akan..." Sebagai istri dia tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. "Anna, aku benar-benar tidak tahu akan hal ini, aku dijebak, ada orang yang ingin memfitnahku Anna... aku hanya... ""Hanya apa?" tanya Anna, suaranya dingin. "Kamu sudah melakukannya dengan wanita itu bukan?" Aldi tak bisa menyangkalnya lagi, lagipula dia sudah seperti ini, dia bahkan tidak tahu cara membangun kepercayaan Anna lagi pada dirinya. "Maafkan aku

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 43

    "Shit!" Aldi mengumpat begitu ia terbangun, kepalanya berdenyut pusing. Ketika sudah kembali sadar, pria itu melihat seorang wanita di yang masih terbaring di sebelahnya. Punggung polos yang mengg0da itu terlihat hingga dia terus mengucek matanya agar pandangannya menajam. "Tidak, rambut Anna bukan warna coklat, ini bukan Anna." Mendengar helaan nafas, wanita itu berbalik dan Aldi langsung terkejut. "H-Halen? J-jadi, semalam aku melakukan itu bersamanya..."'Tidak! Tidak mungkin!' Aldi menggeleng cepat sambil beringsut mundur sambil memperbaiki pakaiannya, ia menatap Halen dengan wajah pucat. "Ada apa?" Wanita itu bangkit sambil menutupi tubuh polosnya dengan selimut."Aku tak tahu apa yang kamu pikirkan, tapi apa kamu sengaja memberiku obat agar bisa tidur denganku?" Mendapat tuduhan itu, raut muka Halen berubah. "Apa? Kenapa kamu membalikkan fakta ini padaku? Harusnya kamu sadar diri dengan ulah tubuhmu!" sahutnya dengan nada ketus.Aldi memijat pelipisnya beberapa kali, 'Ya tuh

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 42 Kenapa tidur disini?

    "Aldi, Aldi ... kenapa kamu tidur disini?" teriakan itu membuat Aldi kaget dan langsung terbangun. Pria itu mengucek matanya beberapa kali. "Ternyata tadi aku cuma mimpi." "Kamu benar Aldi kan?" Wanita itu mengulangi pertanyaannya, pandangannya terarah lurus pada wajah sosok pria di hadapannya."Ya, bagaimana kamu tahu namaku..." "Halen, mungkin kamu tidak ingat. Di masa lalu kamu menolongku dari bully an para kakak senior waktu sekolah menengah..." "Ya, aku ingat. Itu sudah lama sekali." "Syukurlah, kukira kamu tidak mengenalku sama sekali. Tapi, ngomong-ngomong, kamu kenapa?" Sebisa mungkin dia menahan gugupnya, sambil mencoba mencari alasan. "Ah, aku hanya sedikit pusing saja. Bukan masalah besar..." "Yakin nggak apa-apa? Di sana ada apotik, nanti singgah saja ke sana dan belilah obat sebelum pulang."Hanya tawa yang lepas sebagai jawaban, Aldi terlihat santai seakan sedang tidak menyimpan beban. "

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 41 Kecewanya Aldi

    "Permisi, bisakah saya melihat tas yang di etalase itu? Saya akan membelikannya untuk istri saya." Aldi menunjuk sebuah tas merk branded edisi terbatas di sebuah toko dalam mall pusat kota."Oh itu, baiklah. Tunggu sebentar, saya akan ambilkan." sahut pemilik toko berjilbab yang bergerak cepat meraih barang yang di tunjuk Aldi. "Ini pak, harganya ada pada label."Aldi memperhatikan label harga yang terpasang pada merk bagian depan, sungguh itu barang mewah dan mahal. " tersenyum memandangi barang. "Baiklah, tolong bungkuskan."Dengan cepat pelayan itu bergerak saja. "Terima kasih."Pelayan itu tersenyum pada pelanggannya dengan sopan. Raffaele berjalan keluar dari tempat itu dengan bangga, dia langsung melajukan mobilnya untuk kembali pulang. Namun, di jalan matanya tak sengaja melihat seorang wanita mengobrol dengan pria yang tak asing. "Bukankah itu..."***"Ohhh." Anna membulatkan mulutnya saat mereka mengobrol dan mulai tak canggung lagi dengan situasi. "Hanya itukah?" tanyanya m

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 40 ikutlah denganku

    "Aku sudah mentransfernya." Randy langsung memutus panggilannya, kemudian menyeringai memasang tampang penuh misteri. "Bukankah sudah kubilang, semuanya bisa kulakukan tanpa mengotori tanganku." Kemudian dia berdiri, dan keluar dari tempat kerjanya setelah melirik jam dinding sekilas.Pria itu merubah rautnya yang menakutkan tadi, ketika bertemu dengan pegawai kantor saat melihatnya keluar melewati kumpulan orang-orang itu. Tampak jelas, pria itu bermuka dua dan raut kepura-puraan itu di tujukan di depan istrinya."Ketua, ponsel anda kembali berbunyi." Seorang staf memberikan ponsel smartphone yang tadinya di biarkan tergeletak di meja kerjanya.Randy menghentikan langkahnya, kemudian menerima ponsel dan menjawab panggilan tersebut. "Halo…""Randy, bisa tolong datang ke kantor polisi sekarang, aku baru saja di interogasi di sini.""Maaf, aku sedang dalam suasana hati yang buruk sekarang, kuharap kamu tidak sedang membuat ma

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 39 aku harus menghubunginya

    "Mama ...."Ayunda yang baru saja membuka pintu masuk rumahnya, langsung berlari saat mendengar suara putranya menjerit. “Arlis, sayang, kamu kenapa nak? Kamu sakit?" sebagai ibu, Ayunda jelas langsung berlari mendatangi putranya dengan raut cemas. "Perutku terasa sangat sakit..." Meski bicaranya belum jelas, tapi pemuda kecil itu meringis sambil memegang perutnya."Kamu sudah makan? Atau jangan-jangan karena ingin pup'?" Pemuda kecil bernama Arlis itu mengeleng. Ayunda melihat sepasang mata milik pangeran kecilnya memerah karena menahan sakit. "Kalau begitu kita coba minum antibiotik, kamu tunggu disini sebentar, mama akan ambil kotak P3K." Ketika Ayunda ingin bergerak pergi, tapi saat ingin pergi, langkah Ayunda dicegat oleh Randy.“Kenapa kau menghalangiku? Kau tak lihat putraku kesakitan?” Ayunda berkat dengan ketus saat dirinya tak dibiarkan mengetahui masalah putranya sendiri. "Diamlah!" potong Randy. "Anakmu baik-baik saja."'Benarkah keadaannya baik? lalu kenapa dia menan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status