Share

Tenang saja

Author: Chiavieth
last update Huling Na-update: 2024-07-30 07:30:58

Setelah mengetik balasan pesan, Anna beranjak dari sana dan mencuci wajahnya dengan niat berwudhu dan melakukan shalat magrib.

Baru saja menyelesaikan rakaat terakhir, tiba-tiba pintunya di ketuk. Ini membuat Anna terburu-buru melepas mukenanya dan membuka pintu. "Dessy!"

Rekan kerjanya datang dengan tas belanja berukuran besar. Anna berniat membantunya, namun temannya yang bernama Dessy itu malah bertanya.

"Kamu sudah lakukan apa yang kukatakan tadi?"

"Apa?" Anna ternganga, ingatannya berpacu pada pesan yang di kirim Dessy sebelumnya. "Itu... Maaf tadi aku lupa." Anna menyahut gugup, membuat Dessy mendecakkan lidahnya kesal. "Kamu ini bagaimana sih..." Dessy menghentikan aktivitasnya yang sedang membongkar kantong belanja.

"Kamu tenang saja, aku akan melakukannya sekarang..."

"Tidak perlu!" Ucapan Dessy membuat gerakan Anna berhenti.

"Kamu bahkan tak pernah mengisi kulkas, bagaimana caramu memasak?"

Anna hanya menyengir, sejujurnya ia berniat ke warung sebelah rumah untuk membeli beras dan bahkan pangan lainnya, tapi karena larangan Dessy, ia tak jadi pergi.

"Kamu tahu, aku sudah menduga hal ini terjadi, sifatmu berubah buruk sejak bercerai Anna, dulu kamu tak begini."

Anna terdiam, itu memang benar, hanya Dessy yang tahu setiap rahasia dan permasalahannya. Umurnya yang lebih tua setahun, membuat Anna menganggapnya sebagai kakak kandung sendiri.

Selesai membongkar kantong belanjaannya, Dessy mengeluarkan sesuatu. "Aku sengaja membeli makanan siap saji karena sudah tahu hal ini akan terjadi, jadi siap-siaplah menghabiskannya karena aku membeli stok yang banyak."

Anna kaget bahwa melihat makanan instan yang berderet di meja. "Dessy, kamu gil4, mana mungkin aku bisa menghabiskan makanan sebanyak ini sendirian?"

"Bukankah ada Aldi? Oh ya, aku lupa. Bagaimana hubungan kalian?"

"Kenapa kamu menanyakan itu?" Anna sengaja menanyainya balik, namun Dessy sedikit mengerling mata kanannya dengan tujuan menggoda Anna. "Kenapa memangnya? Aku tak boleh bertanya? Kulihat kalian cocok."

"Jujur aku belum memutuskan tentang itu, kamu pasti tahu alasannya bukan?"

Seketika tawa Dessy meledak mendengar penjelasan Anna. "Hanya karena statusmu? Anna, itu tidak penting sekarang, kamu tahu tidak, zaman sekarang istilah janda tidak lagi dianggap tertinggal, justru beberapa orang mengatakan bahwa janda lebih di depan."

Namun, Anna tak menanggapinya lagi dan memilih memasak makanan instan tadi di kompor elektrik mini yang berada tak jauh dari sana. Suasana langsung membeku, terhanyut dengan isi pikiran masing-masing.

Dalam diam itu pula, mereka menyantap makanan yang sudah matang. Hingga setelah menghabiskan makanannya, Dessy kembali bicara. "Tentang tadi, aku minta maaf. Mungkin aku terlalu lancang menanyakan hal yang tak masuk akal, tapi ini demi kamu juga Anna. Kukira selama ini kamu dengannya sudah..."

Sontak Anna menepuk meja, membuat lawan bicaranya kaget. "Anna...'

"Tidak Dessy, kurasa kamu benar, mungkin aku terlalu jual mahal hingga membuat orang lain kecewa. Jika aku menghubunginya sekarang, apa masih ada kesempatan?"

"Entahlah, hanya kamu sendiri yang tahu tentang itu, aku tak bisa memastikannya."

***

Esoknya, pagi-pagi Anna kaget saat melihat jam di tangannya. "Ini sudah hampir terlambat, aku bahkan belum sarapan sama sekali. Bisa-bisanya aku tak ingat dengan pekerjaanku."

Ia kebingungan mana yang akan di lakukannya lebih dulu. "Sudahlah, aku langsung pergi saja."

Anna mengambil jilbab instan dan mengenakan itu tanpa menyisir rambutnya. Bisa di bayangkan tampilannya yang sedikit acak-acakan itu kini keluar dari rumahnya.

"Pak stop!!" Anna menyetop sebuah yang kebetulan melintas di jalan raya, begitu sang sopir menghentikannya, ia masuk dan berkata dengan tergesa-gesa. "Ke SDN Founderword di pusat kota ya pak."

Detik itu juga, sang sopir melajukan taksi dengan secepat kilat. "Sebentar lagi pukul delapan, aku bisa di marahi jika terlambat."

Semalam ia benar-benar begadang dengan Dessy, memakan makanan pedas entah sampai pukul berapa rekannya itu baru pulang. Namun tiba-tiba Anna memegang perutnya. "Kenapa perih sekali? Apa asam lambungku kambuh?"

Tetapi Anna ingat akan satu hal. 'Astaga! Jangan-jangan…'

"Aku harus segera membeli pembalut, sebelum itu tembus."

Namun, perutnya terasa semakin perih, ia menarik nafas dalam-dalam sambil mengusap perutnya. Anna melihat ke arah jalan mencari-cari papan nama apotik. Nah! Itu dia… "Pak, tolong berhenti di sini ya."

"Tapi…" sopir itu tampak ragu, namun melihat keadaan Anna yang mengeluhkan situasinya, memaksanya untuk berhenti.

Tepat di seberang jalan itu ada sebuah apotik yang berada tepat di samping gerai penjual makanan. Begitu taksi pergi, Anna malah melihat seorang pria yang tak asing, itu adalah rekan kerja sekaligus pria yang dia anggap sebagai kakak angkatnya "Mas Randy? kenapa dia berada di tempat ini?"

Anna membeku di tempatnya berdiri, pikirannya menduga-duga, 'Apa Bu Hesti marah besar hingga dia menyuruh kak Randy mencariku? Atau sebaiknya aku menghindar saja, ini sudah melewati jam kerja, tapi sekarang perutku sangat sakit, bagaimana ini?' Anna kelihatan cemas, rasanya ingin melarikan diri dari sana.

"Tunggu Anna, kamu mau kemana?" Sosoknya melangkah menghampiri Anna, dalam situasi terjepit ini Anna menjadi tak bisa bergerak kemana pun.

"Kenapa tak angkat telepon? Kamu tak apa? Wajahmu sangat pucat."

Anna menundukkan kepalanya dengan sungkan. "A-aku tidak apa-apa hanya saja perutku sedikit sakit."

Sejujurnya, Anna tak ingin mengatakan itu, takut membuat orang lain repot lagi karenanya. Diamnya Randy, Anna mengira pria itu tidak mengacuhkannya, namun dia tampak celingukan dengan panik. "Di sana ada apotik, aku akan antar kamu ke sana. Sakit, jangan di tanggung sendiri, bagaimana kalau nanti kamu pingsan di jalan?"

Anna bersyukur memiliki orang yang perhatian padanya, tapi ingatannya berpacu pada perkataan mantan suami, sekaligus ibu dari mantan suaminya itu. "Tapi mas, aku bisa pergi sendiri." Anna menolak tawaran itu secara halus, karena tak ingin di bilang perempuan p3nggod4.

Namun, Randy sedikit memaksa membuatnya tak dapat mengelak lagi.

"Jika kamu tak ingin sakitnya semakin parah, maka setuju saja dengan kata-kataku. Kamu harus ingat, mencegah lebih baik daripada mengobati."

Beruntungnya Anna mendapat seorang kakak angkat yang begitu perhatian padanya, selain Dessy, ia tak punya siapa-siapa lagi untuk bergantung. Lalu Aldi? Ini tidak mungkin! Anna masih perang dingin dengannya.

Dalam sejarah hidupnya, Anna terlahir kembar, namun nasib malang membuat saudara kembarnya mengidap suatu penyakit hingga harus pergi untuk selama-lamanya. Hingga suatu saat ia bertemu dengan Dessy dan Randy yang menggantikan kekosongan hidupnya.

"Anna, kamu mau tunggu di sini atau..." Ups! Anna baru sadar kalau mereka sudah tiba di depan apotik.

"Aku ikut!"

Namun, Randy sudah berlalu dan masuk ke dalam sendirian tanpa menunggu Anna. Saat ingin menyusul, pria itu malah berkata. "Tak perlu ikut, aku akan kembali dalam 10 menit."

Ia pasrah dan duduk di luar menunggu dengan merunggut. Sepuluh menit itu membosankan, Anna mengeluh

Saat itu ia mengambil ponsel dan men-scroll media sosial menghilangkan kebosanan. Tiba-tiba perhatiannya terfokus pada siaran live keadaan bandara yang sibuk. "Astaga! Aku lupa."

Buru-buru Anna mengetik pesan di ponselnya. (Maaf Di, aku nggak sempat antar kamu ke bandara, semoga selamat sampai tujuan.)

Ia baru mengirimnya pada Aldi, berharap segera ada balasannya. Namun, meski sudah tercentang biru, ia tak mendapatkan pesan apapun. 'Apa dia masih marah?'

Sepuluh menit yang di tunggu, Randy kembali muncul dengan kantong plastik di tangannya. "Di dalam ada obat sakit perut dan… kamu akan tahu setelah membukanya."

Anna tak peduli, ia menerima kantong plastik itu dan memasukkannya ke dalam tas jinjing yang selalu ia bawa.

"Kamu sudah sarapan?"

Anna tak ingin membuat Randy lebih repot lagi, jadi dia terpaksa berbohong saking sungkannya. "Kakak tak perlu cemas, tadi aku sudah makan."

"Kalau begitu kamu bisa langsung minum obat." Anna tak bisa menghindar, tapi dia memutar otaknya mencari alasan.

"Nanti saja di sekolah."

Randy menarik nafas dalam-dalam, mencoba memahami wanita itu, lalu melihat jam tangan. "Lima menit lagi jadwalku mengajar, kita bisa kejar waktu ke Founderword, ayo berangkat sekarang."

"Tapi, Bu kepsek..." Anna sedikit cemas, untung saja Randy mengetahui tentang keterlambatannya.

"Tenang saja, aku akan membantumu memberi alasan."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 44 Ending

    Aldi terdiam melihat tatapan Anna yang tajam seakan siap menusuknya kapan saja, dia sepertinya sedang dijebak. Namun dia berusaha menjelaskan ini. "Anna, aku..." Aldi mencoba berbicara, tenggorokannya seolah tercekat."Jangan bohong lagi!" Anna tersentak. "Kamu dan wanita itu sudah bermal4m bersama di hotel, bukan?"Wajah Aldi pucat pasi. "Ti-tidak, darimana kamu tahu itu?"Anna tersenyum sinis. "Lihat, kamu sendiri gugup kan? Aku jelas tahu semuanya dari seseorang. Awalnya aku tak percaya saat orang itu menceritakan semuanya, tapi aku tidak sangka kamu akan..." Sebagai istri dia tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. "Anna, aku benar-benar tidak tahu akan hal ini, aku dijebak, ada orang yang ingin memfitnahku Anna... aku hanya... ""Hanya apa?" tanya Anna, suaranya dingin. "Kamu sudah melakukannya dengan wanita itu bukan?" Aldi tak bisa menyangkalnya lagi, lagipula dia sudah seperti ini, dia bahkan tidak tahu cara membangun kepercayaan Anna lagi pada dirinya. "Maafkan aku

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 43

    "Shit!" Aldi mengumpat begitu ia terbangun, kepalanya berdenyut pusing. Ketika sudah kembali sadar, pria itu melihat seorang wanita di yang masih terbaring di sebelahnya. Punggung polos yang mengg0da itu terlihat hingga dia terus mengucek matanya agar pandangannya menajam. "Tidak, rambut Anna bukan warna coklat, ini bukan Anna." Mendengar helaan nafas, wanita itu berbalik dan Aldi langsung terkejut. "H-Halen? J-jadi, semalam aku melakukan itu bersamanya..."'Tidak! Tidak mungkin!' Aldi menggeleng cepat sambil beringsut mundur sambil memperbaiki pakaiannya, ia menatap Halen dengan wajah pucat. "Ada apa?" Wanita itu bangkit sambil menutupi tubuh polosnya dengan selimut."Aku tak tahu apa yang kamu pikirkan, tapi apa kamu sengaja memberiku obat agar bisa tidur denganku?" Mendapat tuduhan itu, raut muka Halen berubah. "Apa? Kenapa kamu membalikkan fakta ini padaku? Harusnya kamu sadar diri dengan ulah tubuhmu!" sahutnya dengan nada ketus.Aldi memijat pelipisnya beberapa kali, 'Ya tuh

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 42 Kenapa tidur disini?

    "Aldi, Aldi ... kenapa kamu tidur disini?" teriakan itu membuat Aldi kaget dan langsung terbangun. Pria itu mengucek matanya beberapa kali. "Ternyata tadi aku cuma mimpi." "Kamu benar Aldi kan?" Wanita itu mengulangi pertanyaannya, pandangannya terarah lurus pada wajah sosok pria di hadapannya."Ya, bagaimana kamu tahu namaku..." "Halen, mungkin kamu tidak ingat. Di masa lalu kamu menolongku dari bully an para kakak senior waktu sekolah menengah..." "Ya, aku ingat. Itu sudah lama sekali." "Syukurlah, kukira kamu tidak mengenalku sama sekali. Tapi, ngomong-ngomong, kamu kenapa?" Sebisa mungkin dia menahan gugupnya, sambil mencoba mencari alasan. "Ah, aku hanya sedikit pusing saja. Bukan masalah besar..." "Yakin nggak apa-apa? Di sana ada apotik, nanti singgah saja ke sana dan belilah obat sebelum pulang."Hanya tawa yang lepas sebagai jawaban, Aldi terlihat santai seakan sedang tidak menyimpan beban. "

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 41 Kecewanya Aldi

    "Permisi, bisakah saya melihat tas yang di etalase itu? Saya akan membelikannya untuk istri saya." Aldi menunjuk sebuah tas merk branded edisi terbatas di sebuah toko dalam mall pusat kota."Oh itu, baiklah. Tunggu sebentar, saya akan ambilkan." sahut pemilik toko berjilbab yang bergerak cepat meraih barang yang di tunjuk Aldi. "Ini pak, harganya ada pada label."Aldi memperhatikan label harga yang terpasang pada merk bagian depan, sungguh itu barang mewah dan mahal. " tersenyum memandangi barang. "Baiklah, tolong bungkuskan."Dengan cepat pelayan itu bergerak saja. "Terima kasih."Pelayan itu tersenyum pada pelanggannya dengan sopan. Raffaele berjalan keluar dari tempat itu dengan bangga, dia langsung melajukan mobilnya untuk kembali pulang. Namun, di jalan matanya tak sengaja melihat seorang wanita mengobrol dengan pria yang tak asing. "Bukankah itu..."***"Ohhh." Anna membulatkan mulutnya saat mereka mengobrol dan mulai tak canggung lagi dengan situasi. "Hanya itukah?" tanyanya m

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 40 ikutlah denganku

    "Aku sudah mentransfernya." Randy langsung memutus panggilannya, kemudian menyeringai memasang tampang penuh misteri. "Bukankah sudah kubilang, semuanya bisa kulakukan tanpa mengotori tanganku." Kemudian dia berdiri, dan keluar dari tempat kerjanya setelah melirik jam dinding sekilas.Pria itu merubah rautnya yang menakutkan tadi, ketika bertemu dengan pegawai kantor saat melihatnya keluar melewati kumpulan orang-orang itu. Tampak jelas, pria itu bermuka dua dan raut kepura-puraan itu di tujukan di depan istrinya."Ketua, ponsel anda kembali berbunyi." Seorang staf memberikan ponsel smartphone yang tadinya di biarkan tergeletak di meja kerjanya.Randy menghentikan langkahnya, kemudian menerima ponsel dan menjawab panggilan tersebut. "Halo…""Randy, bisa tolong datang ke kantor polisi sekarang, aku baru saja di interogasi di sini.""Maaf, aku sedang dalam suasana hati yang buruk sekarang, kuharap kamu tidak sedang membuat ma

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 39 aku harus menghubunginya

    "Mama ...."Ayunda yang baru saja membuka pintu masuk rumahnya, langsung berlari saat mendengar suara putranya menjerit. “Arlis, sayang, kamu kenapa nak? Kamu sakit?" sebagai ibu, Ayunda jelas langsung berlari mendatangi putranya dengan raut cemas. "Perutku terasa sangat sakit..." Meski bicaranya belum jelas, tapi pemuda kecil itu meringis sambil memegang perutnya."Kamu sudah makan? Atau jangan-jangan karena ingin pup'?" Pemuda kecil bernama Arlis itu mengeleng. Ayunda melihat sepasang mata milik pangeran kecilnya memerah karena menahan sakit. "Kalau begitu kita coba minum antibiotik, kamu tunggu disini sebentar, mama akan ambil kotak P3K." Ketika Ayunda ingin bergerak pergi, tapi saat ingin pergi, langkah Ayunda dicegat oleh Randy.“Kenapa kau menghalangiku? Kau tak lihat putraku kesakitan?” Ayunda berkat dengan ketus saat dirinya tak dibiarkan mengetahui masalah putranya sendiri. "Diamlah!" potong Randy. "Anakmu baik-baik saja."'Benarkah keadaannya baik? lalu kenapa dia menan

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 38 Firasatku tidak enak

    Beberapa orang satpam menarik Selena dengan paksa keluar dari gedung rumah sakit. Dia menghela nafas berat, kemudian berbalik dan mendapati sosok Raffaele berdiri di depannya "Kenapa lama sekali?" ujarnya berkata dengan kesal. "Pergilah, kau tak usah ikut campur masalah ini." Kata-kata Selena agaknya membuat Raffaele tersinggung. "Kau bilang ini bukan urusanku? Huh! Kau saja yang terlalu membela Dharma, tapi dirimu bahkan tak di hargai..." "Dharma bukan orang seperti itu..." tegas Selena dengan wajah dingin. "Cukup!" bentak Raffaele setelah beberapa saat, "Apalagi yang pertahankan darinya? Uang? Pangkat? Jabatan?" Raffaelle mendengus. "Bukankah semuanya sudah lenyap? Tim auditor, sudah melepas jabatannya bukan? Pria itu sudah bangkrut, tahukah kau bahwa selama ini Dharma telah memberi nafkahmu dengan uang hasil penggelapan dana?" Mengatakan itu Raffaele menatap Selena dengan mata merah. Keadaan

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 37 Suruh dia keluar

    Selena sadar setelah merasakan hembusan angin dari jendela yang kebetulan terbuka lebar. Pandangannya mengarah keluar, melihat bangunan mewah dari tempat terbaring. "Di mana ini? Kenapa aku bisa melihat pemandangan kota dari atas?" Wanita itu melihat ke sekitarnya untuk mengingat hal apa yang terjadi padanya barusan sambil berusaha duduk. "Aduh, kenapa tubuhku rasanya nyeri dan sakit sekali?"Meski lama berpikir, tapi Selena tidak bisa mengingatnya. Dia juga baru sadar, bahwa sebagian tubuhnya kini tertutupi selimut. Tiba-tiba dia ingat dengan ponselnya, matanya mencari benda itu dan berhenti ketika melihat tas miliknya di atas nakas. "Itu tasku!"Tetapi, tanpa diduga dua kakinya terasa kebas saat ingin mengambil benda sebesar buku tulis berbahan kulit itu disana. Selena menggigit bibirnya, tubuhnya sangat gemetar karena cemas. "Apakah kemarin Raffaele…"Selena menggeleng, lalu menarik selimut tadi dan kembali menutup kepalanya rapat-rapat. Dan

  • Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya    Bab 36 Kehancuran

    "Itu tak ada hubungannya denganku, bibi selesaikan saja sendiri." Aldi lalu melenggang pergi dari sana berbicara lagi."Pamanmu sekarang bangkrut, seluruh saldo rekeningnya terkuras habis secara mendadak..."Langkah Aldi terpaksa berhenti demi menanggapinya, "Itu sudah pasti karena dia membagikannya pada wanita yang dikencaninya..." "Bibi tahu itu, tapi pada dasarnya pamanmu punya uang yang banyak, dan kali ini dia benar-benar di jebak seseorang. Dan sekarang, ada banyak karyawan yang menuntut gaji mereka, bibi tidak tahu cara mengatasinya, sedangkan pamanmu sudah diberhentikan oleh dewan direksi." Wanita itu menjelaskan dengan nada sayu.Aldi menarik nafasnya, bahkan tanpa berbalik sedikitpun dia berkata. "Biarkan paman merasakan akibat perbuatannya, jika tak ada hal lain, aku pergi. Pekerjaanku masih banyak." "Kenapa kamu begitu egois, Aldi?"Wanita usia 40 puluhan itu akhirnya pergi setelah kalah bertengkar mulut dengan

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status