INICIAR SESIÓN“Untuk apa kalian melarikan diri? Bukannya tadi kalian sudah menghubungi pangeran pertama? Jika dia tiba kalian tidak ada, mungkin nasib kalian juga sama. Mati!” ucap Xiao Tian dengan seringai lebar. Xiao Tian tidak mengejar siapa pun dulu. Ia berdiri di tempatnya, membiarkan kata-katanya jatuh pelan namun jelas, menembus ke dalam kesadaran orang-orang yang kini mulai kehilangan arah. Kalimat itu bukan sekadar ancaman, tetapi juga memotong satu-satunya pilihan yang biasanya dipakai orang istana ketika keadaan berbalik, yaitu kabur sambil menunggu bantuan. Ketika Xiao Tian masih menggoda anggota Istana Laut Timur, tiba-tiba dia merasakan banyak aura yang menuju ke arahnya. Perasaan itu datang lebih dulu daripada penglihatan. Seperti tekanan halus yang menyentuh persepsinya dari kejauhan, memberi tahu bahwa arah dunia di sekitarnya mulai berubah. Arah kedatangan aura-aura itu jelas, dan jumlahnya tidak sedikit. Ada yang datang berkelompok, ada yang bergerak sendiri, tetapi semua
“Bajingan, kamu barani membunuh anggota Istana! Aku pastikan bukan hanya kamu yang mati, tapi seluruh penghuni Alam Hundun akan mati dikuburkan bersamamu!” Ucapan itu dilontarkan dari jarak yang sangat dekat. Nada suaranya keras dan penuh amarah, tidak lagi mengandung perhitungan atau kehati-hatian. Kata-kata itu keluar seperti luapan yang sudah tidak ditahan lagi, seolah ancaman massal adalah satu-satunya cara untuk menutup rasa takut yang mulai muncul. Orang itu tidak lagi menjaga jarak seperti sebelumnya, seolah-olah amarahnya membuat ia lupa menilai posisi. Ia melangkah maju tanpa ragu, mendekat ke wilayah yang seharusnya tidak ia masuki. Pada jarak seperti ini, kesalahan sekecil apa pun bisa menjadi akhir, namun pikirannya sudah dipenuhi dorongan untuk menyerang. Di sekeliling mereka, anggota Istana Laut Timur yang tersisa menahan gerak, sebagian terpaku karena ledakan barusan masih membekas di benak mereka. Beberapa orang menegang di tempat, ada yang menggeser telapak kaki
Anggota Istana Laut Timur yang tadinya berada dalam formasi santai kini memusatkan pandangan, sebagian mundur setengah langkah tanpa sadar, karena satu gerakan tadi sudah menunjukkan bahwa sangkar emas itu bukan penghalang bagi Xiao Tian. Ada yang merapatkan jari pada gagang harta, ada yang mengubah sudut berdiri agar bisa bergerak mundur kapan saja, dan ada pula yang menelan napasnya perlahan, berusaha menutupi kegugupan. “Xiao Tian…” ucap semua anggota Istana Laut Timur serempak. Nama itu keluar bukan karena mereka ingin menyapa, melainkan karena mereka tidak bisa menghindari kenyataan bahwa orang yang mereka anggap masalah besar sudah ada di depan mata. Di antara mereka, ada yang menelan napas, ada yang menggeser posisi kaki, dan ada yang menahan tangan agar tidak terburu-buru menarik harta. “Kumpulan pengecut, kenapa kalian ingin kami kembali ketika kalian secara terang-terangan meninggalkan kami?” tanya Xiao Tian dengan nada menggoda. Xiao Tian tidak memberi mereka waktu un
Kelompok Huixing memang seharusnya berada di bawah komando mereka. Namun karena mereka meninggalkan kelompok Huixing dan yang lainnya, jadi mereka memperlakukan Huixing dan yang lainnya seperti orang luar. Sikap itu terlihat jelas dari cara mereka berbicara, bukan sekadar memerintah, tetapi juga menempatkan Huixing sebagai pihak yang tidak lagi memiliki posisi. Di mata mereka, kelompok yang ditinggalkan sudah dianggap tidak punya hak bicara, meski sebelumnya mereka berada dalam struktur yang sama. Huixing menatap orang itu. Ia bukan tidak berani berbicara kasar, tapi dia ingin mengulur waktu hingga Xiao Tian tiba. “Kalian dengan terang-terangan meninggalkan kami di hadapan binatang purba. Sekarang kalian meminta kami bergabung kembali berada di bawah komando kalian. Jika kalian masih membutuhkan kami, kenapa sebelumnya kalian meninggalkan kami?” tanya Huixing. Nadanya tidak keras, tidak sombong, tapi tidak budak juga. Huixing menahan emosinya dengan rapi. Ia memilih kata-kata
Xiao Tian sendiri tidak menunggu terlalu lama, tubuhnya sudah bergerak menjauh dari markas, memilih jalur yang berbeda dari semua orangnya. Ia tidak membawa pengawal, tidak pula meninggalkan pesan tambahan. Keputusannya untuk bergerak sendiri sudah menjadi bagian dari perhitungan sejak awal. Empat hari kemudian, Xiao Tian berhasil menemukan sungai yang berbeda dengan sungai pada umumnya. Sungai itu mengalir dengan tenang, tetapi permukaannya dipenuhi bintik-bintik emas yang berkilauan seperti kunang-kunang. Cahaya itu tidak menyilaukan, melainkan lembut, namun cukup jelas untuk menarik perhatian bahkan dari kejauhan. Sungai itu tidak hanya terlihat aneh, tetapi juga memberi kesan seolah menyimpan pola tertentu, karena bintik-bintik itu tidak bergerak secara acak. Mereka mengikuti aliran yang nyaris berirama, naik dan turun sesuai arus, membentuk jejak cahaya yang tampak teratur jika diperhatikan lebih lama. Xiao Tian tidak langsung mendekat tanpa menilai jarak. Ia berhenti di
Ketika semua orang sudah berkumpul di halaman. Halaman markas itu terasa penuh, tetapi tidak sesak. Energi yang beredar stabil, tidak saling berbenturan, seolah-olah tempat itu memang dirancang untuk menampung sebanyak ini orang. Xiao Tian mulai memberikan instruksi. “Sekarang sudah saatnya bergerak. Namun, aku tidak akan seperti pangeran pertama Istana Laut Barat dan Selatan. Mereka hanya memberikan token komunikasi hanya pada ketua kelompok. Aku berbeda, kalian semua harus membawa token komunikasi. Jika menemukan sesuatu yang tidak bisa kalian atasi, kalian bisa langsung menghubungiku.” Kalimat itu terdengar jelas ke seluruh halaman. Tidak ada yang perlu diulang, karena semua orang menangkap maksudnya dengan tepat. Halaman itu menjadi tempat berkumpul yang padat, tetapi tidak semrawut. Mereka berdiri dalam lingkaran-lingkaran kecil berdasarkan alam asal atau kedekatan kelompok, sehingga perintah Xiao Tian bisa mengalir cepat dari depan ke belakang tanpa perlu teriak. Beberap







