Tiga Mayat Satu Takdir

Tiga Mayat Satu Takdir

last updateLast Updated : 2025-05-27
By:  Pok JangOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
158Chapters
1.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Dalam dunia di mana kebajikan adalah topeng, seorang pemuda bertaruh segalanya demi cinta dan keluarga." "Ketika sihir terlarang menjadi satu-satunya pilihan, bagaimana kebaikan bisa bertahan?" Kael, seorang penyihir muda berbakat, terpaksa menjadi buronan setelah mencuri teknik sihir terlarang dari Ordo Umbra. Ia memulai petualangan berbahaya untuk melindungi adik-adiknya, Sarah dan Laila, yang juga memiliki kekuatan magis yang luar biasa, menemukan ibunya yang hilang, dan mengungkap rahasia di balik penyakit misterius yang mengancam keluarganya. Perjalanan mereka membawa mereka ke berbagai penjuru dunia Aethel, menghadapi makhluk-makhluk gaib, organisasi rahasia, dan konspirasi besar yang mengancam keseimbangan dunia.

View More

Chapter 1

Bab 1: Kegelapan yang Menyelubungi

Kael merasa terhimpit oleh kegelapan hutan purba yang melingkupi sekelilingnya, seolah-olah ia terjebak dalam ruang hampa tanpa ujung. Aroma tanah basah dan dedaunan membusuk berpadu dengan kabut dingin yang menyesakkan, membakar hidungnya dan menyisakan rasa pahit di tenggorokannya. Di antara pepohonan yang menjulang tinggi, cahaya bulan muncul samar, berjuang menembus tirai daun lebat yang selalu menghalangi.

Akar-akar pohon menjalar di bawah kakinya, menimbulkan sensasi aneh seolah tangan-tangan hantu berusaha menahan langkahnya, menariknya ke dalam kedalaman misterius hutan. Angin lembut membawa bisikan halus, menyerupai suara-suara kuno yang memanggil dari balik bayang-bayang pepohonan. Hutan ini bukan sekadar tempat; ia adalah makhluk hidup dengan kesadaran dan niatnya sendiri, berbisik kepada Kael untuk berhati-hati, atau bahkan menyerah.

Keheningan malam terasa pekat dan getir, seolah alam pun menahan napas, menunggu sesuatu yang tak terduga. Setiap langkah Kael semakin berat, dihantui bayangan masa lalu yang mengingatkannya pada keputusan yang tak dapat ia ubah. Kenangan akan senyuman lembut ibunya, tawa adik-adiknya, dan momen-momen sederhana kini terasa sangat berharga menggema dalam benaknya. Namun, dia tak punya waktu untuk merenung. Waktu, dalam kebisingan gelap yang mengintainya, tak mengizinkannya terjebak dalam kenangan. Dia harus bertahan hidup—untuk dirinya, untuk keluarga yang ia cintai.

Dari kejauhan, lolongan serigala memecah kesunyian malam, menandakan bahwa mereka tidak sendirian. Kael dapat merasakan kehadiran mereka, energi asing mengusik kesadarannya. Dia mempercepat langkah, bergerak lincah di antara akar-akar pohon yang licin dan berlumut, setiap langkahnya diburu rasa cemas dan kewaspadaan.

"Mereka tidak akan menangkapku," gumamnya, suaranya berbaur dengan desir angin. Pergulatan antara harapan dan ketakutan melingkupi pikirannya, membuat jantungnya berdegup lebih cepat, mengalirkan adrenalin ke seluruh tubuhnya. Tiga sosok berjubah hitam muncul dari kegelapan, tongkat sihir berkilau di tangan mereka. Mereka adalah Ordo Umbra, simbol dari segala yang Kael tak ingin hadapi.

Dalam pelarian itu, Kael menggertakkan giginya. Mereka menginginkan satu hal: Racun Tiga Mayat. Menyerahkan teknik itu sama artinya dengan menyerahkan keluarganya pada maut. Sejenak, dia merasakan ketidakadilan nasib yang menimpanya, namun kemarahan itu segera menyulut semangat juangnya.

Energi hijau kehitaman mengalir dari jemari Kael, berpendar dengan semburat ungu sebelum membentuk kabut beracun yang bergerak bagaikan makhluk hidup. Racun Melemahkan meluncur dalam diam, menyelimuti salah satu pemburu yang terhuyung dan terbatuk keras, terkejut oleh dampak serangan mendadak tersebut. Kael merasakan kepuasan tersendiri, meski ia tahu bahwa ini hanyalah langkah pertama dari pertempuran yang jauh lebih besar.

Tanpa menunggu lebih lama, Kael melesat di antara pepohonan, kakinya hampir tidak menyentuh tanah. Setiap gerakannya dikuasai oleh naluri bertahan hidup, dan dengan setiap detak jantungnya, dia membayangkan semua yang akan hilang jika dia gagal. Para pemburu tertinggal di belakang, suara langkah mereka semakin menjauh dalam kegelapan hutan, seolah terjebak oleh bayang-bayang mereka sendiri. Namun, Kael sadar bahwa ini belum berakhir; sosok-sosok itu akan terus mengejarnya.

Ketika Kael tiba di rumahnya, suasana malam semakin mencekam. Cahaya lampu dari dalam rumah memancarkan kehangatan yang kontras dengan kegelapan di luar. Pintu setengah terbuka, dan firasat buruk menusuk dadanya. Dia melangkah masuk dengan hati-hati; setiap detail dalam rumahnya terasa asing dan menegangkan, seolah ada sesuatu yang tidak beres. Dinding yang biasanya penuh dengan tawa keluarga kini tampak membisu, menahan rahasia yang menyakitkan.

Di dalam, suasana sunyi hampir mencekam. Meja makan tampak kosong, dan aroma kayu yang terbakar dari tungku api bercampur dengan bau samar logam dingin, seakan mengingatkan pada waktu yang telah hilang.

"Sarah? Laila?" panggilnya, suaranya rendah namun tajam. Harapan yang menggantung menyelimuti suaranya, sedangkan ketakutan kian mencengkeram hatinya.

Suara derit lantai kayu terdengar dari kamar adik-adiknya, diikuti bisikan lembut dan langkah kaki kecil yang tergesa. Sarah muncul di ambang pintu kamar, rambut kusut dan matanya yang kosong menatap Kael seolah dia tidak memiliki masalah dengan penglihatannya. Di belakangnya, Laila mengusap matanya yang masih berat, dengan ekspresi kebingungan seseorang yang terjaga dari tidur.

"Kael?" tanya Sarah sambil menguap. "Ibu mana? Tadi kami tidur, dia masih di sini..."

Laila mengintip dari balik kakaknya, mata kecilnya mulai dipenuhi kekhawatiran. "Aku haus... tetapi Ibu tidak ada saat aku bangun." Laila yang bisu menggerakkan tangannya cepat dengan bahasa isyarat, membuat Kael tergeragap. Seluruh dunia sekelilingnya seakan terbalik.

Jantung Kael berdegup kencang. Matanya menangkap secarik kertas di atas meja kecil—tulisan tangan yang sangat ia kenal. Dengan jemari yang sedikit gemetar, dia membuka lipatan kertas itu, merasakan ketidakpastian saat kalimat demi kalimat mulai terbaca dalam hatinya.

Surat Eliana

"Kael, Sarah, Laila,

Seandainya kalian membaca ini, itu berarti Ibu telah pergi untuk waktu yang lama.

Ibu harus mencari obat untuk penyakit ini, dan Ibu tidak ingin kalian khawatir, karena Ibu percaya kalian bisa mengatasi segalanya.

Kael, lindungi adik-adikmu. Kalian adalah kekuatan Ibu. Pertahankan satu sama lain dan kepercayaan Ibu di dalam hati kalian.

Ibu percaya pada kalian semua. Suatu hari nanti, kita akan bertemu lagi, dan saat itu kita akan tertawa bersama sekali lagi."

Tinta di surat itu sedikit luntur, seolah ditulis dengan tergesa-gesa, dan kata-kata tersebut menghantam Kael bagaikan badai yang menghempaskan segala rasa damai dari dalam dirinya. Perasaan kehilangan bercampur dengan tekad yang membara, menciptakan api yang menerangi kegelapan yang menusuk. Dia teringat semua pengorbanan yang telah dilakukan Eliana untuk menjaga keluarganya.

"Ibu..." gumamnya, matanya berkaca-kaca menahan air mata yang hampir tumpah. Keberanian ibu mereka kini menjadi beban di pundaknya, dan dia berjanji untuk tidak mengkhianati harapan yang telah ditinggalkan.

Namun, sebelum ia bisa bereaksi lebih lanjut atau membiarkan emosinya terlarut, langkah berat terdengar dari luar rumah. Suara itu seperti geraman yang mempersonifikasikan kegelapan. Kael menoleh ke arah pintu depan, tubuhnya langsung menegang, siap menghadapi segala kemungkinan. Bayangan hitam bergerak di luar, diiringi suara ranting patah yang tajam, membangkitkan rasa ngeri yang menghimpit. Mereka telah menemukan tempat ini, dan ajal sepertinya bersiap menyambut kedatangan.

"Sarah, Laila," bisik Kael, suaranya serak dalam nada khawatir. "Masuk ke ruangan bawah tanah. Cepat, sebelum mereka datang."

Sarah terhenti sejenak, tetapi kali ini kata-kata Kael cukup menggerakkan naluri pelindungnya. Dia menarik Laila menuju pintu rahasia di lantai. Kael dengan sigap mengunci mereka di dalam, menyematkan mantra perlindungan guna memastikan keamanan mereka. Hatinya berdesir, berharap agar adik-adiknya dapat merasa aman meski dunia luar sedang diliputi ancaman.

Dia berdiri di depan pintu masuk, kekuatan sihirnya siap meledak, sementara kekuatan Racun Tiga Mayat mulai berdetak di ujung jarinya, menunggu momen yang tepat untuk meluncurkan serangannya. Dalam hati, Kael merasakan badai rasa cinta serta tekad yang tiada tara, menyatu menjadi satu tujuan: melindungi keluarganya.

"Datanglah," gumamnya pelan, menatap tajam ke arah pintu, menantang takdir yang menunggu. Bertekad untuk melindungi semua yang dia cintai, dia bersumpah untuk bertahan hidup—tidak akan membiarkan cahaya harapan padam.

Ketegangan menyelimuti suasana, dan kegelapan itu seolah ingin menerkam, tetapi Kael siap menghadapi segala halangan. Inilah saatnya—pertempuran untuk keluarganya akan dimulai.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Hamfa Merman
Kisah seorang anak yang dikucilkan menjadi seorang Pendekar hebat bergelar Kaisar hanya di novel berjudul PENDEKAR KAISAR RASKAR. Dijamin seru, menegangkan, dan baku hantam serta adu mulut pun ada. Silahkan dicek ya, he-he-he!
2025-06-04 16:54:24
0
158 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status