Share

Bab 59

Penulis: Evanscapenovel
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 15:15:50

Dengan tenang, dia memusatkan tenaga dalamnya ke tangan yang menggenggam pedang, lalu menebas dengan kekuatan penuh.

Slash—

“Tidak!” Teriakan penuh ketakutan terdengar dari pendekar yang melarikan diri. Namun, tak ada yang bisa dia lakukan. Energi pedang yang sangat kuat menghantam punggungnya.

Baang—

Tubuhnya terbelah menjadi dua, darah dan daging berceceran di udara malam. Teriakan terakhirnya menggema, mengganggu keheningan malam, cukup keras hingga terdengar ke dalam kamar-kamar orang lain di sekitar. Ziyan Rouxi sadar bahwa hal ini akan menarik perhatian, jadi tanpa menunggu lebih lama, dia segera pergi, menghilang dalam kegelapan.

Namun, tubuhnya mulai merasakan dampak dari serangan balasan pedang mawar neraka. Luka-luka yang belum sepenuhnya sembuh kini semakin parah akibat penggunaan teknik tersebut. Tapi Ziyan Rouxi, meski tubuhnya memprotes, tetap melangkah mantap, menyembunyikan rasa sakit yang menggigit setiap sarafnya.

---

Di tempat lain, seorang pria muda dengan t
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kultivator Inti Semesta   805

    Setelah menghempaskan Zhen Kehan hanya dengan satu tendangan, Daniel melesat kembali ke arah Wei Quan, tubuhnya seolah dibalut aura kehancuran yang menggetarkan udara di sekitarnya. Melihat Daniel datang, Wei Quan segera melemparkan kipas peraknya ke udara sambil membentuk segel tangan dengan cepat dan presisi. BUZZ BUZZ BUZZ BUZZ!!! Kipas perak itu bergetar hebat, kemudian meledak menjadi ribuan bilah-bilah kecil berwarna perak yang memantulkan cahaya tajam mematikan. Setiap bilah seperti pedang mungil yang bisa mengoyak tubuh siapa pun tanpa ampun. "Serang!" teriak Wei Quan dengan suara penuh tekanan. Mendengar perintah itu, bilah-bilah perak berputar seperti gangsing yang diputar dengan kecepatan ekstrem. Sebagian besar menyerbu ke arah Daniel, sisanya membentuk semacam perisai memutar yang melindungi tubuh Wei Quan dari segala arah. Namun Daniel tidak berhenti. Dia mengangkat tangan kanannya, dan energi Ilahi melonjak liar dari tubuhnya. Aura naga muncul samar, dan saat kaki

  • Kultivator Inti Semesta   804

    Puxue mengalihkan pandangannya ke Daniel. Tanpa perlu kata, Daniel sudah mengerti. Dia membalas tatapan itu dengan anggukan tenang. “Wakil penegak hukum, biarkan mereka maju bersama, agar tidak membuang banyak waktu,” ucap Daniel datar, namun penuh percaya diri. “SOMBONG!” Suara itu muncul dari arah barisan belakang murid dalam. Pernyataan Daniel dianggap seperti hinaan langsung terhadap dua jenius teratas di wilayah murid dalam yang sudah lama terkenal. “Kakak senior Wei Quan! Beri pelajaran pada orang tak tahu diri itu! Hanya karena berhasil mengalahkan Laofan, dia seolah-olah tak terkalahkan!” “Benar! Buat dia babak belur! Agar dia tahu, siapa orang yang ia lawan!” Sorakan itu semakin menggema. Mereka menyatu menjadi tekanan mental yang diarahkan pada satu sosok di tengah arena—Daniel. Mendapat dukungan dari ratusan suara, Wei Quan tersenyum lembut. Namun di balik senyum itu, api perang dalam dirinya telah menyala hebat. “Bocah udik… aku ingin melihat kekuatan apa yang mam

  • Kultivator Inti Semesta   803

    Melihat Daniel menyetujui tantangan itu dengan santai, para murid semakin mencemooh. Suara tawa dan ejekan menggema, menusuk seperti belati yang menggores harga diri. Mereka belum tahu bahwa Daniel masih menyembunyikan ranahnya. Tidak satu pun menyadari bahwa bocah itu telah mencapai peringkat tujuh Alam Setengah Dewa—sebuah pencapaian yang seharusnya mustahil bagi usia dan statusnya. “Laofan, karena Daniel menyetujui tantanganmu, kamu bisa segera memulai!” seru Puxue, suaranya menggema tegas di seluruh alun-alun. Laofan langsung melesat ke udara, jubahnya berkibar tertiup angin malam yang mulai dingin. Napasnya teratur, tapi dari sorot matanya tampak jelas—ia tidak menganggap ini sebagai pertandingan biasa. Ada rasa tertantang, namun juga keangkuhan yang menempel erat pada ekspresinya. “Daniel, namamu Daniel, kan? Jika kamu ingin menjadi murid inti, kamu harus bisa mengalahkanku!” Tanpa memberi kesempatan lebih lama, Laofan meluncurkan serangan pertama. Tinju kanannya menghantam

  • Kultivator Inti Semesta   802

    Puxue berdiri tegak di udara, tubuhnya memancarkan aura agung dan tak tergoyahkan. Jubahnya berkibar pelan diterpa angin malam, memantulkan cahaya dari batu Ilahi yang menghujamnya dari segala arah. Di belakangnya, ratusan Tetua dan murid inti berdiri dalam formasi mengesankan. Barisan itu ibarat tembok kekuatan tak tertembus, penuh wibawa, penuh tekanan. Mereka semua berdiri dengan gagah, sorot mata dingin dan penuh wibawa, tidak menunjukkan sedikitpun kelemahan. Merekalah lambang kekuatan tertinggi dari generasi yang masih tumbuh dalam sekte ini. Saat ini, semua orang menatap Puxue. Tidak ada satu pun yang berani bersuara. Bahkan mereka yang tadi ribut pun menahan napas, menanti keputusan penting yang akan diumumkan malam itu. Mereka ingin mendengar dengan jelas siapa murid penjaga binatang suci yang direkomendasikan menjadi murid inti. Puxue melihat kehadiran Xiao Tian, Daniel, dan Ershita'er. Sekilas senyum muncul di wajahnya saat matanya tertuju pada Daniel. Sorotnya memancar

  • Kultivator Inti Semesta   801

    Namun Daniel mencibir. Bibirnya menyungging senyum tipis yang dipenuhi kemarahan. “Tidak perlu repot-repot,” ujarnya pelan, tapi suaranya menggema seisi ruangan. Gema itu seperti peringatan akhir yang menggantung di langit mendung. “Pukaishan telah mati. Sekarang... kamu temani dia di alam baka.” BAANG!!! Satu pukulan penuh kekuatan Ilahi menghantam kepala Wuyan Mei. Tidak ada peringatan, tidak ada aba-aba. Hanya energi murni yang meledak dari kepalan tangan Daniel, menghantam sasaran dengan presisi mematikan. Suara tulangnya pecah terdengar jelas, mengerikan, seolah ruangan ini menjadi saksi kekuatan mutlak yang tak bisa ditawar. Kepalanya hancur berkeping. Potongan tengkoraknya terlempar ke lantai, diikuti cipratan darah yang seketika membeku di tengah udara karena tekanan energi Ilahi yang masih tersisa. Tubuh tanpa kepala itu tetap berdiri selama beberapa detik, seperti belum menyadari kematiannya, sebelum akhirnya jatuh ke lantai tanpa suara. Ruangan menjadi sunyi. Tak ada y

  • Kultivator Inti Semesta   800

    Wajah Wuyan Mei seketika memucat. Warna merah jambu di pipinya lenyap seperti terhapus oleh bayangan kematian. Setetes keringat dingin jatuh dari pelipisnya, mengikuti garis wajahnya yang kini kehilangan keanggunan. “Aku... aku tidak biasa memakan makanan ini. Tapi aku tahu kamu sangat menyukainya, jadi aku... aku merasakannya untukmu,” ujarnya terbata. Suaranya pecah, tidak lagi terbungkus kelembutan. Retakan pada nada bicaranya menguak kegelisahan yang ia coba sembunyikan. Daniel mendekat selangkah. Jarak di antara mereka kian menipis, namun yang terasa justru jurang yang menganga lebar. Sorot matanya penuh ancaman, bukan ancaman yang ditunjukkan dengan teriakan atau kekerasan, tapi ancaman yang datang dari kebenaran yang tak bisa lagi dibantah. “Tidak menyukainya, atau karena beracun? Wuyan Mei, sekarang kamu makan!” Suasana berubah mencekam. Bahkan napas terasa lebih berat. Diam yang mencekik melingkupi ruangan. Waktu seolah membeku, dan ketegangan menggantung di udara seperti

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status