Share

Bab 58

last update Last Updated: 2025-01-10 15:15:44

Berbekal keterampilan observasi yang sangat tajam, Ziyan Rouxi dapat melihat dengan jelas meski keenam orang itu mencoba menyembunyikan identitas mereka. Jubah dan topeng yang mereka kenakan tak mampu menghalangi pandangannya. Ia segera mengenali mereka sebagai Tetua yang berjaga di pintu gerbang kota saat pertempuran terjadi.

Keenam Tetua itu tak menyadari kehadiran Ziyan Rouxi. Dengan teknik penyembunyian diri yang telah ia kuasai, Ziyan Rouxi mampu menghilangkan jejak aura dan napasnya sepenuhnya. Tak ada tanda-tanda yang bocor, membuatnya seperti bayangan yang tak kasat mata.

Ziyan Rouxi mengepalkan tangannya kuat-kuat, matanya memancarkan tekad yang tak tergoyahkan. "Senior, bantu aku menyelesaikan mereka dengan cepat. Bagaimanapun, mereka adalah pendekar Raja Langit peringkat sembilan, dan jumlah mereka bukan hanya satu. Tanpa bantuanmu, mustahil bagiku untuk mengalahkan semuanya."

Roh artefak pedang mawar neraka, yang bersemayam dalam pedangnya, merespon dengan nada penuh
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
makin banyak seru
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kultivator Inti Semesta   805

    Setelah menghempaskan Zhen Kehan hanya dengan satu tendangan, Daniel melesat kembali ke arah Wei Quan, tubuhnya seolah dibalut aura kehancuran yang menggetarkan udara di sekitarnya. Melihat Daniel datang, Wei Quan segera melemparkan kipas peraknya ke udara sambil membentuk segel tangan dengan cepat dan presisi. BUZZ BUZZ BUZZ BUZZ!!! Kipas perak itu bergetar hebat, kemudian meledak menjadi ribuan bilah-bilah kecil berwarna perak yang memantulkan cahaya tajam mematikan. Setiap bilah seperti pedang mungil yang bisa mengoyak tubuh siapa pun tanpa ampun. "Serang!" teriak Wei Quan dengan suara penuh tekanan. Mendengar perintah itu, bilah-bilah perak berputar seperti gangsing yang diputar dengan kecepatan ekstrem. Sebagian besar menyerbu ke arah Daniel, sisanya membentuk semacam perisai memutar yang melindungi tubuh Wei Quan dari segala arah. Namun Daniel tidak berhenti. Dia mengangkat tangan kanannya, dan energi Ilahi melonjak liar dari tubuhnya. Aura naga muncul samar, dan saat kaki

  • Kultivator Inti Semesta   804

    Puxue mengalihkan pandangannya ke Daniel. Tanpa perlu kata, Daniel sudah mengerti. Dia membalas tatapan itu dengan anggukan tenang. “Wakil penegak hukum, biarkan mereka maju bersama, agar tidak membuang banyak waktu,” ucap Daniel datar, namun penuh percaya diri. “SOMBONG!” Suara itu muncul dari arah barisan belakang murid dalam. Pernyataan Daniel dianggap seperti hinaan langsung terhadap dua jenius teratas di wilayah murid dalam yang sudah lama terkenal. “Kakak senior Wei Quan! Beri pelajaran pada orang tak tahu diri itu! Hanya karena berhasil mengalahkan Laofan, dia seolah-olah tak terkalahkan!” “Benar! Buat dia babak belur! Agar dia tahu, siapa orang yang ia lawan!” Sorakan itu semakin menggema. Mereka menyatu menjadi tekanan mental yang diarahkan pada satu sosok di tengah arena—Daniel. Mendapat dukungan dari ratusan suara, Wei Quan tersenyum lembut. Namun di balik senyum itu, api perang dalam dirinya telah menyala hebat. “Bocah udik… aku ingin melihat kekuatan apa yang mam

  • Kultivator Inti Semesta   803

    Melihat Daniel menyetujui tantangan itu dengan santai, para murid semakin mencemooh. Suara tawa dan ejekan menggema, menusuk seperti belati yang menggores harga diri. Mereka belum tahu bahwa Daniel masih menyembunyikan ranahnya. Tidak satu pun menyadari bahwa bocah itu telah mencapai peringkat tujuh Alam Setengah Dewa—sebuah pencapaian yang seharusnya mustahil bagi usia dan statusnya. “Laofan, karena Daniel menyetujui tantanganmu, kamu bisa segera memulai!” seru Puxue, suaranya menggema tegas di seluruh alun-alun. Laofan langsung melesat ke udara, jubahnya berkibar tertiup angin malam yang mulai dingin. Napasnya teratur, tapi dari sorot matanya tampak jelas—ia tidak menganggap ini sebagai pertandingan biasa. Ada rasa tertantang, namun juga keangkuhan yang menempel erat pada ekspresinya. “Daniel, namamu Daniel, kan? Jika kamu ingin menjadi murid inti, kamu harus bisa mengalahkanku!” Tanpa memberi kesempatan lebih lama, Laofan meluncurkan serangan pertama. Tinju kanannya menghantam

  • Kultivator Inti Semesta   802

    Puxue berdiri tegak di udara, tubuhnya memancarkan aura agung dan tak tergoyahkan. Jubahnya berkibar pelan diterpa angin malam, memantulkan cahaya dari batu Ilahi yang menghujamnya dari segala arah. Di belakangnya, ratusan Tetua dan murid inti berdiri dalam formasi mengesankan. Barisan itu ibarat tembok kekuatan tak tertembus, penuh wibawa, penuh tekanan. Mereka semua berdiri dengan gagah, sorot mata dingin dan penuh wibawa, tidak menunjukkan sedikitpun kelemahan. Merekalah lambang kekuatan tertinggi dari generasi yang masih tumbuh dalam sekte ini. Saat ini, semua orang menatap Puxue. Tidak ada satu pun yang berani bersuara. Bahkan mereka yang tadi ribut pun menahan napas, menanti keputusan penting yang akan diumumkan malam itu. Mereka ingin mendengar dengan jelas siapa murid penjaga binatang suci yang direkomendasikan menjadi murid inti. Puxue melihat kehadiran Xiao Tian, Daniel, dan Ershita'er. Sekilas senyum muncul di wajahnya saat matanya tertuju pada Daniel. Sorotnya memancar

  • Kultivator Inti Semesta   801

    Namun Daniel mencibir. Bibirnya menyungging senyum tipis yang dipenuhi kemarahan. “Tidak perlu repot-repot,” ujarnya pelan, tapi suaranya menggema seisi ruangan. Gema itu seperti peringatan akhir yang menggantung di langit mendung. “Pukaishan telah mati. Sekarang... kamu temani dia di alam baka.” BAANG!!! Satu pukulan penuh kekuatan Ilahi menghantam kepala Wuyan Mei. Tidak ada peringatan, tidak ada aba-aba. Hanya energi murni yang meledak dari kepalan tangan Daniel, menghantam sasaran dengan presisi mematikan. Suara tulangnya pecah terdengar jelas, mengerikan, seolah ruangan ini menjadi saksi kekuatan mutlak yang tak bisa ditawar. Kepalanya hancur berkeping. Potongan tengkoraknya terlempar ke lantai, diikuti cipratan darah yang seketika membeku di tengah udara karena tekanan energi Ilahi yang masih tersisa. Tubuh tanpa kepala itu tetap berdiri selama beberapa detik, seperti belum menyadari kematiannya, sebelum akhirnya jatuh ke lantai tanpa suara. Ruangan menjadi sunyi. Tak ada y

  • Kultivator Inti Semesta   800

    Wajah Wuyan Mei seketika memucat. Warna merah jambu di pipinya lenyap seperti terhapus oleh bayangan kematian. Setetes keringat dingin jatuh dari pelipisnya, mengikuti garis wajahnya yang kini kehilangan keanggunan. “Aku... aku tidak biasa memakan makanan ini. Tapi aku tahu kamu sangat menyukainya, jadi aku... aku merasakannya untukmu,” ujarnya terbata. Suaranya pecah, tidak lagi terbungkus kelembutan. Retakan pada nada bicaranya menguak kegelisahan yang ia coba sembunyikan. Daniel mendekat selangkah. Jarak di antara mereka kian menipis, namun yang terasa justru jurang yang menganga lebar. Sorot matanya penuh ancaman, bukan ancaman yang ditunjukkan dengan teriakan atau kekerasan, tapi ancaman yang datang dari kebenaran yang tak bisa lagi dibantah. “Tidak menyukainya, atau karena beracun? Wuyan Mei, sekarang kamu makan!” Suasana berubah mencekam. Bahkan napas terasa lebih berat. Diam yang mencekik melingkupi ruangan. Waktu seolah membeku, dan ketegangan menggantung di udara seperti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status