Home / Romansa / Kursi Panas di Kantor / Bab 3 - Tensi Tinggi

Share

Bab 3 - Tensi Tinggi

Author: JEMMA JEMIMA
last update Last Updated: 2022-08-04 12:12:48

“Uh… se … selamat pagi, uh …” Salah seorang resepsionis yang tergagap ketika melihat Akira datang ke dalam kantor membuat dirinya menahan senyum. 

Dia beberapa kali mengalami kejadian seperti ini, tapi tetap saja dia selalu tidak terbiasa! 

“Halo selamat pagi! Saya Akira, ini hari pertama saya di sini. Saya ingin bertemu dengan Pak Hasan …” ucap Akira sambil melempar senyum dan dibalas dengan raut wajah memerah dari sang resepsionis. 

Setelah memberitahukan namanya dan menyatakan tujuannya untuk bertemu dengan Pak Hasan, dia dibawa ke ruangan pribadi Senior Partner. 

“Akira! Akhirnya! Selamat datang di The Converge. Senang sekali kamu akhirnya bergabung dalam tim kami.” Pak Hasan yang tadinya sedang duduk sambil membaca sebuah berkas mendadak berdiri dan menyambutnya dengan hangat. 

“Ayo duduk dulu, kita bisa berbincang sebentar sebelum saya mengenalkan kamu dengan rekan-rekan kerja di sini,” ujar Pak Hasan dengan sumringah. 

Akira tersenyum dan sukses membuat lesung pipinya tercetak dalam. Dia senang di hari pertamanya mendapatkan suntikan semangat dari Senior Partner yang sudah malang melintang dalam dunia consulting ini. 

“Gimana… gimana? Apa kesan pertama kamu saat tiba di sini?” tanya Pak Hasan dengan ramah. 

“Wah saya merasa disambut dengan hangat Pak. Jadi semakin semangat untuk bertemu rekan-rekan lainnya, Pak.” Jawaban Akira disambut dengan anggukan semangat dari Pak Hasan. 

“Mau bertemu sekarang? Sekalian kita bisa berkeliling kantor dulu sebelum kamu nanti ngobrol sama tim HR kita dan juga menjadwalkan meeting pertama dengan tim baru kamu.”

“Ide yang bagus, Pak Hasan. Saya sudah tidak sabar memulai hari di The Converge,” ucap Akira percaya diri. 

Mereka akhirnya beranjak dari ruangan Pak Hasan dan Akira mengedarkan pandangannya di sekeliling open space yang dipakai beberapa karyawan untuk berkumpul dan berbincang mengenai sesuatu. 

Para karyawan dan ehem – terutama staff perempuan melirik diam-diam dan penuh rasa takjub ke arah Akira. Penasaran siapa pria tampan misterius bersama Pak Hasan. 

Apakah potensial klien mereka?

Dan rasa penasaran mereka terjawab ketika Pak Hasan dengan nada riang mengenalkan kalau Akira adalah tim baru The Converge dan menjabat dengan posisi partner menggantikan posisi Mas Dirga yang kosong dua bulan lalu. 

Koor suara ‘ooh’ diselingi dengan cekikikan memenuhi ruangan, sampai-sampai Pak Hasan menggelengkan kepalanya melihat itu semua. 

“Ayo kita lanjut. Dua ruangan lainnya adalah ruang senior partner. Ada Bagas dan juga Teddy. Tapi mereka hari ini tidak datang karena ada meeting dengan klien di luar, jadi mungkin nanti saja kamu bisa mengobrol kalau mereka sudah di kantor.” 

Pak Hasan kemudian mengajaknya berkeliling, melihat beberapa ruang pertemuan yang bisa digunakan Akira dengan memberikan jadwal sebelumnya kepada sekretaris. 

Menunjukkan di mana pantry berada, serta terakhir membawa ke satu ruangan kecil yang ada di pojok kantor. 

“Dan ini… ruang salah satu senior konsultan kita. Dia luar biasa brilian dan berbakat, dan nanti dia akan bekerja denganmu,” ungkap Pak Hasan dengan bangga. 

“Dia sebelumnya dimentori oleh Dirga, yang sebelumnya ada di posisi kamu, makanya peningkatan karirnya sangat pesat.” tambah bosnya. 

Akira mengangguk senang. Dia merasa sepertinya senior konsultan ini sangat kompeten, dan dia tak sabar untuk bekerja bersama pria ini. 

“Ah, satu lagi… Giselle ini orangnya perfeksionis, and some say she’s difficult to work with. Tapi kurasa itu karena dia memang sangat teliti dalam pekerjaannya. ”

Otak Akira mencerna ucapan Pak Hasan yang membuatnya terperanjat. 

Oh, ternyata senior konsultan ini adalah perempuan! Dia malu sendiri karena timbul pikiran bahwa orang kompeten hanyalah laki-laki. 

Snap it out, Akira!

Tunggu dulu ... 

Giselle ... nama itu sepertinya beresonansi dalam otak dan hatinya.

Giselle ... 

Dia mencoba mengingat kembali apakah dia pernah mengenal seseorang yang bernama Giselle yang menurut Akira namanya begitu familiar. 

Hatinya entah kenapa bergelenyar ketika dia mencoba melafalkan nama tersebut. 

Pintu ruangan kecil itu terbuka dan seorang dengan kaki jenjang keluar dari dalam sambil membawa tumbler dan membaca iPad yang digenggam di tangan kanannya. 

Awalnya perempuan cantik itu tidak sadar ada Pak Hasan dan Akira yang berdiri di dekat ruangannya. Sampai akhirnya dia mengangkat wajahnya dan matanya membulat besar ketika melihat Akira. 

“Ah, Giselle. Perkenalkan, ini Akira. Mulai hari ini dia akan menjadi bagian dari keluarga besar The Converge sebagai Partner. Dia menggantikan posisi Mas Dirga mulai saat ini.” Pak Hasan saling mengenalkan antara Akira dan perempuan asing yang terlampau sering menghampirinya di dalam mimpi. 

Giselle terkesiap melihatnya. 

Sama seperti Akira yang terperanjat kaget, namun dia lebih jago menyembunyikan gejolak yang berkecamuk dalam dadanya. 

“Hai, Giselle … akhirnya kita berjumpa,” ujar Akira seraya menyodorkan tangannya kepada si gadis cantik yang berdiri mematung di hadapannya kini. 

“Kamu!” seru Giselle dengan kaget. Ia hanya bisa membuka dan menutup mulutnya tanpa bisa berkata-kata lagi.

"Pak Hasan? Kenapa ada dia di sini?" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
ciyee.. ketemu juga sama tuan putri
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kursi Panas di Kantor   EPILOG

    EPILOG Akira dan Giselle bertatapan setelah di kursi pelaminan mereka berdua, dan tak lama Giselle terkikik geli dan menepuk lengan Akira sebelum akhirnya terdistraksi oleh beberapa tamu yang mendekat untuk datang memberikan selamat kepada mereka. Akira tak henti-hentinya mengagumi Giselle yang terlihat begitu cantik, elegan dan menawan dalam balutan kebaya modern berwarna silver yang membalut tubuhnya. Wajahnya terlihat bersinar. Make up dan Hairdo yang begitu sempurna membuat decak kagum tamu yang melihat Giselle. Tak sedikit yang memuji secara langsung dan mengatakan kalau Giselle cocok menjadi selebriti atau model papan atas. Mereka pun mengangguk setuju ke arah Akira dan mengatakan kalau mereka pasangan serasi. Tampan dan cantik dalam hari istimewa mereka. “Kamu capek?” bisik Akira kepada Giselle yang masih memasang senyumnya selepas para tamu kembali turun. Giselle menggelengkan kepalanya. Tapi perempuan yang kini telah resmi menjadi istrinya melirik ke arah mama dan p

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 116 - Persiapan

    AKIRA Akira merasa sedang berada di atas angin. Semua yang dia inginkan kini berada dalam genggamannya. Tunangannya yang cantik, baik hati dan pintar luar biasa. Keluarga Akira yang begitu mendukung hubungan mereka. Sikap calon mertuanya yang semakin hari semakin melunak kepada dirinya. Meskipun tentu saja terkadang mereka masih suka kelepasan mengontrol sikap snobbish-nya di hadapan Giselle dan Akira. Tapi Akira sadar, mungkin memang mereka yang terbiasa dengan perlakuan golden spoon sehingga realitas mereka berbeda dengan Akira yang memang dibesarkan secara membumi dan sederhana. Tapi untungnya kini sudah tidak ada tendensi merendahkan lagi kepada Akira, dan mereka sudah mulai bisa membuka hati mereka kepada Akira. Kini jadwal malam minggu Akira dan Giselle menjadi lebih padat daripada biasanya. Kini, Tante Mira dan Om Anton terkadang berebut slot, bersikeras agar Giselle mendatangi rumah mereka masing-masing atau mereka mencari waktu untuk lunch bersama di restoran sambil men

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 115 - Strategi Mas Damar

    Balasan tajam yang Mas Damar lancarkan membuat napas Papa memburu keras seperti habis bertengkar hebat. Tante Elena yang duduk diam di samping papa hanya bisa mengusap punggung papa, sedangkan Giselle meremas jemari Mas Damar yang duduk di sampingnya, menatap Papa dengan tatapan tajamnya. Sepertinya memang berdiskusi dengan papa adalah satu hal yang begitu sulit. Rasa-rasanya restu dari Papa akan sulit mereka dapatkan dan mereka harus siap dengan batu terjal yang termanifestasi dalam bentuk kekeraskepalaan Papa untuk menolak hubungan Giselle dan Akira. Mas Damar setelah ditenangkan oleh Giselle akhirnya menghela napas panjangnya. “Pa, apa yang membuat Papa begitu keras kepala tidak menyukai hubungan Giselle dan Akira? Mereka pasangan yang sempurna dan aku melihat Akira begitu bertanggung jawab sebagai lelaki dan begitu menghormati serta mencintai Giselle,” ujar Mas Damar yang memuji Akira dengan tulus. Papa masih terdiam dengan wajah yang mengeras setelah perdebatannya dengan Mas

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 114 - Bertemu Papa Giselle

    GISELLEBenar sesuai janji Mas Damar, dia datang ke kediaman Giselle sebelum mereka bertolak menuju rumah ayah mereka di daerah Pondok Indah. Ini pertama kalinya Mas Damar datang mengunjungi unit studio apartemen milik Giselle. “Wah, tempatmu ternyata nyaman juga ya,” puji Mas Damar saat menginspeksi apartemen Giselle. “Terima kasih, Mas!” jawab Giselle. Saat ini mereka sedang menunggu Akira tiba dan mereka bertiga bisa pergi bersama menuju rumah ayahnya. “Giselle, tenang saja, aku pasti akan mendukung dan membela kamu. Jangan terlalu dipikirin nanti respon papa akan seperti apa,” ujar Damar dengan serius sejurus kemudian. Giselle sontak tersenyum miris. “Sebelum aku ketemu Akira, aku selalu saja merasa kalau ada yang salah sama diriku. Sepertinya mama dan papa nggak pernah puas sama aku. Apa saja yang aku lakukan dianggap salah di mata mereka,” Giselle mengingat kembali kepingan masa lalunya. Hidup sebelum dia mengenal Akira terasa begitu jauh dan pudar. Berbeda ketika Akira d

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 113 - Kejadian di Cork&Screw

    “Ayo kita bicara!” ujar Pak Hasan dengan cukup keras. Membuat beberapa pengunjung menoleh penasaran ke arah mereka. Beberapa waitress melirik was-was pula ke arah sumber keributan.“Tapi saya sedang ada urusan lain,” jawab Akira tak kalah dingin.Tak bisakah mantan bosnya itu melihat dia sedang bersama orang lain?Tapi sepertinya Pak Hasan sedang diliputi kemarahan dan dia tak peduli bahkan tidak melirik sedikitpun ke arah Raka, Giselle dan Damar.“Kamu bisa-bisanya menarik klien kakap kita dan meminta mereka untuk mundur bekerja sama dengan The Converge! Kotor sekali caramu itu!” Wajah Pak Hasan sudah memerah, dan urat di dahinya mulai keluar–seiring dengan meningkatnya emosi Pak Hasan.

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 112 - Onboarding

    AKIRAAkira tiba di kantor Darius pagi ini dan diharapkan untuk langsung menemui Raka serta head of HR perusahaan ini. Dengan nominal bonus sign in yang telah ditransfer Darius tempo hari, tentu saja Akira harus datang lebih awal dan menunjukkan komitmennya untuk bergabung dengan perusahaan ini dengan sungguh-sungguh. “Hey Akira, akhirnya datang juga!” Raka ternyata telah menyambutnya dan memintanya untuk segera naik ke lantai 50, tempat Darius dan yang lainnya berkantor. Saat di foyer lantai 50, dia melihat ada beberapa gadis berperawakan tinggi seperti Giselle yang menyambut Akira dengan senyum mereka. Setelah menyampaikan kalau dia ingin bertemu dengan Raka dan Darius, sikap mereka berubah profesional dan menunjukkan di mana ruangan yang telah disediakan oleh Raka sebagai tempat Akira menunggu. “Siapa dia? Kok ganteng sih? Rekan kerja Pak Darius kah?” Sayup-sayup Akira masih bisa mendengar diskusi para resepsionis tersebut sebelum pintu ditutup. Tak lama Raka datang dengan seo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status