Share

Bab 2 - Senin Pagi

Akira Hangga Aryanto memulai Senin pagi kali ini dengan semangat baru. Ini adalah hari pertamanya pindah ke perusahaan konsultasi baru. 

The Converge. 

Perusahaan jasa konsultasi dalam negeri yang bersaing secara skala besar dengan perusahaan top 4 konsultan dari luar negeri yang memiliki kantor di Indonesia. 

Akira Hangga Aryanto, pria lajang berumur 29 tahun dengan darah campuran Jepang dari Ibunya – Miyaki Honda, dan setengah lagi dari ayahnya yang berasal dari desa kecil di Jawa Tengah. 

Secara penampilan, dia adalah tipikal eksekutif muda yang banyak bertebaran di Jakarta. Mengais rezeki dan meniti karir di berbagai lini bisnis yang ditawarkan oleh Ibu Kota Indonesia, Jakarta. 

Citra Akira sebagai eksekutif muda dengan gaji tinggi terukir jelas dari cara berpakaiannya yang biasanya selalu dilengkapi dengan kemeja, dasi sutra dan terkadang memakai jas hitam jika ada acara-acara formal, saat bertemu klien atau petinggi pemerintahan. 

Jika dia pulang bekerja atau berada di waktu liburnya, pakaiannya berubah menjadi sesederhana kaos dengan warna monokromatik seperti hitam, putih dan abu-abu, celana kapri atau jeans serta dilengkapi dengan sneakers untuk membuatnya nyaman bergerak dan melakukan mobilitas. 

Dua bulan lalu dia mendapatkan tawaran interview dari beberapa headhunter yang sibuk mencari seorang kandidat untuk posisi partner di sebuah perusahaan konsultasi bonafit di Jakarta. 

“Ayolah, Pak Akira! Target akhir bulan saya, Pak. Tidak ada salahnya untuk mencoba melihat kesempatan ini dahulu kan, Pak?” bujuk sang rekruter yang pantang menyerah. 

“Ya sudah, coba atur waktunya saja, Mas. Saya coba deh!” seru Akira akhirnya.

Dia cukup capek juga menolak pendekatan dari headhunters yang begitu gigih untuk menawarkan Akira proses interview dengan pendiri dan partner perusahaan konsultasi ini. 

Akhirnya Akira mengiyakan jadwal interview, dan tak disangka mereka berhasil membujuk Akira untuk menerima tawaran menarik serta jenjang karir instan lebih cepat yang akan mereka berikan kepada Akira jika dia setuju untuk mengambil posisi ini. 

[Mas Akira, minggu ini kita bisa latihan aikido lagi tidak?]

Sebuah pesan masuk, dan Akira mengecek ponselnya. Ternyata adik laki-lakinya, Akito. Tak lama satu pesan lain juga muncul. Kali ini dari adik perempuannya. Akina. 

[Oniichan, bisa sisihkan waktumu untuk resital baletku dalam bulan ini?]

Melihat dia sudah ditagih kehadirannya oleh kedua adiknya, Akira berinisiatif untuk menelepon ibunya sekaligus mengecek keadaan rumah orangtuanya. 

“Halo, Mama?” Sambungan pertama segera terangkat, dan Akira menyapa hangat ibunya. 

Moshi-moshi Akira-chan! kenapa pagi-pagi menelepon? Ada apa?” tanya ibunya di balik sambungan telepon. 

“Tidak ada apa-apa, Ma. Aku hanya ingin mengucapkan selamat pagi. Ah, dan juga … hari ini aku masuk kerja di tempat baru,” ujar Akira mengabarkan. 

“Semoga sukses ya, Akira! Nanti kabari kami bagaimana kantor barumu, ne?” tanya sang ibu dengan logat jepang yang masih belum bisa sepenuhnya hilang. 

“Iya, Ma. Mungkin minggu ini aku akan pulang mengunjungi rumah,” ucapnya sambil membawa tasnya dan bergegas masuk ke dalam mobilnya. 

“Ah! Ide bagus. Nanti Mama siapkan kare daging kesukaanmu.” jawab Mama sambil tertawa riang. 

Tak lama setelah itu, sambungan ditutup dan Akira siap untuk memulai harinya. 

Memulai hari Senin seperti biasa, rutinitas pagi hari yang dijalani Akira pagi ini dia sudah rapi setelah sebelumnya dia berolahraga jogging di sekitar rumahnya, lalu mempersiapkan sarapan sendiri dan telah siap untuk berangkat kerja pukul tujuh pagi. 

Kantor barunya yang berada di bilangan SCBD sebenarnya – jika tidak dalam waktu sibuk, jaraknya tidak terlalu jauh dengan kantornya yang lama di bilangan Thamrin. 

Butuh waktu sekitar satu jam atau satu setengah jam saat macet begitu gila melanda jika dia berangkat naik mobil Pajero Sport berwarna putihnya. Mobil kesayangan yang berhasil dibeli lunas secara tunai setelah menabung tiga kali bonus tahunan dan juga hidup sedikit lebih berhemat.

Dia sering  membawa kopi sendiri, tidak foya-foya makan malam atau makan siang dengan sekali close bill seharga dua juta rupiah, dan tidak pergi menghamburkan uang dengan menghabiskannya demi gengsi membuka table atau mentraktir temannya pergi ke Bali demi menjaga gengsi. Dia juga menahan diri dengan tidak pergi berlibur ke Jepang mengunjungi nenek dan kakeknya setahun yang lalu. 

Hasilnya, dia bisa mengganti mobil sedan tua bekas merek Mercedes yang pertama kali dibeli semasa dia menjadi lulusan baru, dan menukarnya dengan mobil baru ini. Kini dia hanya perlu memikirkan cara dan menabung serta berinvestasi ekstra keras untuk melunasi kpr-nya yang masih tersisa sekitar tiga tahun lagi. 

Kantor The Converge terletak di Pristine Tower lantai empat puluh lima. 

Pristine Tower merupakan salah satu gedung tertinggi di kawasan sentra bisnis ini, dan menjadi landmark baru dari sentra bisnis Sudirman. 

Menurut Pak Hasan, dia akan diberikan ruang khusus tempat partner sebelumnya resign. Nanti dia akan memiliki tim yang terdiri dari satu konsultan senior dan beberapa konsultan junior yang bisa ditambah atau dikurangi tergantung volume dan tingkat kerumitan proyek, serta beberapa staf umum yang bisa diperbantukan secara ad-hoc

Saat Akira masuk ke dalam lift untuk menuju lantai empat puluh lima, dia merasakan beberapa orang, atau perempuan lebih tepatnya berbisik-bisik dan berusaha sebisa mungkin berbicara satu sama lain tanpa terdengar orang lain. 

“Astaga, ganteng banget!” Bisik satu orang perempuan di sudut kanan belakang lift. 

“Lantai berapa itu turunnya? Coba cek deh!” ujar satu orang lainnya yang ternyata suaranya lebih kencang sehingga membuat beberapa orang yang berada di dalam lift cekikikan dan menoleh ke sumber suara. 

Di dalam lift hanya ada tiga laki-laki termasuk Akira. Dua di antaranya adalah pria senior berumur di atas empat puluh tahun. Dan yang terakhir yang baru masuk adalah Akira. 

Akira tentu saja mencoba untuk tetap tenang. Belum tentu yang menjadi objek pembicaraan ini adalah dirinya. Siapa tahu mereka memang menyukai tipe-tipe pria matang seperti dua pria penghuni lift ini. 

“Mukanya mirip banget kaya idol K-Pop! Astaga!” desis satu orang perempuan yang ikut nimbrung bergosip di belakang. 

That’s it! 

Telinga Akira akhirnya memerah. Merasa sepertinya hampir lima puluh persen dia yakin kalau perempuan tersebut bergosip tentang dirinya. 

Rasanya idol Kpop tidak mungkin mirip dengan wajah asli Indonesia seperti kedua pria yang berada satu lift dengannya, kan?

Hanya wajah keturunan Jepang-nya yang mungkin menyerupai idol dari Korea Selatan tersebut. 

Wajahnya putih seputih susu, keturunan ibunya yang asli Jepang. kelemahannya adalah jika dia malu, mabuk, atau capek setelah workout, wajahnya pasti memerah seperti kepiting rebus. 

Sulit menyembunyikan perasaannya jika dia dihadapkan oleh situasi yang membuatnya kikuk atau gelagapan dan sukses memompa adrenalin serta jantungnya. 

Akira merasa sedikit tersanjung, bisa disamakan dengan Idol dari Negeri Gingseng yang pastinya memiliki jutaan penggemar. Tapi tetap saja, dia merasa risih dibicarakan secara terbuka – atau lebih tepatnya secara bisik-bisik di dalam ruang tertutup seperti ini. 

Dan sepertinya tidak hanya dia saja yang risih, salah satu pria yang berdiri di belakang Akira akhirnya berdehem keras dan memecah kehebohan yang terjadi di sudut belakang lift. Membuat mereka sadar tempat dan menutup mulutnya. 

Lantai empat puluh lima, akhirnya Akira bisa keluar dari lift dan meninggalkan grup gosip tersebut!

Dia berjalan lurus sesuai dengan papan indeks perusahaan yang terpampang di dinding lantai empat puluh lima. 

Akira melihat kantor The Converge yang mengambil tiga unit sekaligus sebagai tempat operasionalnya. Dari luar dia melihat kantor tempatnya bernaung mulai hari ini, yang bergaya modern minimalis dengan sentuhan earth tone yang didominasi warna kayu serta beberapa tanaman dan bunga potong hias yang menjadi ornamen di foyer dan ruang resepsi tamu. 

“Kantor baru! Here we go!” ucapnya dengan penuh semangat sebelum membuka pintu kaca kantor dan melangkah masuk dengan percaya diri. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status