Dan lagi-lagi Akira begitu mudah melupakan tempat dan waktu jika dia sudah berada dekat Giselle. Semua terasa blur apalagi ketika dia mencumbu gadis itu. Waktu itu kejadian di lift basement kantor, dan kini dia lagi-lagi mencium Giselle di kedai langganannya! Tempat di mana orang-orang yang mengenalnya bisa saja melihatnya dia melakukan PDA seperti ini.Lebih gilanya lagi, dia mendengar suara Akina yang menegurnya!‘What a douche move, Akira!’ rutuk dirinya dalam hati.Akira menyudahi ciuman spontannya dan menoleh menatap adiknya yang sudah berdiri di sampingnya sambil menata
Kejadian tempo hari di Morning Mist merupakan babak baru hubungan antara Akira dan Giselle. Akira pun sepertinya harus mundur sejenak dan tak bisa merangsek maju untuk seketika mengubah pendapat Giselle untuk definisi hubungan mereka berdua. Tak masalah. Dari sisi Akira, dia akan menggunakan hubungan fwb ini sebagai alat agar dia bisa mencapai tujuannya. Menjadikan Giselle sebagai kekasihnya. Dan untung saja di kedai Morning Mist itu mereka bertemu dengan mama yang secara ajaib, entah kebetulan atau tidak, membantunya untuk mencapai tujuan tersebut. Akira tak mengerti, bagaimana bisa Giselle bisa sampai pada kesimpulan bahwa mereka hanya cocok untuk jadi fwb. Mereka bisa pacaran diam-diam jika Giselle memaksanya, atau mereka bisa melakukan dengan cara Akira–lakukan saja, persetan dengan apa yang orang katakan! Tapi tempo hari Akira begitu terkejut dengan ucapan Giselle sehingga dia pada akhirnya mengikuti saja apa perkataan Giselle. Jadi sesuai permintaan Giselle, maka ketik
Hari ini Akira meminta Giselle untuk menemaninya pergi ke kantor Darius Danudihardjo untuk mengadakan meeting lanjutan mengenai proses merger dan akuisisi antara dua perusahaan besar milik taipan Darius, yaitu Danudihardjo Enterprise serta perusahaan real estate yang memiliki reputasi baik, Sudibyo Corporation. Akira mengharapkan kalau mereka mendapatkan tender untuk menjadi konsultan dengan kontrak eksklusif dari proyek besar dan yang pastinya akan rumit ini. Proyek tersebut pasti akan menjadi pencapaian terbaik Akira selama dia berkarir. Apalagi jika lawan tendernya adalah perusahaan konsultan internasional yang memiliki cabang di berbagai dunia. “Kamu yakin mau mengajak aku ke agenda meeting dengan Darius?” tanya Giselle dari balik macbook-nya. Dia sedang getol menyusun proposal untuk diserahkan kepada tim manajemen aktris Layla Narantika yang akan didekati untuk menjadi brand ambassador real estate Sudibyo Corporation. “Kupikir ini proyekmu? Yakin mau sharing kredit denganku? B
“Terima kasih telah datang ke kantor kami, Akira dan Giselle…” Raka, salah satu tangan kanan kepercayaan Darius Danudihardjo menyambut mereka dengan ramah di ruang meeting besar kantor Danudihardjo Enterprise. Raka didampingi seperti biasa oleh rekan dan sahabatnya, Nero. Pria tampan dan tinggi serta memiliki tubuh paling besar dibanding trio yang terkenal di kalangan sosialita. Di saat Raka menebarkan senyum easygoing ala Casanova, Nero berdiri dengan tatapan datar dan dingin layaknya robot tanpa emosi. “Tunggu sebentar ya, Darius akan tiba dalam sepuluh menit. Seperti biasa, dia masih repot mengurusi Amira,” ujar Raka seraya tertawa kecil. “Lho, Ibu Amira kenapa?” tanya Giselle penasaran dan sedikit khawatir. Perjumpaan pertama kali dengan sang istri konglomerat ketika mereka meeting di restoran The Opulent masih membekas di benak Giselle. Amira Danudihardjo merupakan salah satu wanita dengan paras paling menarik yang pernah Giselle temui. Warna kulit mereka berdua begitu kontra
Akira tak menyangka celetukan ringan Giselle sebelumnya tentang pernikahan konglomerat yang dianggap sebagai business deal ternyata benar-benar terjadi untuk keluarga Danudihardjo dan keluarga Sudibyo. Cukup mengejutkan bagi Akira, namun dia sudah mulai terbiasa ketika bersinggungan dengan para sosialita yang memiliki pakem berbeda dengan rakyat jelata seperti dirinya.Dia menunggu Darius melanjutkan ucapannya. Memahami jika apa yang akan disampaikan di dalam ruang rapat ini merupakan informasi berharga yang tak akan bisa didapatkan dari sumber lain.“Benar. Kami berencana untuk menyatukan kedua keluarga dan tentu saja kami berharap dengan penyatuan kedua keluarga, maka bisnis antara kedua perusahaan bisa berkembang lebih pesat dan ekspansi besar-besaran bisa kami lakukan secepatnya.” jawab Darius seraya melemparkan pandangannya kepada R
“Giselle, besok minggu Mama mau pergi ke acara arisan teman-teman Mama, dan kabarnya Jeng Rahayu mamanya Kelana diundang juga. Kamu ikut Mama ya, biar kita bisa ngobrol lagi sama mamanya.” Saat ini Giselle sedang sibuk merapikan dan membersihkan apartemennya karena beberapa hari terakhir dia acap kali pulang malam karena menyelesaikan proyek real estate milik Diraja Sudibyo, dan juga membantu Akira untuk mengumpulkan data serta riset untuk proses merger perusahaan milik Darius.Banyak laundry yang belum sempat dia kerjakan, begitu pula membersihkan kamar mandi dan kitchen set. Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk relaksasi yang suka Giselle kerjakan kalau dia sedang stres karena kerjaan, atau karena silang pendapat dengan orang tuanya.Suara mama di ujung telepon membuat Giselle mengernyitkan dahinya.
AKIRAMalam ini Akira berada dalam mood berkontemplasi.Terutama setelah dia berbincang dan follow up dengan Pak Hasan. Banyak yang perlu Akira pikirkan kembali. Soal pekerjaan dan juga soal hubungannya dengan Giselle.Baru saja dia menaruh tas laptopnya di sofa, Akira mendengar denting pesan di ponselnya.Senyumnya spontan tercetak lebar ketika melihat siapa yang mengirim pesan tersebut.Giselle. Pesannya, [Hey, lagi ngapain?]Dia langsung membal
GISELLE Hal-hal yang Giselle lakukan untuk Akira rasanya tak mungkin akan dipercaya oleh dirinya sendiri. Tapi, begitulah keadaanya. Semua terasa begitu asing bagi dirinya sendiri. Maka dari itu, banyak hal yang terasa meragukan dan membuatnya kikuk sepanjang malam ini. Salah satunya adalah menginap seperti ini di rumah Akira. Tak pernah dia melakukan hal demikian kepada pria yang bahkan belum ada status hubungan dengannya. Dan pertanyaan barusan adalah sebuah spontanitas. Pertanyaan spontan yang sungguh membuatnya ingin ditelan bumi saja saking malunya Giselle. “Kamu ingin jawaban jujur dariku, Giselle?” Akira bertanya balik. Dia menaruh pisaunya di atas pantry dan duduk di bangkunya yang berada tepat di seberang Giselle. Membuat pria itu bebas memperhatikan raut wajah yang sedang dibuat Giselle. Entah seperti apa wajahnya kini sekarang, Giselle tak mau tahu. “Ya tentu saja, aku tidak suka dibohongi.” gumamnya pelan. Tapi mendengar tanggapan Akira yang seperti itu, pera