“Ada apa, Aryan?”
Makhluk itu seketika menghilang saat Sudiro kembali ke kamar Aryan, dengan segera melihat Aryan. Sudiro tak berhenti menepuk pipinya Aryan, agar dia sadar. Tak lama kemudian Aryan terjaga kembali. “Oh, iya kek,” lirihnya. “Kenapa kau terlihat ketakutan?” tanya Sudiro. Aryan terdiam dia merasa tak perlu memberi tahu apa yang di lihatnya. Sudiro memperhatikan Aryan, dia tahu Aryan mengetahui sesuatu. Akhirnya Sudiro meninggalkan Aryan, dia meminta agar Aryan istirahat. ‘Hem, aku tadi lihat apa ya?’ Aryan berkata dalam hatinya. Tanpa sengaja Aryan mengintip Sudiro yang berjalan menjauhi kamarnya. ‘Apa aku ikutin saja kakek ya?’ Aryan bertanya dalam hatinya. Aryan pun mengikutinya dari belakang tanpa sepengetahuan Sudiro. Ada sebuah lorong jauh dari ruangan pertemuan, Aryan terus berjalan mengikuti. Tiba -tiba langkahnya terhenti saat Sudiro berdiri di tengah sebuah lingkaran yang ditaburi sesuatu oleh seseorang di sana. Aryan pun berhenti dan berdiri di balik sebuah patung besar. Dia mengintip sebagian kegiatan Sudiro. Aryan kaget, melihat Sudiro melakukan ritual aneh. Saat itu juga Aryan seperti tidak percaya makhluk besar muncul tiba-tiba di hadapan Sudiro. ‘Apa yang di lakukan kakek sebenarnya?’ gumam Aryan. Tanpa sadar Aryan di belakangnya ada orang yang menyapanya. “Aryan, sedang apa kamu di sini?” tanya Sudiro . “Oh, eh. Kakek!” serunya kaget. Sudiro tersenyum kepada Aryan tak menampakkan wajah marahnya. “Sekarang lebih baik kamu tidur, besok kakek beri tahu,” ujarnya. Aryan menuruti apa yang dikatakan oleh Sudiro. Pagi hari Aryan mendengar suara orang teriak-teriak di halaman depan. Aryan mencoba melihatnya lewat pintu samping kamar namun, tiba-tiba ... Sett!! Dugkhh!! Sebuah senjata tajam melesat tepat di hadapannya, untungnya tidak mengenainya, Aryan terperanjat kaget. “Issh, apa-apaan sih!!” seru Aryan. Seseorang mendekatinya dan membungkukkan tubuhnya. “Maaf Mas Aryan,” ucapnya. “Hem, kalian sedang apa?” tanya Aryan. “Kami sedang latihan,” jawab mereka. Sudiro mendekati mereka dan melihat cucunya. “Aryan, kamu cepat gabung sama mereka!” perintah Sudiro. Aryan merasa ucapan Sudiro sebagai pukulan pertama yang mendarat di pipinya. Tampak wajahnya dan pandangannya sangat tajam kepadanya. “Baik, sebentar kek, aku bersih-bersih dulu,” ucap Aryan. Sudiro tersenyum saat melihat Aryan melangkah pergi. Tampak raut wajahnya menyimpan sejuta rahasia. Tak lama Aryan kembali menemui kakeknya, Dugkhh!! Sebuah bungkusan di lempar tepat di hadapan Aryan. Bungkusan dengan sebuah kain kafan, Aryan mencoba membukanya. “Pakailah baju itu!” perintah Sudiro. “Baiklah,” ucap Aryan. Aryan sedikit ragu saat memakai pakaian tersebut namun, dia harus memakainya. ‘Kenapa baju ini sedikit aneh, hem, haruskah aku mengikuti hal-hal yang sulit aku cerna?’ tanya dalam hatinya. “Kenapa melamun Aryan?” tanya Sudiro. “Oh, iya kek, aku akan segera pakai.” Jawab Aryan sedikit terkejut. Dari kejauhan datang seorang wanita sebaya dengan Aryan. Sudiro memperkenalkan diri wanita tersebut kepada Aryan. “Aryan, coba kamu ingat siapa dia?” tanya Sudiro. “Hem, aku tidak kenal,” ucap Aryan datar. “Aku Laila.” Ujarnya sambil mengulurkan tangannya. Aryan akhirnya mengingatnya, saat tangan mereka bersentuhan ketika berjabat tangan. ‘Hem, Laila yang cengeng dulu. Kenapa dia sangat berubah?’ desis Aryan dalam hatinya. Ternyata tanpa disadari Aryan mempunyai kekuatan yang tak dia sadari. Tiba-tiba sebuah melesat tepat di hadapan Sudiro. Sehingga mengenai dadanya. Cusss!! Anak panah menancap di dadanya, Sudiro pun terjatuh, darah mengalir sehingga membasahi bajunya. “Kakek!!” teriak Aryan. “Guru!!” teriak murid-murid. Wajah Sudiro tiba-tiba membiru, Laila mencoba mendekatinya. “Ini racun,” desis Laila Aryan hanya bisa mengerutkan dahinya karena bingung. “Ayo segera bawa kakek guru ke dalam!” perintah Laila. Mereka semua bergegas menggotong Sudiro ke dalam , Laila dengan cekatan segera ke sebuah ruangan. Aryan mengikutinya di dalam tampak banyak kendi-kendi yang tertata rapi. Laila mengambil salah satunya, Aryan hanya bisa memperhatikan tanpa bertanya sepatah kata pun. Laila segera meninggalkan tempat itu. Sedangkan Aryan masih melihat-lihat tampak sebuah peti kecil berada di pojok ruangan. Awalnya dia menganggap itu hanyalah sebuah kotak biasa. Seketika, tampak sebuah tangan keluar dari dalam peti itu. Aryan terperanjat dan terjatuh saat tangan itu berjalan seperti kaki yang berjalan. “Pergi!!” pekik Aryan. Aryan terjatuh, sambil menutupi mulutnya. BersambungSekelebat bayangan itu mencoba mencegah Ari, akhirnya dia terjatuh. “Ari!” seru Aryan.“Ha-ha-ha, enak saja kau tidak bisa mengambil Ari begitu saja.“ Ucapnya. Aryan yang melihat makhluk itu merasa sangat emosi. Dia akhirnya melawannya, kali ini dengan kekuatan yang sedikit membabi buta. Dia merasa tidak menerima semua hal. Setiap kitab yang dia dapatkan, disembunyikan di balik tubuhnya.“Jika kau menyentuh Ari, akan aku masukkan kau ke neraka!” seru Aryan.“Sombong sekali kau bocah gendeng.” Aryan semakin marah, dia melawannya dengan jurus tendangan tanpa bayangan, makhluk itu bingung begitu melihat banyaknya tendangan yang di terimanya. Karena merasa terancam dia menyandera Ari dengan sebuah cambuk api.Ari masih dengan wajahnya tanpa senyum dan tawa. Dia tak bicara sedikit pun namun, kelihatan di wajahnya kesakitan yang amat sangat. Aryan berusaha menyelamatkannya. Sedikit berhati-hati, sedikit lengah akhirnya dia bisa merebut Ari, dengan segera Ari di tarik oleh Aryan untu
“Kenapa kau masih di sini?” Aryan balik bertanya pada sosok penunggu padepokan tersebut, anehnya dia santai tidak menggubris ucapan Aryan. Mereka semua diam, tidak ada pergerakan sama sekali. Aryan hanya menunggu apa yang akan di lakukan padanya. Tiba-tiba dia mengatakan sesuatu pada Aryan.“Aryan kau ingin menikahi Laila?” Aryan yang mendengarkannya, bingung mereka saling pandang. Makhluk ini tidak emosi justru seperti ingin membantunya. Dia mendekati Aryan lalu memperhatikan Aryan. Namun, Aryan dan Zian justru bersiap-siap agar tidak tertipu oleh yang tak kasat mata ini.“kalian jangan takut, justru aku ke sini ingin meluruskan niat kalian.” “Maksudmu apa?”Makhluk itu diam saja, lalu dia membentangkan tangannya ke langit untuk memperlihatkan sesuatu. Ternyata sebuah bayangan masa depan, terlihat Aryan dan Laila yang tampak hidup bahagia. “Kau jangan merekayasa, kau siapa?”“Jangan bingung Aryan, ini nyata.”Laila terdiam, dia menatap Aryan. Memastikan dia akan percaya h
Aryan yang melihat kedatangan Jin Marid, membuat dia muak. Dia perhatikan dari ujung kepalanya sampai ke kakinya. “Apa yang kau lihat?” tanya Jin itu.“Aku ingin segera memusnahkanmu!” jawab Aryan.“Ha-ha-ha, bocah kau baru umur berapa, lagakmu sombong sekali!” Aryan terdiam, saat ini dia hanya menunggu apa yang akan di lakukan oleh Jin tersebut. Tak lama benar saja, ternyata tangan Jin tersebut sudah bersiap akan menyerangnya. Wuushhh!Untung Aryan berusaha mengelaknya, dia melesat bak angin bersama Laila. Saat itu keluar manusia yang sudah tak berbentuk seperti manusia dari dalam tanah. Bau busuk yang menyengat membuat Aryan dan Laila mual.“Makhluk apa mereka Aryan?” tanya Laila.“Ehm, itu manusia yang sudah lama mati. Dibangkitkan oleh Jin.” Jawab Aryan.Mereka menutup mulutnya masing-masing, yang dihadapi kali ini bukan manusia. Tapi bangkai manusia yang di hidupkan. Mereka menyerang secara bergantian, Aryan melumpuhkan mereka satu persatu.Begitu juga dengan Laila, merek
Laila menunggu apa yang akan terjadi di langit, saat dia melihat sebuah kilatan dan cahaya yang bersinar. Seolah-olah kilat itu akan menyambar tubuhnya.“Apa lagi ini?” Laila bingung, dia merasa tidak sanggup menghadapi apa yang terjadi, di bawah serigala lapar menunggunya terjatuh. Sedangkan padepokan sudah menjadi rumah para jin peliharaan Sudiro.Tak lama sebuah cahaya melesat ke hadapannya, berubah menjadi sosok yang dia kenal, Dika. “Ha-ha-ha, akhirnya kau sendiri kan!” Dika mendekati Laila.“Jangan coba-coba kau menyentuhku!” ucap Laila. “Kenapa kau takut?” tanya Dika dengan angkuh.Laila terdiam, dia merasakan hal buruk akan menimpanya, dia melihat Dika yang tampak lebih kuat. Rasa khawatir merasuk ke dalam hatinya, apakah dia bisa mengalahkan Dika. Bingung bercampur menjadi satu, Laila hanya bisa menunggu Aryan yang sedang memulihkan kekuatannya. Dika memperhatikan perlindungan yang dibuat olehnya, dia menyentuhnya akhirnya hilang. Laila yang melihatnya kaget, itu art
Zian tidak main-main dengan kekuatannya, dia juga melayangkan tendangan tanpa bayangan. Kepala makhluk itu bingung, mencari kaki Zian yang sebenarnya. “Kurang ajar!!” seru makhluk itu.“Kau akan rasakan ini!!” “Buugkhhh!!” “Duugkkhh!” Makhluk itu terjatuh, tersungkur, sedangkan Zian hanya tersenyum sinis. Begitu dia melihat makhluk itu terjatuh.Dia tidak memberi peluang sedikit pun. Hingga Naga hitam pun tak memberi kesempatan padanya. Dia berteriak lalu mengeluarkan api dari mulutnya.Makhluk itu terbakar, hangus seperti kayu bakar. Zian merasa puas apa yang telah dia lakukan. Naga hitam kembali ke pedang yang di pakai Zian. Lalu berubah menjadi sinar berwarna biru yang melesat ke tubuh Aryan. Zian menolong Laila yang terluka, dia melihat Laila yang sudah tak berdaya. “Kak Laila, bertahanlah.” Ucap Zian yang tengah memberi energi murni padanya.Wuushhh ... Sebuah sinar masuk ke tubuh Laila, tak lama dia pun siuman. Saat dia bangun sebuah darah berwarna hitam keluar. “
Aryan mengambil waktu untuk bertapa, Laila hanya bisa menemaninya. Sosok yang sejak tadi memperhatikan mereka akhirnya menampakkan dirinya. Laila kaget begitu melihatnya. Sosok itu seolah-olah ingin menerkamnya atau menghabisinya. “Siapa kau?” tanya Laila. “Ha-ha-ha, jangan pernah kalian bersatu!” Laila bingung dengan ucapan sosok tersebut, wajahnya menyerupai seekor kadal. Namun, tubuhnya berwujud manusia. Wajahnya yang sangar tidak membuat Laila takut sedikit pun. “Jika kau mengganggu Aryan hadapi aku lebih dahulu!” “Gadis kecil yang sombong!” Laila bersiap-siap untuk menyerangnya, tapi justru sosok itu malah mengejar Aryan. Laila kaget bukan main, tak menyangka dia secepat itu mengejar Aryan. Untung Aryan tidak bisa di sentuhnya, Laila sudah memberi perlindungan buatnya. “Sialan!!” “Hem, kau licik, aku atur strategi.” Ucap Laila percaya diri. Sosok itu geram saat Laila mengatakan hal tersebut, akhirnya dia menyerang Laila. Dia mengeluarkan kayu yang berada di ta