Share

Bab 3

Author: Siti
James jelas tahu semuanya, tahu bagaimana orang tuaku selalu pilih kasih, tahu ketidakadilan yang kualami sejak kecil, tahu betapa aku sangat berharap dia bisa memilihku dengan tegas.

Namun, kini, dia justru bersikeras ingin menjadi penyelamat Zara dan melupakan keberadaanku sepenuhnya.

Ruang kerja ini menampung begitu banyak jerih payah dan impianku. Setiap momen keberhasilanku rasanya masih tergambar jelas di mataku.

Namun, sekarang, ruang itu perlahan-lahan terkikis dan menghilang.

Tidak lama kemudian, ruang kerja itu pun lenyap dan digantikan oleh ruang ganti pakaian baru.

Sama seperti hidupku, yang pelan-pelan direbut oleh Zara.

Di sudut ruangan, sebuah foto ukuran kecil milikku tertinggal.

James diam-diam berjalan mendekat, memungut foto itu, lalu dengan hati-hati memasukkannya ke dalam dompet.

Sesampainya di kantor, para karyawan memberitahu James bahwa aku sudah beberapa hari tidak masuk kerja, tidak ada satu pun rancangan desain yang dikirimkan ke mitra kerja.

Wajah James seketika berubah muram, dia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungiku dengan penuh amarah.

Namun, teleponnya tidak kunjung diangkat.

Untuk pertama kalinya, James meluapkan amarah di depan para karyawan. Dia tiba-tiba berdiri dan menyapu semua dokumen di atas meja hingga jatuh berserakan ke lantai.

Akhirnya, James memecatku dengan alasan bolos kerja tanpa pemberitahuan. Dia langsung menunjuk Zara yang bahkan tidak pernah belajar desain untuk menggantikan posisiku.

Di dalam kantor, James akhirnya tidak mampu menolak godaan Zara. Mereka saling berpelukan erat, lalu berciuman dengan penuh gairah.

Mereka saling berpelukan erat di atas meja kerja dan kursi direktur, seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta.

Aku menyaksikan semuanya dari samping, rasa mual yang hebat menyeruak dari dalam dada.

Aku tanpa sadar mengelus perutku yang mulai membuncit. Aku merasa diriku begitu tidak berharga.

Aku sudah hamil satu bulan. Awalnya, aku ingin memberikan kejutan bahagia untuk James. Namun, sekarang, aku dan anakku yang belum sempat lahir ini meninggal bersama.

Beberapa hari berikutnya, entah mengapa James seperti orang gila. Dia terus-menerus mengirim pesan dan bertanya aku ada di mana.

Mungkin James mulai sadar bahwa perselingkuhannya dulu hanya karena gairah sesaat. Pesan demi pesan masuk, nadanya penuh kerendahan hati, memohon agar aku kembali.

Namun, bagaimana mungkin aku membalas pesannya?

"Sayang, kamu lagi memikirkan apa?"

Entah sejak kapan, Zara sudah berjalan mendekat. Perutnya pun tampak sedikit membuncit.

Setengah bulan setelah aku meninggal, Zara pun hamil.

Melihat wajahnya yang dipenuhi kebahagiaan dan rona sehat, Zara sama sekali tidak tampak seperti orang yang sakit parah.

Namun, James seolah tertutup matanya, dia sama sekali tidak menyadari kejanggalan itu.

Mendengar suara Zara, James seperti pencuri yang tertangkap basah. Dengan panik, dia buru-buru keluar dari jendela obrolan denganku.

James berbalik dan mengangkat tangan untuk memeluk Zara, tapi pandangannya tiba-tiba tertuju pada kalung di leher wanita itu.

"Bukankah itu kalung milik Katie? Kenapa ada padamu?"

"Ah? Kebetulan sekali? Aku melihat ini di internet dan menyukainya, jadi langsung kubeli."

Dahi James berkerut.

Itu kalung yang James belikan untukku saat kami masih kuliah. Meskipun tidak mahal, aku sudah terbiasa memakainya dan tidak pernah melepasnya.

Tatapan Zara sempat menunjukkan kegugupan. Dia buru-buru mengalihkan pembicaraan. "Sayang, hari ini kita mau merayakan kehamilanku. Orang tuaku sudah menyiapkan makan malam dan sedang menunggu kita di rumah. Ayo, kita berangkat."

Aku menatap punggung mereka yang perlahan menjauh, lalu tanpa sadar meraba leherku yang kini kosong.

Setelah aku meninggal, kalung itu diambil oleh penjahat yang menyerangku.

Sekarang, kalung yang sama persis itu ada di leher Zara. Mana mungkin aku percaya kalau ini hanya kebetulan?

Jadi, apakah kematianku ada hubungannya dengan Zara?

"James, demi melahirkan anakmu, Zara mempertaruhkan nyawanya. Kamu harus memperlakukan anak ini dengan baik!"

"Kamu harus memperlakukan Zara dengan baik..."

Di meja makan, kedua orang tuaku menatap wajah Zara yang mulai tampak tirus, lalu meneteskan air mata karena merasa iba.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kutukar Hidupku untuk Kalian   Bab 9

    Aku menunduk, menggambar lingkaran di tanah.Hidup ini seperti sebuah lingkaran. Sekarang, semua orang sudah mengucapkan selamat tinggal padaku.Pelan-pelan, anak Eliza pun tumbuh dewasa.Saat mereka menyapaku, pohon keliyun itu pun ikut bergoyang pelan dan mengeluarkan suara gemeresik seolah menjawab.Entah sudah berapa tahun aku meninggal.Jiwaku mulai menjadi transparan.Arah gerakku pun perlahan tidak bisa kukendalikan lagi."Eliza! Eliza, selamat tinggal! Anak kecil, sampai jumpa juga!"Sekarang, waktunya aku mengucapkan selamat tinggal.Aku melambaikan tangan ke arah Eliza.Saat aku hampir menghilang, kulihat Eliza menatapku dengan mata berkaca-kaca, lalu ikut melambaikan tangan."Katie... selamat tinggal!""Di kehidupan berikutnya, mari kita tetap jadi saudari!"Cerita Tambahan: (Sudut Pandang James)Aku mencintai Katie.Namun, cinta ini, kini terasa terlalu ironis.Sebelum pernikahan.Zara datang bersama kedua orang tuanya dan berlutut di sampingku, memohon agar aku bersedia me

  • Kutukar Hidupku untuk Kalian   Bab 8

    Musim semi tiba, alam bersemi kembali.Kuncup-kuncup bunga mulai bermekaran di ranting pohon keliyun itu.Di bawahnya, Eliza sudah datang sejak pagi.Eliza mengenakan gaun putih kesukaanku, dia duduk di atas rumput sambil membawa kue untuk menemaniku.Aku bersandar lembut padanya, memejamkan mata dan merasakan kehadirannya.Tubuh Eliza selalu harum wangi deterjen, bersih dan murni.Eliza seolah merasakan keberadaanku dan mulai berbicara sendiri.Dia bercerita tentang hal-hal tidak menyenangkan dalam hidupnya.Kejadian-kejadian lucu yang dialaminya dan kabar tentang keluargaku.Dari ucapannya, aku tahu bahwa Zara dan Toby telah dipenjara.Anak laki-laki yang dilahirkan Zara diserahkan kepada James untuk diasuh.Namun, setelah tes DNA, ternyata anak itu bukan anak James.Perusahaan James bangkrut, kini hidupnya hancur.Eliza tersenyum, seolah sudah berhasil keluar dari bayang-bayang kehilanganku."E... Eliza, kamu datang sepagi ini."Di belakang, orang tuaku dan James datang terlambat.M

  • Kutukar Hidupku untuk Kalian   Bab 7

    James tidak pernah berani menatap langsung ke tempat kotak abu jenazahku diletakkan.Rumah duka dipenuhi dekorasi kain putih, tapi warna matanya justru memerah.James sangat menyesal, menyesal telah menyetujui keinginan terakhir Zara yang konyol itu.Menyesal karena tidak pernah menghargaiku dan berkali-kali berselingkuh dengan wanita lain.Menyesal karena kami seharusnya bisa menua bersama, tapi kini terpisah selamanya...Seseorang di belakang memakinya, tapi James tidak bereaksi sedikit pun. Baginya, semua makian itu memang benar. Dia memang bajingan.Saat semua sibuk sendiri, di sudut ruangan yang sepi, sosok hitam melintas diam-diam.Dia mengambil kotak abu jenazahku. Hujan masih turun di luar, dan kotakku dia peluk erat-erat.Dia berhati-hati sekali, seolah takut aku kehujanan.Dia adalah Eliza. Belakangan ini dia tampak tidak baik-baik saja, lingkaran hitam besar terlihat jelas di bawah matanya, dan rasa lelah terpancar dari seluruh tubuhnya.Eliza yang dulunya ceria, selalu tert

  • Kutukar Hidupku untuk Kalian   Bab 6

    "James… jangan dengarkan omong kosongnya!""Aku sudah putus dengan Toby! Aku dijebak, semua ini salah paham!"Eliza hanya tertawa dingin. Dia mengeluarkan setumpuk foto tebal dari tasnya.Di dalamnya, ada banyak foto kebersamaan antara Toby dan Zara saat bertemu diam-diam.Termasuk bukti bahwa mereka masih bertemu beberapa waktu lalu."James! James, dengarkan aku dulu!"Zara masih mencoba menjelaskan.Namun, sebuah tamparan keras dari ibuku membuat Zara limbung dan jatuh terduduk di lantai.Hari-hari berikutnya, Zara tidak pernah bisa tenang.Kalung itu sudah Zara sembunyikan dan James terus bersikap dingin padanya.Bahkan saat Zara memasak sendiri untuk memohon maaf, James tetap tidak pulang untuk makan.Polisi memberitahu bahwa di dalam tubuhku ada seorang bayi yang telah terbentuk.Hari itu, jeritan dan tangis James menggema di kantor polisi. Dia meninju lantai hingga berdarah.Orang tuaku menangis hingga hampir pingsan.Orang tuaku juga tidak mau bicara dengan James lagi.Mereka te

  • Kutukar Hidupku untuk Kalian   Bab 5

    James terhuyung lalu jatuh terduduk di lantai.Mulutnya terus bergumam, "Nggak mungkin."Ponselnya terlepas dari tangan dan jatuh ke lantai hingga layarnya retak."Ada apa, James?""Bangunlah!"Ibuku berusaha menarik James berdiri, tapi kata-kata yang keluar dari mulutnya justru membuat ibuku tertegun.Ketika mendengar bahwa aku sudah meninggal, ibuku langsung mengamuk dan mengguncang tubuh James sambil berteriak."Apa yang kamu bicarakan? Apa yang terjadi dengan Katie?""Katie... dia sudah meninggal."Ibuku terdiam mendengarnya.Seluruh anggota keluarga tergesa-gesa naik mobil dan melaju secepat mungkin ke kantor polisi.Sepanjang perjalanan, mereka terus berdoa agar semuanya hanya kesalahan informasi.Di bawah selembar kain putih, terlihat sedikit ujung rambutku yang cokelat keemasan.Tangan James bergetar pelan, matanya memerah saat menarik kain itu dengan hati-hati.Saat itu juga, tubuhku yang telah membusuk perlahan tampak di hadapan mereka."Katie … jangan menakut-nakuti Ibu sepe

  • Kutukar Hidupku untuk Kalian   Bab 4

    James mengangguk sambil tersenyum, menyetujui semua permintaan mereka.Demi menyenangkan Zara, tidak satu pun orang di meja makan menyinggung soal kepergianku.Tiba-tiba, terdengar ketukan cepat dan keras di pintu.Mata James yang semula redup langsung berbinar. Dia bergegas menuju pintu lebih cepat dari siapa pun.James sangat gembira, dia mengira aku akan pulang hari ini dan melupakan semua perselisihan setelah mengetahui bahwa Zara sedang hamil, lalu merayakannya bersama keluarga.Namun, saat pintu terbuka, orang yang berdiri di ambang pintu sama sekali di luar dugaannya.Yang datang adalah sahabatku, Eliza Allen.Eliza berdiri dengan kedua tangan menyilang di depan dada, dia menatap tajam ke arah James dari atas hingga bawah, lalu langsung bertanya tanpa basa-basi, "Di mana Katie?"Aku dan Eliza tumbuh bersama sejak kecil.Hidup Eliza penuh lika-liku, setelah orang tuanya bercerai, ibunya menikah lagi dan Eliza harus tinggal bersama ayahnya yang pemabuk.Lingkungan itu membentuknya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status