Short
Penyesalan Setelah Diriku Tiada

Penyesalan Setelah Diriku Tiada

Par:  LioraComplété
Langue: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
9Chapitres
1Vues
Lire
Ajouter dans ma bibliothèque

Share:  

Report
Overview
Catalog
Scanner le code pour lire sur l'application

Aku didiagnosis menderita lupus eritematosus sistemik stadium berat dan akan meninggal tiga hari lagi. Setelah 188 kali telepon permintaan tolongku ditolak suamiku, aku membawa hasil pemeriksaan dan melangkah masuk ke kantor pelayanan perawatan akhir hayat. “Halo, tolong bantu jadwalkan proses kremasiku dan ajukan juga bantuan subsidi dari pemerintah.” Sepuluh menit kemudian, mereka datang. Belum sempat aku bicara, suamiku yang seorang pengacara langsung menamparku tanpa ekspresi. “Demi merebut perhatian dari Penny, kamu pura-pura sakit parah?” Kakakku yang seorang dokter merebut hasil pemeriksaanku, lalu membuka dan menatapku, sambil mencibir, “Lupus? Kalau mau pura-pura sakit, setidaknya yang masuk akal. Penyakit seperti ini hanya diderita satu dari sejuta orang.” Aku menahan rasa sakit di tubuhku, lalu kembali ke meja petugas dan menyerahkan formulir, serta hasil medis lagi. Melihat ruam berbentuk kupu-kupu di pergelangan tanganku, petugas itu tampak iba. “Aku sudah nggak punya keluarga lagi.” “Aku ingin mendaftar layanan kremasi tiga hari lagi, lokasinya bebas. Aku hanya berharap kematianku nggak menjadi beban bagi siapapun.”

Voir plus

Chapitre 1

Bab 1

Setelah didiagnosis menderita lupus eritematosus sistemik stadium berat, dokter yang menangani menyarankan aku segera dirawat inap.

Namun, karena biaya pengobatan yang sangat mahal, aku pun keluar dari rumah sakit dan mencoba menghubungi suamiku.

Setelah panggilanku yang ke-188 tak juga dijawab, aku membawa surat diagnosis dan melangkah masuk ke kantor pelayanan perawatan akhir hayat.

“Halo, tolong bantu jadwalkan proses kremasiku.”

Petugas di sana melihat ruam kupu-kupu di pergelangan tanganku, ekspresinya langsung berubah menjadi iba.

“Sayang… kamu datang sendirian? Di mana keluargamu?”

Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba pintu utama terbuka keras.

Billy datang tergesa-gesa bersama adik angkatnya, di belakang mereka ada kakakku juga.

Tanpa memberi kesempatan aku bicara, Billy langsung menamparku di depan semua orang, tatapannya tampak penuh amarah.

“Hanya gara-gara iri sama Penny, kamu sampai datang ke tempat begini buat menakut-nakuti kami? Lisa, kamu nggak merasa keterlaluan?”

Aku berdiri terpaku, seketika tidak tahu harus menjawab apa.

Sampai akhirnya, aku melihat balon warna merah muda di tangan Penny, barulah aku ingat bahwa hari ini adalah pesta ulang tahunnya.

Billy bahkan sengaja mengambil cuti dua hari untuk membantunya menyiapkan tempat acara. Sementara aku, istrinya yang sedang mengidap penyakit kritis, hanya ingin minta sedikit uang untuk biaya pengobatan, tapi yang kudapat justru 188 panggilan yang ditolak.

Dan satu kata ‘keterlaluan’.

Mataku langsung panas, air mata pun tak bisa dibendung lagi.

Aku mengusap pipi yang masih terasa perih, lalu berkata pelan, “Billy, aku nggak….”

“Kamu masih mau bohong?” ujar Reza, kakakku sambil merebut surat diagnosis dari tanganku.

Baru baca sekilas, dia sudah tertawa mengejek.

“Lupus eritematosus sistemik? Kamu benaran nggak bisa buat alasan yang lebih masuk akal? Kemungkinan penyakit ini bahkan hanya satu dari sejuta. Kamu sudah puas sekarang? Gara-gara kamu, pesta ulang tahun Penny jadi kacau balau.”

“Dari kecil, kamu memang suka pura-pura sakit untuk cari simpati. Sekarang masih mau pakai cara yang sama?”

Sambil bicara, Reza mengangkat tangan, seolah mau memukul juga, tapi gerakannya langsung dihentikan oleh Penny.

Air mata menggenang di matanya, nada bicaranya penuh rasa bersalah, “Maaf Kak Lisa, aku yang nggak seharusnya adakan pesta….”

“Kumohon jangan bohongi mereka lagi. Mereka benar-benar capek. Aku rela mengalah, asal kamu bisa sadar.”

Billy langsung memeluk Penny, menyeka air matanya dengan lembut, sambil berkata, “Ini bukan salahmu.”

Badanku terasa semakin sakit, napas pun jadi berat dan aku mencium bau amis dari hidungku.

Aku tak lagi melihat mereka. Aku mengusap darah yang mengalir dari hidung, lalu kembali ke meja pendaftaran.

“Tolong lengkapi data permohonan kremasiku. Tiga hari lagi, aku butuh proses yang tenang tanpa gangguan. Aku sudah nggak punya keluarga.”

Di belakangku, Billy terkekeh dingin, pandangannya penuh ejekan.

“Lisa, demi menghancurkan pesta Penny, kamu sampai berani main drama seperti ini?”

“Yang harus kamu pikirin sekarang itu bukan penyakitmu, tapi bagaimana caranya kamu bertanggung jawab atas semua yang sudah kamu lakukan tiga hari lagi.”

“Jangan harap aku bakal beresin semua ulahmu.”

Usai bicara, Billy pun pergi tanpa menoleh lagi, sambil menggandeng Penny.

Setelah semua prosedur selesai, aku pun pulang ke rumah sendirian.

Aku masih punya tiga hari terakhir di dunia ini.

Sebagai penderita lupus eritematosus sistemik stadium berat, aku telah menyelesaikan sendiri semua persiapan menjelang akhir hidupku.

Sementara itu, dua orang yang paling kucintai, sedang meniup lilin dan membuka sampanye bersama wanita lain.

Déplier
Chapitre suivant
Télécharger

Latest chapter

Plus de chapitres

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Commentaires

Pas de commentaire
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status