“Setidaknya katakan harus bagaimana?” Gaia akhirnya bicara setelah mereka menghabiskan hampir separuh perjalanan saling mendiamkan. Perempuan itu bingung karena Raga memasang wajah yang sangat kesal. Gaia juga merasa berat dengan apa yang harus dijalani, tapi bukankah ini tentang mereka berdua? Gaia juga merasa dia berhak marah, tapi kenapa seolah hanya Raga yang merasa dirugikan dengan kejadian ini.
“Tidak ada rencana, hanya menjalani saja. Lagipula kita tidak benar-benar berkomitmen. Prinsipnya hanya menjadi aku yang biasa saja.” Raga mencoba bicara perlahan ketika mereka berhenti untuk beristirahat. Gaia diam lagi, Raga tahu jika perempuan itu juga mungkin merasakan tidak nyaman dengan apa yang baru saja terjadi.“Paling mungkin saja kamu harus ada ketika acara-acara tertentu.” Raga mencoba untuk bicara sedikit. Dia memang masih juga sibuk berfikir harus seperti apa menjalani seperti yang dia katakan baru saja.“Jika kakakku mengatakan akan mengawasi, itu artinya dia“Tumben kan mau keluar begini?” Gaia terlihat memberikan tanggapan yang cukup aneh ketika dia berada di dalam mobil dengan Raga. Perempuan itu menggenakan pakaian yang cukup sederhana sesuai dengan yang biasa dia kenakan. Sama dengan Raga yang hanya menggunakan kaos berwarna putih dan celana jeans yang berwarna gelap. Dan Raga masih tidak menjawab pertanyaan Gaia.“Memangnya kamu gak monit? Meski hari libur biasanya kamu tetap sibuk?” Gaia kembali bertanya dan kali ini Raga hanya tersenyum sedikit sambil memperhatikan jalanan.“Gak ada monit, hari ini aku libur dan cuma mau jalan aja sama kamu.” Raga memberikan jawaban yang sangat menggoda Gaia. Tapi perempuan itu bahkan tidak tersenyum, dia hanya menatap Raga sebentar yang masih saja memperhatikan jalan. Mereka berdua masuk ke sebuah tempat parkir yang cukup luas, dan Gaia tahu mereka berada di tempat apa.“Mau beli apa?” Gaia bertanya sambil keluar dari mobil putih kebanggaan Raga. Laki-laki itu masih terdiam dan juga
“Setidaknya katakan harus bagaimana?” Gaia akhirnya bicara setelah mereka menghabiskan hampir separuh perjalanan saling mendiamkan. Perempuan itu bingung karena Raga memasang wajah yang sangat kesal. Gaia juga merasa berat dengan apa yang harus dijalani, tapi bukankah ini tentang mereka berdua? Gaia juga merasa dia berhak marah, tapi kenapa seolah hanya Raga yang merasa dirugikan dengan kejadian ini.“Tidak ada rencana, hanya menjalani saja. Lagipula kita tidak benar-benar berkomitmen. Prinsipnya hanya menjadi aku yang biasa saja.” Raga mencoba bicara perlahan ketika mereka berhenti untuk beristirahat. Gaia diam lagi, Raga tahu jika perempuan itu juga mungkin merasakan tidak nyaman dengan apa yang baru saja terjadi.“Paling mungkin saja kamu harus ada ketika acara-acara tertentu.” Raga mencoba untuk bicara sedikit. Dia memang masih juga sibuk berfikir harus seperti apa menjalani seperti yang dia katakan baru saja.“Jika kakakku mengatakan akan mengawasi, itu artinya dia
“Bagaimana kalau komitmen dulu?” Gaia mencoba bersuara ditengah perdebatan yang lumaya cukup sengit. Raga tetap dengan apa yang dia mau sedangkan kakak pertamanya juga merasa jika apa yang Raga dan Gaia lakukan memang tidak seharusnya. Dan Gaia berusaha mencari jalan tengah untuk perdebatan ini.“Apa kamu tidak merasa di rugikan?” Rana terlihat sedikit menunjukkan keprihatinan dalam kemarahannya. Gaia tersenyum tipis berusaha untuk melembutkan tatapannya. Gaia sangat tahu jika dia bisa membuat orang mempercayai apa yang dia katakan bahkan untuk saat ini jika dia bersikap tenang.“Jika mengacu pada konteks yang kami berdua pikirkan, tidak ada kerugian. Tapi tentu saja apa yang kami lakukan adalah salah.” Gaia menjeda kalimatnya. Kakak pertama Raga sepertinya mulai duduk dan mendengarkan apa yang mungkin hendak dikatakan Gaia selanjutnya.“Aku pernah gagal dan sangat menyakitkan. Kegagalan itu mungkin membuat aku bahkan hanya ingin terus sendiri. Mungkin Raga juga begitu.
Hampir siang ketika mereka berdua berjalan perlahan menuju ke bangunan dengan kamar mereka tentu saja. Gaia masih terdiam memikirkan jawabannya yang sungguh menohok bagi Raga. Perempuan itu memang sudah lama ingin sekali mengatakan hal yang baru saja dia sampaikan kepada Raga. Baginya laki-laki yang sedang berjalan dengannya itu terlalu narsis dengan beranggapan jika semua perempuan yang dekat dengannya jatuh cinta.“Sepertinya mereka semua akan segera checkout. Bagaimana jika menghabiskan sebentar di kamarku?” Sebuah tawaran kembali keluar dari mulut manis Raga. Gaia tidak menjawab dan hanya terus berjalan. Sampai di sebuah lorong yang cukup sunyi di area hotel itu. Ada beberapa lift yang memang juga tempatnya cukup tersembunyi. Raga masuk ke lift dan Gaia tentu mengikuti tanpa berfikir apa-apa. Perempuan itu hanya berfikir jika lift itu membawa mereka menuju ke kamar mereka tentu saja. Raga menekan tombol dengan angka sembilan. Dan dia mendekatkan tubuhnya pada Gaia perlahan s
Gaia mencoba memperlambat bersiap, dia hanya tidak ingin terlalu banyak berinteraksi ketika sarapan. Perempuan itu mengoleskan sunscreen perlahan sambil berdiri di kaca depan kamar mandi kamar hotel. “Ibu sama Bapak duluan saja.” Gaia terlihat cukup santai menyisir rambutnya perlahan. Setelahnya dia memoles sunscreen ke wajahnya. Dia kemudian menyadari jika kedua orang tuanya sudah keluar dari kamar itu. Perempuan itu memeriksa ponsel pintarnya. Sudah pasti dia kemudian mengirimkan pesan kepada adiknya supaya mereka semua pergi untuk sarapan lebih dahulu. Jika mereka mungkin tahu, Gaia tidak terlalu ingin bertemu dengan Raga disaat semua orang juga bersama dengan mereka. Terlalu lelah baginya untuk terus berakting dan seterusnya. “Liburan yang sama sekali tidak bebas. Kenapa juga harus ada Raga ketika saatnya liburan.” Gaia masih juga duduk dan bersandar pada tepian tempat tidur. Dia seolah benar-benar merasa tidak senang dengan apa yang terjadi. Hampir lima menit kemudian
3 Putaran dan kemudian Gaia menuju ke sebuah tempat duduk di taman dekat dengan jogging track di hotel itu. Perempuan itu tidak berlari berdampingan dengan Raga karena jalur track jogging tidak terlalu lebar, dan juga, Gaia tidak suka jika lari berdampingan. Dia berasumsi jika berdampingan begitu maka akan cenderung harus ngobrol dan sulit mengatur nafas tentu saja. Karena itu dia juga memutuskan untuk selesai setelah 3 putaran dengan waktu hampir 30 menit. Gaia memang sedikit santai jika itu masalah olahraga, karena baginya olahraga juga merupakan salah satu healingnya, selain stress realese tentu saja. “Sudah?” Raga bertanya dengan nada seolah sedang mengejek Gaia setelah dia berjalan mendekati perempuan itu. Hampir pukul tujuh pagi ketika mereka berdua duduk di kursi malas di taman dekat track jogging di sana.“Kamu juga kenapa menyudahi?” Gaia bertanya balik sudah merebahkan diri di kursi malas dan begitu juga dengan Raga yang duduk di kursi malas lain di sebe