Share

HOTEL BINTANG LIMA

Sebagai penutup yang sempurna, Bhaga mengajak Atma ke Jembatan Kota Intan yang masih berada di kawasan Kota Tua. Cahaya lampu emas dan merah terang membuat jembatan bersejarah itu tampak begitu indah. Bhaga mendongak, memandang langit tak berbintang. Tiba-tiba ingatan tentang air terjun mengisi kepalanya.

Bila di desa, tiada malam tanpa bintang. Atma melirik, menyadari apa yang sedang dipandangi Bhaga. Timbul sesuatu yang mengusik hatinya, "Kenapa di sini nggak ada bintang ya? Apa langitnya lebih jauh, Mas?" tanyanya polos.

Bhaga tertawa kecil, menggeleng. "Polusi, Atma. Langitnya buram. Sama kayak air sungai yang tercemar, langit juga bisa butek!" jawabnya dibarengi tawa pahit.

"Jadi sekarang Mas Bhaga setuju, kan? Lebih enak tinggal di desa!" cibir Atma. "Kita bisa liat bintang tiap malam, liat air yang jernih!" sambungnya.

Bhaga mengangguk setuju. Dia bersandar dengan sikunya pada pagar jembatan, masih mendongak memandangi langit.

"Aku mau waktu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status