Share

Chapter 15

Randika meraih kran bathtup dan menghidupkan air dengan kencang agar cepat terisi penuh. Dia ingin berendam untuk meregangkan tubuhnya dari ketegangan yang baru saja terjadi.

"Gadis bodoh!"

Butuh setengah jam untuk kembali segar. Dengan handuk yang melilit di pinggang, Randika berjalan keluar mengibas rambutnya yang masih basah.

Pria tampan dengan postur tubuh tinggi itu berjalan mondar-mandir dengan sangat santai tanpa menyadari ada sepasang mata yang sedari tadi tegang melihatnya.

"Dasar mesum."

"Apa kau sedang menikmati tubuh ku."

"What!"

Arumi mengambil beberapa bantal tidur dan melemparinya ke arah Randika. "Dasar gila."

"Wow, kau ingin bermain sekali lagi rupanya," ucapnya dengan seringai menggoda.

"Keluar kau dari sini. Keluar!"

Dia benar-benar merasa bodoh karena harus melayani Pria gila seperti Randika. Gadis bermanik cokelat itu tidak tahu apa yang sudah terjadi padanya dan kembali terisak. Dia menarik selimut membungkus tubuhnya hingga menutup kepala.

Melihat tingka Arumi seperti itu membuat Randika terkekeh "Mandilah, setelah itu kita kembali ke Mansion."

Dia bergegas membuka pintu untuk menemui Brian. Namun, lagi-lagi Randika dibuat tersentak dengan sosok Pria yang berjaga didepan pintu. Wajah lesuh dengan kantung mata yang membengkak, mata yang sayup karena tak bisa tidur membuat tampangnya sungguh memprihatinkan.

Jelas saja memprihatinkan, dia berjaga semalaman seperti satpam di depan pintu.

"Brian!"

"Akhirnya kau keluar."

"Sedang apa kau di sini?"

"Apalagi, aku sedang menunggumu," jawab Brian datar.

Randika terkekeh sembari melangkah pergi "Kau gila."

"Beraninya kau tertawa. Aku di sini semalaman untuk memastikan kau baik-baik saja dan kau menertawakanku?."

"Tidak ada yang memintamu berjaga Brian."

"Apa kalian melakukannya."

"Tentu saja. Itu yang kau inginkan bukan."

"Randika! jangan bercanda."

"Apanya yang bercanda. Aku sangat menikmatinya. Lihatlah sekujur tubuhku luka-luka karena dicakar gadis itu. Dan ini semua karena ulahmu," ujarnya penuh penekanan.

Mengingat kembali kejadian semalam membuatnya merasa ngilu. Tubuh kekar yang biasanya terlihat bersih dan mulus kini sudah penuh dengan bekas cakaran, pergulatannya dengan Arumi membuat dia tak berdaya. Gadis itu dengan sesuka hati melakukan serangan bertubi-tubi tanpa ampun. Dari hanya sekadar mengecup hingga melahap habis bibirnya tanpa permisi, memeluk dan mengesap sesuka hati dada bidangnya, bahkan, meninggalkan begitu banyak bekas gairahnya di tubuh Randika.

"Aku tidak menyangka, gadis sepolos dia bisa menjadi setan seperti itu."

"Jadi ...."

"Apa?"

"Seorang Randika Garret sang Casanova Kota Quebec di cakar, di peluk, di cium? dan semua itu terjadi tanpa perlawanan. Benarkan." Brian mengatakan dengan seringai menggoda membuat Randika menggeleng tersenyum.

"Tutup mulut mu."

Brian tersenyum. "Kau menikmatinya?"

"Berhenti menggangguku Brian."

"Jangan membuatku penasaran. Ayo katakan padaku, apa kalian benar-benar melakukannya?"

Brian bertanya dengan raut wajah penasaran.

"Tentu saja tidak. Kau pikir aku laki-laki hidung belang yang akan menggunakan kesempatan untuk meniduri adiku."

" Yah ... yah ... yah .... bahkan jeritanmu bisa menembus ruang bawa tanah ku kawan," sindir Brian.

"Jeritanku? apa maksudmu ...!"

"Masuk dan tidurlah, kau belum siap bangun dari mimpi indah mu itu."

Brian berlalu meninggalkan sahabatnya yang masih sangat kebingungan. Tak ingin rasa penasarannya mengganggu, Randika segera menyusul Brian untuk meminta penjelasan tentang jeritannya.

"Brian!"

"Apa."

"Katakan, ada apa dengan jeritanku."

"Kau ingat-ingat saja kejadian itu."

"Bangsat! katakan."

"Kembali tidur saja Randika."

"Brian! apa kau sedang membodohiku!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status