Rumah Sakit
Mikaela dan Marcel sudah kembali cukup malam kemudian berganti jaga dengan Ribka dan Elmand. Mereka sudah kelihatan lebih baik daripada sebelumnya. Itu membuat Elmand dan Ribka jadi lebih tenang dan yakin hubungan kedua pasti membaik.
“Mama sama papa pulang dulu ya. Kalian jaga Selena baik-baik,” pesan Ribka diangguki oleh keduanya.
Sepeninggal Elmand dan Ribka keduanya mengambil posisi masing-masing. Mikaela berada disebelah Selena dan Marcel duduk di sofa sambil memeriksa laptopnya. Mikaela terus memandang Selena sambil tersenyum dan mengelus wajah putri kecilnya itu.
“Kenapa ya, Selena mirip denganmu?” tanyanya membuka topik pembicaraan dengan Marcel.
“Dia putriku, tentu saja mirip. Tapi sebenarnya bentuk wajahnya menirumu kok.” jawab Marcel kemudian menutup laptopnya dan berjlan menuju sebelah ra
Orang bilang kalau anaknya mirip dengan ayahnya, berarti ibunya sangat mencintai sang ayah- Mikaela Cassandra Djuanda
Wanita itu memesan taksi online menuju suatu tempat. Dia meneguhkan hatinya untuk melakukan ini dan yakin kalau ini adalah jalan yang terbaik. Beberapa saat kemudian dia sampai di sebuah tempat. Yaitu di Pengadilan Negeri. Mikaela berjalan menuju ruang staf yang mengurus bagian perceraian. “Selamat pagi, bu. Bisa beri tahu namanya?” tanya petugas itu untuk mendata. “Mikaela Cassandra Buana,” jawab Mikaela dan sang petugas mengetikkan namanya di komputernya untuk mencari datanya. “Oh, bu Mikaela! Persidangan perceraian pertama akan dilakukan besok, ada apa ibu datang pagi ini?” tanya petugas itu setelah melihat data di komputer tentang jadwal sidang perceraian Mikaela. “Saya mau mebatalkan gugatan saya!” ujar Mikaela dengan nada yakin. “Membatalkan gugatan ya, bu. Baiklah, ibu sebagai penggugat membatalkan perceraiannya ya. Baiklah, ini surat pernyataan pembatalan gugatannya, bu.” si petugas menyerahkan sebuah surat pernyataan untuk ditanda tan
Setelah pemeriksaan, akhirnya Selena bisa pulang. Marcel dan Mikaela dengan bahagia membawa putri kecil mereka pulang dari Rumah Sakit menuju Kondominium mereka. Mikaela sangat lega karena semua masalah yang menumpuk di kepalanya serasa terangkat semuanya. Dia tahu bahwa keputusannya untuk mempertahankan rumah tangganya adalah keputusan yang terbaik. Kini mereka bertiga tengah berada di kamar Selena. Mikaela disamping kanan dan Marcel di samping kiri tengah menceritakan dongeng pengantar tidur. Saat berpikir Selena sudah terlelap, mereka beranjak untuk pergi. Namun, Selena menahan tangan kedua orang tuanya. “Mama! Papa! Aku mau bobo baleng kalian,” pinta gadis kecil itu membuat Marcel dan Mikaela saling memandang satu sama lain. “Tapi tempat tidur kamu kecil, sayang. Mana muat mama sama papa,” jawab Mikaela beralasan. “Kita pindah saja ke kamar
Indonesia Apartemen, Podomoro City “Jadi seluruh harta dan warisan yang bapak miliki bapak serahkan kepada ‘Mikaela Cassandra Buana’ setelah bapak meninggal?” tanya seorang pengacara yang kini duduk berhadapan dengan Willy. “Iya! Buat surat wasiatnya! Apartemen yang di Cambrigde, apartemen ini, mobil, cek, giro, deposito dan tabungan akan menjadi miliknya jika aku mati nanti!” jawab Willy dengan yakin. “Tapi pak, kenapa secepat ini? Bapak juga masih muda dan dia ini siapa? Adik atau keluarga dekat?” tanya pengacara itu bingung dengan Willy yang membuat wasiat terlalu cepat menurutnya. “Pekerjaan anda hanya mengurus surat ini dan mengesahkannya dengan hukum yang berlaku. Jangan banyak tanya!” jawab Willy dengan tegas membuat sang pengacara tak berkutik lagi. “Ah, baiklah pak! Bagaimana dengan asuransi? Apa kuasanya akan bapak berikan padanya juga?” si pengacara menanyakan satu jenis warisan lagi, yaitu asuransi. “Ah iya! Tambahk
Perusahaan Buana Wajah Marcel terlihat bahagia hari ini. Perjuangannya untuk mempertahankan keluarga kecilnya memang membuahkan hasil. Dia tidak mau keberhasilannya ini diganggu oleh apapun lagi. Bukan berarti dia sengaja membuang dan menyakiti Michelle. Dia juga merasa bersalah pada wanita itu. Tapi dia lega karena adiknya memang sangat mencintai wanita itu. Michelle berhak mendapatkan kebahagiaan dari Michael, bukan dirinya.“Wajah pak Marcel kelihatan baik?” bisik salah seorang karyawan.“Iya, belakangan ini kan, pak Marcel suka marah-marah. Salah sedikit saja, langsung dimarah. Hampir saja sebagian karyawan mau resign karena tidak tahan,” tambah karyawan satunya lagi. Ya, memang akhir-akhir ini Marcel sering marah-marah. Tapi, dia ingin memperbaiki hubungannya dengan para bawahannya. Dia akan ber
Di sisi lain…“Cih! Sial! Bagaimana bisa Perusahaan Buana membatalkan seluruh kerja samanya secara sepihak? Kau juga payah sekali Raymond! Sudah sudah payah papa melanjutkan Perusahaan opahmu ini, dan kamu hanya memikirkan nafsumu sendiri? Kau tidak tahu siapa itu Adinata Djuanda? Marcel Arya Buana? Dasar anak bodoh!” maki Brawijaya ayah dari Raymond Alexander.“Maafkan saya, Pa! Saya akan berusaha mengembalikan semuanya supaya normal. Saya akan membuat Marcel Buana menyesali tindakannya,” janji Raymond berusaha meyakinkan ayahnya.“Maaf katamu? Cih! Dari dulu papa sangat ingin menagalahkan si Adinata sialan itu! Sekarang kamu malah mencoreng wajah papa dengan mencoba melecehkan putrinya? Apa kata orang kalau putra pensiunan pejabat tinggi TNI melakukan hal itu? Harusnya kamu memikirkan nama baik papa, Raymond! Sampai memengaruhi bisnis pula! Hah! Papa harus cari cara supaya Perusahaan kita bisa tetap stabil,”
Malamnya mereka tidur bertiga lagi bersama Selena. Putri kecil mereka itu sepertinya sangat senang tidur bersama kedua orang tuanya. Tapi meski begitu, Mikaela dan Marcel tentu saja masih canggung dengan keadaan seperti ini. Terlihat jelas, kini Mikaela memilih beranjak dari ranjangnya dan duduk di sofa.“Kenapa tidak tidur?” tanya Marcel sambil mendudukkan dirinya di ranjang. Mikaela hanya menatap Marcel sambil menghela napasnya dan berkata,"Entahlah, kenapa aku ini sekarang ya, Marcel? Aku terus memikirkan hubungan kita, maksudnya kita tidak pernah mengucapkan ikrar pernikahan. Hanya ada catatan sipil.” Mendengar itu, Marcel tersenyum senang karena Mikaela memikirkan soal hubungan mereka. Dia juga sebenarnya ingin agar pernikahan mereka punya latar belakang normal seperti orang lain. “Marcel, aku juga pernah bermimpi untuk menggunakan g
Kondominium Apartemen, Podomoro City Paginya, Mikaela terbangun tetapi dia merasa berada dipelukan seseorang. Ternyata, dia semalaman tidur didalam pelukan Marcel. Tapi dia tidak terkejut, dia malah tersenyum sambil mengecup pipi pria itu sambil berbisik, “Selamat pagi, my hubby!”. Mendengar itu, Marcel langsung terbangun dan melihat Mikaela sudah melepas pelukannya. Wanita itu kemudian berdiri untuk mandi dan bersiap-siap. Marcel hanya tersenyum sambil memegang pipinya yang baru dikecup oleh Mikaela. Dia salah tingkah saat ini, entahlah, padahal dia sudah mau berkepala tiga tapi rasanya seperti remaja saja. Marcel juga terbangun sambil beranjak ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia dulu sudah terbiasa memasak sendiri semenjak kuliah dan memang dia pandai memasak. Jadi dia sama sekali tidak masalah kalau harus menggantikan M
Tanpa terasa hari ini pun tiba juga. Mereka memilih tanggal pernikahan yang dibuat di catatan sipil untuk melangsungkan acara ini. Ya, mereka berdua harus mengingatnya yaitu, 28 Maret. Mikaela kini menggunakan gaun yang sudah dipilihkan Marcel dan tampak terlihat begitu cantik saat mengenakannya. Wanita itu terlihat anggun bagaikan bidadari yang jatuh dari surga.“Wow! Kamu cantik banget, Kaela!” puji Anye saat melihat Mikaela di ruang riasnya.“Makasih mbak! Aku senang banget lho hari ini. Harusnya dulu pernikahan kami seperti ini ya. Tapi… tidak perlu ada yang disesali kan, mbak? Kita harus terus bersyukur akan apapun yang terjadi. Semua ini sudah ditentukan menurut jalan-Nya.” Mikaela berujar pada Anye.“Acara ini kalian buat jadi Anniversary sekalian, kan? Sudahlah, yang lalu biarlah berlalu,” Anye membalas. Sampai tibalah saat Mikaela harus k