Setelah perbincangan dua keluarga besar, saatnya mereka pulang dan beristirahat di rumah masing-masing. Marcel dan Mikaela kini sudah kembali ke apartemen mereka. Sedangkan Selena diminta menginap dirumah keluarga Buana karena kakek dan neneknya sangat merindukan sosok gadis kecil itu. Bagaimana pun selama 3 tahun terakhir, gadis kecil itu menjadi satu-satunya cucu yang sangat mereka sayangi. Dan sekarang tinggal kedua orang tua gadis kecil itu yang masih diam terduduk di ranjang mereka.
Entahlah, keduanya sama-sama diam seperti pasangan yang baru menikah karena dijodohkan. Tapi gak salah juga, sih! Entah kenapa kondisi yang tadinya baik-baik saja tiba-tiba jadi canggung begini. Marcel masih menge-check handphonenya untuk mengalihkan perhatian. Mikaela terus menggeleng-gelengkan kepalanya karena teringa-ingat perbincangan dengan teman-temannya.
‘Ciee&h
Apartemen Marcel, Podomoro City Di pagi hari yang begitu cerah, terlihatlah sepasang anak manusia yang sedang sarapan. Biasanya mereka bertiga dengan putri mereka. Tetapi, karena putri mereka tengah bersama kakek dan neneknya, jadinya mereka hanya berdua. Hari ini adalah hari Minggu, dan biasanya sih mereka jalan-jalan bertiga bareng putri kecil mereka, Selena Marcella Buana.“Marcel, aku mau ke Gereja.” Ujar Mikaela selesai dengan sarapannya.“Oh ya? Baiklah, aku akan ikut.” Balas Marcel mengiyakan sekaligus ikut dengan sang istri.“Aku tidak melihat Willy akhir-akhir ini. Tapi aku yakin, dia pasti ada di Gereja. Dia tidak pernah meninggalkan ibadah sekalipun.” Mikaela menjelaskan alasannya yang sebenarnya. Dia sangat penasaran tentang keadaan Willy. Pria itu menghilang bagai ditelan bumi.‘Kalau sampai sejauh ini William belum juga memberi kabar, apa terjadi sesuatu dengannya di S
Di Jakarta…‘TING! TONG!’ Mikaela berulang kali menekan bel apartemen Willy. Dia baru saja dari Gereja dan tidak mendapati keberadaan Willy disana. Akhirnya, wanita itu mendatangi apartemen Willy tapi sepertinya tidak seorang pun di dalam. Sudah hampir setengah jam menekan bel tapi tidak ada jawaban. Pintu sama sekali tidak terbuka. Mikaela masih belum menyerah! Dia berulang kali menghubungi Willy namun tidak diangkat.“Willy, kamu ada dimana? Kenapa kamu seperti menghindar dariku?” tanya Mikaela karena benar-benar merasa bingung.“Mikaela, apa William ada disini?” tanya Marcel yang menyusuli istrinya kemari.“Tidak ada! Bagaimana aku bisa menemukannya, Marcel? Dia ada dimana? Aku juga terkejut mengetahui dari asistenku kalau dia sudah menyerahkan surat pengunduran diri dua Minggu yang lalu. Kita terlalu sibuk sampai tidak tahu bagaim
Mansion Buana Di pagi hari yang cerah, keluarga Buana kini sedang berkumpul untuk sarapan. Semua anggota keluarga lengkap, kecuali Marcel dan keluarganya. Entah kenapa, keadaan mansion besar menjadi sepi semenjak Marcel dan Mikaela benar-benar memutuskan untuk hidup mandiri tanpa mereka. Ya, walaupun sudah menikah dengan Michael, masih ada rasa iri di hati Michelle. Dia merasa seperti sampah yang dibuang oleh Marcel lalu dipungut oleh Michael. Memang, Michael sangat mencintainya. Dia ingin bahagia dengan kebahagiaan Marcel bersama keluarganya, tapi tetap saja tidak bisa. Dia memang memiliki perasaan yang lembut, tapi ketidakadilan yang dia rasakan membuatnya berubah. Dia ingin menguasai segalanya dan tidak rela Mikaela benar-benar bahagia.“Pa, apa posisiku hanya sebatas General Manager di Perusahaan? Kenapa papa tidak memba
Perusahaan Buana“Jadi ini kamu yang masak?” tanya Marcel menerima bekal yang dibawakan istrinya. Ya, kebetulan Mikaela mengatur jadwal hanya setengah hari di Kampus.“Ayo cicip! Aku membuatnya selama berjam-jam, lho!” suruh Mikaela menyodorkan bekal yang dia masak sendiri kepada suaminya. Bentuknya terlihat cantik dan rapi. Marcel yakin Mikaela membuatnya dengan sepenuh hati. Marcel tersenyum lalu mengambil sesendok makanan itu. Dia langsung memasukkannya ke mulutnya dan mengunyahnya.‘Astaga! Kenapa rasanya bisa begini?’ pikir Marcel sambil dengan terpaksa mengunyah makanan yang sudah masuk ke mulutnya itu.“Gimana? Enak tidak? Aku lihat resepnya di internet, lho!” tanya Mikaela penasaran dengan pendapat Marcel soal masakannya.“Kamu kalau masak tidak dicicipi dulu, ya?” tanya Marcel balik.“Enggak, aku mau kamu jadi yang pertama memakan masakan buatanku sendiri! Eh, Willy t
Perusahaan Buana Michael mendatangi ruangan Direktur sambil membawa beberapa berkas untuk menyerahkan kekuasaan untuk dirinya. Marcel sangat terkejut ternyata adiknya bertindak sangat terburu-buru seperti ini.“Cepat tanda tangani! Kau memang akan melakukan apapun buatku kan, kakak?” suruh Michael hanya dibalas tatapan heran oleh Marcel.“Kakak harap kamu bisa menjaga Perusahaan ini dengan baik. Semua ini memang diberikan papa kepadaku, tapi kamu juga punya hak. Tapi Mike, apa setelah ini kamu sudah puas?” tanya Marcel sebelum menandatangani surat-surat itu.“Puas, ya? Aku tidak tahu, tapi kepuasanku yang sebenarnya adalah ketika aku mengambil semua yang kau miliki. Karena sedari kecil, kau memiliki apa yang tidak kumiliki. Kasih sayang dan perhatian dari seluruh keluarga Buana adalah milikmu dulu. Tapi sekarang, aku akan mengambil semua harta ini buatku.&rdqu
Di taman… Mikaela sudah menunggu cukup lama hari ini. Lagi-lagi Willy tidak datang kesini. Wanita itu kemudian menghela napasnya lalu berdiri. Dia akan pulang dan akan datang besoknya lagi. Dia selalu berharap bahwa Willy akan memang kembali padanya. Tiba-tiba, dua orang pria menahan tangan kanan dan kirinya.“Siapa kalian?” tanya Mikaela dengan nada agak berteriak. Tentu saja dia tak diam saja. Dia berusaha melepaskan diri dengan melawan dua pria itu.“Kau pikir kau hebat?” mereka langsung menarik paksa wanita itu untuk mengikuti mereka ke mobil. Yang satunya juga membekap Mikaela dan dengan cepat membawa pergi wanita itu dari taman. Tapi seseorang melihat apa yang mereka lakukan terhadap wanita itu lalu mengikuti mereka.“Astaga nona! Kau ini cantik sekali ternyata! Si bos ada urusan apa denganmu ya?” ujar salah satu preman itu sambil memandangi
“Apa yang kau rencanakan?” tanya Willy dengan nada menyidik. Michelle hanya tersenyum meremehkan kepada Willy,”Apa yang bisa kau lakukan? Terserah aku, dong? Memangnya kamu mau apa, William?”. Willy tak habis pikir bagaimana bisa Michelle berpikir untuk menyakiti Mikaela. Maka dia menyudutkan Michelle sambil mencengkram kedua sisi bahu wanita itu.“Padahal menurutku kau adalah orang baik, kau menolong seseorang yang bahkan tidak kau kenali. Tapi kenapa kau sekejam ini padanya? Apa yang dia lakukan padamu?” Willy masih tak terima dengan perlakuan Michelle pada Mikaela.“Dia merebut suamiku!” jawab Michelle dengan keras tapi Willy dapat melihat kesedihan dimata wanita itu.“Dia tidak melakukan itu, nona Michelle. Bukannya Marcel sendiri yang memilih untuk bertanggung jawab atas kesalahannya kepada Cassie maksudku Mikaela? Kamu sedih saat orang tuamu meninggalkan dirimu, apa tidak bisa kamu b
Di gudang penyekapan…‘Buaghhh!!’“Arrgghh!” teriak preman itu ketika Willy menghajarnya.“Dimana bu Michelle, ya?” gumam salah seorang preman ketika sadar tidak ada Michelle disini.“Jangan melamun!” ucap Willy langsung menendang keras perut preman itu. Mereka ternyata tidak sedikit. Ada sekitar delapan orang, yang bermunculan hingga saat ini.‘Ajaib sekali aku bisa menggerakkan tubuhku dengan ringan seperti ini? Apa ini mukjizat-Mu? Kalau pun aku mati setelah ini, aku ikhlas ya Tuhan! Karena aku bisa melindungi Cassie-ku.’ Batin Willy sambil konsenterasi menghajar para preman itu dengan heroik. Setelah beberapa belas menit menghajar mereka, Willy meregangkan otot-ototnya karena erasa agak bugar. Dengan cepat, dia langsung membuka pintu tempat dimana Mikaela disekap. Dia agak kesulitan karena tidak ada kuncinya.“Dimana kalian menaruh kuncinya?” tanya Willy pada para