Share

2. PART DUA

Pagi hari selesai membantu sang ayah menyiapkan bahan dan perlengkapan jualan mie ayam di ruko tempat kedua orang tuanya berjualan. Eguh mengajak sang ayah pulang untuk sarapan masakan sang ibu.

Sesampainya Eguh dan sang ayah di rumah yang sederhana, setelah membersihkan diri mereka berdua langsung menuju ke meja makan yang sudah tersedia hidangan sarapan bikinan sang ibu. Mereka bertiga mulai menyantap hidangan sarapan yang tersaji di meja makan.

***

Di sebuah ruko dekat pasar Bunga Harapan tempat kedua orang tua Eguh berjualan mie ayam terlihat ramai pengunjung, silih berganti para pelanggan mie ayam kedua orang tua Eguh datang dan pergi.

“Bang, mie ayamnya empat ya,” pesan salah satu pelanggan yang baru datang dengan ketiga temannya.

“Iya non,” sahut Hendra.

Setelah memesan keempat pelanggan itu mencari tempat duduk. Melihat ada pelanggan yang baru datang, Eguh berinisiatif menghampiri mereka untuk menanyakan mau pesan minum apa. Dan tak disangka ternyata pelanggan yang baru datang adalah teman-teman Eguh.

“Kalian!” ucap Eguh dengan ekspresi kagetnya.

“Woi, santai bosqu,” balas Reni dengan wajah sebelnya.

“Iya ni anak, dikira kita setan apa, sampai segitu kagetnya pas melihat kita berempat,” imbuh ucap Santi.

“Siapa tau siang-siang gini para kuntilanak kelaparan dan pergi cari makan. Eh, malah nyasar di kios mie ayam milik kedua orang tuaku, hihihi …,” canda Eguh dengan diakhiri tawa kecil.

“Apa loe bilang!” sahut Cindy sewot, sambil tangan kanannya mencubit keras pinggul Eguh yang berada disebelahnya.

AARGG …

Teriak Eguh saat mendapatkan cubitan maut level 5 dari Cindy.

“Rasain itu cubitan maut dari Cindy, makanya jangan suka godain kami, kena batunya kan kamu, Guh,” ucap Ayu dengan senyum kemenangan, sambil diikuti oleh Cindy, Santi dan Reni.

“Ya maaf tadi aku kan becanda,” ucap Eguh sambil mengelus-elus pinggangnya.

Karena kondisi kios mie ayam milik kedua orang tuanya yang makin rame, Eguh pun mengakhiri obrolan dengan keempat temannya dan pergi ke belakang setelah mencatat minuman pesanan keempat temannya itu. Bersamaan dengan mie ayam pesanan Cindy and the geng yang diantarkan oleh ibunya Eguh, minuman pesanan Cindy and the geng juga datang.

Setelah Eguh mengantarkan minuman pesanan Cindy and the geng, Eguh langsung pergi meninggalkan keempat temannya yang sedang menikmati mie ayam pesanan mereka, lalu pergi menghampiri beberapa pelanggan yang baru datang.

Saat duduk santai di ruang belakang, Eguh dihampiri oleh sang ibu.

“Iya, Bu,” sapa Eguh saat ibunya sudah berada di hadapannya, lalu dengan segera Eguh mengambilkan kursi buat ibunya.

“Ndak ada apa-apa kok, Nak. Ibu cuma pengen ngobrol-ngobrol santai sama kamu, mumpung belum ada pelanggan baru,” jelas sang ibu.

“Terus ayah dimana, Bu?” tanya Eguh sambil melihat ke dalam yang sudah tidak melihat ayahnya.

“Biasa, Nak. Ngopi dan ngerokok di depan sama mang Sani dan mang Parto,” jawab sang ibu.

“Maaf, Bu. Mau dibikinin minuman apa ne?” tanya Eguh yang lalu beranjak ke dapur.

“Es jeruk aja, Nak,” jawab sang ibu.

“Oh ya, Nak. Tadi itu kalo ndak salah Cindy anaknya juragan H. Mansur ya?” sambung tanya sang ibu.

“Iya, Bu,” sahut Eguh sambil membuat minuman.

“Kalian pacaran ya?” goda sang ibu yang sedikit penasaran, karena melihat tingkah anaknya yang bercanda dengan Cindy.

“Ah, nggak kok, Bu. Hoax’s itu, Bu. Aku sama Cindy itu cuma sahabatan kok, lagi pula kita berteman sejak SD,” jelas Eguh sedikit gerogi untuk menjawab pertanyaan sang ibu.

“Beneran juga ndak apa-apa kok, Nak. Ibu dan ayah pasti setuju,” ucap sang ibu.

Karena sedikit disudutkan dengan pernyataan sang ibu, Eguh mencoba mengganti topik bahasan yang lain sebagai bahan obrolannya dengan sang ibu. Eguh mencoba untuk memberitahu pada sang ibu, bahwa dirinya telah didaftarkan oleh guru wali kelasnya di SMA Negeri 1 Kota Kumbang melalui jalur bidik misi.

***

Setelah berberes-beres dan membersikan kios mie ayamnya Hendra mengajak istri dan anaknya pulang. Dan selama dalam perjalanan pulang pikiran Eguh selalu terbayang-bayang dengan pernyataan sang ibu mengenai Cindy.

Tak ada yang salah ketika hati berprasangka

Memendam untaian bait-bait syahdu percintaan

Satu kata ingin hati berucap cinta

Namun satu kata yang lain membuat hati terdiam

Aku sadar dengan siapa aku berharap

Dialah sosok bidadari surga yang terdampar

Bermetamorfosis menjadi sesosok wanita cantik bernama Cindy

Dilema hati merasuki kokohnya tembok keyakinan

Aku sadar sosoknya adalah sahabat

Mana mungkin diri ini akan merusaknya

Berhianat atas nama cinta

Galau hati kini berkecamuk,

Membuat pondasi keyakinan yang terbangun

Menjadi sedikit goyah

Karena sebuah pernyataan yang membuat otak memikirkannya

Ah …,

Harus bisa kusudahi perasaan terlarang ini

Demi sebuah jalinan persahabatan

Yang akan indah pada waktunya kelak

Tanpa dirasakannya, ternyata dirinya sudah nyampek di halaman depan rumahnya.

‘Ah, sial! Kenapa juga ini otak isinya hanya mengenai pernyataan yang ibu buat mengenai sosok Cindy. Padahal aku dan Cindy hanyalah sebagai sahabat, dan mungkin selamanya akan tetap menjadi sahabat tidak lebih,’ gumam Eguh dalam hati.

Setelah selesai membereskan semua barang bawaannya dari kios mie ayam milik kedua orang tuannya, Eguh pergi istirahat di kamarnya untuk melemaskan badannya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status