Share

3. PART TIGA

Penulis: Eguh Setiawan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-07 22:09:25

DRRRTTT …

Suara HP Eguh yang teletak di samping kanan bergetar dan membangunkan tidurnya yang nyenyak di sore hari. Saat dilihatnya layar HP tertulis nama wali kelasnya, Pak Sodik. Lalu segera Eguh bangun dan mengangkat telepon dari sang wali kelas.

“Assalamu’alaikum. Iya bapak ada apa ya?” salam sapa Eguh pada sang wali kelas.

“Wa’alaikumsalam. Maaf bapak ganggu tidak ne?” balas salam sapa sang wali kelas.

“Tidak bapak, kebetulan baru bangun tidur,” jawab Eguh.

“Begini, Guh. Tadi siang bapak baru terima pengumuman dari SMA Negeri Kota Kumbang terkait Bidik Misi. Dan Alhamdulillah nama kamu masuk dan lolos lewat jalur Bidik Misi di SMA Negeri 1 Kota Kumbang,” jelas sang wali kelas.

“Beneran itu informasi, Pak?” tanya Eguh yang kaget dengan kabar dari sang wali kelas.

“Iya dong, masak bapak bohong, hahaha …,” ucap sang wali kelas becanda.

“Alhamdulillah, terima kasih,” ucap Eguh bahagia dan mulai berkaca-kaca.

“Besok jangan lupa ke sekolah, nanti akan bapak bantu persiapkan semua berkas yang dibutuhkan untuk kamu daftar ulang,” pinta sang wali kelas.

“Siap bapak,” ucap Eguh semangat.

Obrolan Eguh dengan sang wali kelas pun berlanjut dengan obrolan ringan dan santai. Begitu lama Eguh mengobrol dengan sang wali kelasnya lewat jaringan telepon seluler, hingga tak terasa hari pun mulai mendekati malam dengan terlihatnya senja di ufuk barat.

Karena Aisyah belum melihat keberadaan sang anak yang belum keluar kamar, akhirnya Aisyah mendatangi kamar sang anak untuk membangunkannya dikarenakan jam sudah pukul 5.00 sore.

Tok … Tok … Tok …

Suara ketokan pintu kamar Eguh terdengar dibarengi dengan teriakan memanggil sang ibu. Sehingga membuat Eguh mengakhiri obrolan dengan sang wali kelas yang terjalin lewat telepon seluler. Selesai menutup teleponnya, barulah Eguh membukakan pintu kamarnya dan menyapa sang ibu.

“Iya, Bu,” sahut Eguh sambil membuka pintu kamarnya.

“Jam berapa ini, Nak. Sana cepat mandi dan shalat Ashar,” perintah sang ibu.

“Siap,”

Bergegas Eguh mengambil handuk dan pergi mandi, sedangkan sang ibu kembali lagi ke dapur untuk menyiapkan masakan buat makan malam. Dan sang ayah terlihat sedang menyiapkan bahan-bahan untuk membuat mie dan yang lainnya. Begitulah suasana setiap sore di keluarga sederhana ini.

***

Malam hari selesai makan malam seperti biasa Eguh dan kedua orang tuanya ngumpul bersama di ruang keluarga sambil nyantai dan nonton TV, dengan ditemani beberapa camilan di toples, kue di piring dan es sirup di teko air plastik. Obrolan santai tersaji dalam kebersamaan keluarga sederhana itu.

“Maaf, Nak! Gimana dengan pengumuman Bidik Misinya?” tanya sang ibu mengawali obrolan santai.

“Alhamdulillah, Yah, Bu. Tadi sore dikabari sama Pak Sodik kalo Eguh lolos Bidik Misi,” jawab Eguh.

“Alhamdulillah, Nak,” ucap sang ibu.

“Alhamdulillah, nanti ayah coba kasih kabar ke om dan tante kamu,” ucap sang ayah menambahi.

Tok … Tok … Tok …

“Assalamu’alaikum,”

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu depan dan salam dari seseorang. Sehingga membuat obrolan santai keluarga sederhana ini terhenti. Tanpa disuruh Eguh pun beranjak dari tempatnya duduk dan pergi membuka pintu depan yang diketuk oleh seseorang.

Saat pintu Eguh buka, ternyata tamu mereka adalah juragan H. Mansur dan istrinya Hj. Fatimah. Lalu langsung Eguh menyuruh H. Mansur dan Hj. Fatimah masuk dan mempersilahkan duduk.

“Wa’alaikumsalam. Pak haji, bu hajah silahkan masuk dan duduk,” pinta Eguh sambil menyalami dan mencium punggung tangan H. Mansur dan Hj. Fatimah bergantian.

“Bapak dan ibumu ada, Le?” tanya pak H. Mansur.

“Ada di dalam, sebentar saya panggil,” jawab Eguh dan langsung melangkah ke dalam memanggil kedua orang tuanya.

Eguh pun langsung memberi tahu kedua orang tuanya kalo tamunya H. Mansur dan Hj. Fatimah. Lalu sang ayah langsung menemui H. Mansur dan istrinya di ruang tamu, sedangkan ibunya pergi ke kamar untuk memakai jilbab. Setelah memberi tahu kedua orang tuanya, Eguh langsung pergi ke dapur untuk membuatkan minum.

“Assalamu’alaikum, dek kaji,” sapa Hendra sambil menyalami H. Mansur dan istrinya.

“Wa’alaikumsalam, mas,” balas sapa H. Mansur dan istri berbarengan.

“Oh ya, mas, mbak Aisyah kemana?” tanya Hj. Fatimah.

“Ada kok, lagi ganti baju,” balas Hendra.

Tak beberapa lama Aisyah keluar dan bergabung dengan mereka bertiga di ruang tamu, begitu pun dengan Eguh datang membawa nampan yang berisi empat cangkir teh. Dan setelah menyajikan minum diatas meja tamu, Eguh langsung kembali ke dalam dan masuk ke kamarnya.

Obrolan santai pun mengawali kebersamaan sahabat lama ini di ruang tamu keluarga Hendra, hingga akhirnya sebuah obrolan serius mengenai maksud dan tujuan H. Mansur dan istri datang bertamu ke rumah Hendra. Ternyata tujuan H. Mansur dan istri datang bertamu ke rumah Hendra adalah untuk meminta bantuan Aisyah istri Hendra agar bisa mendaftarkan anaknya Cindy masuk di Pesantren tempat H. Mansur dan istrinya dulu mondok.

“Mbak, mas, maaf sebelumnya. Kedatangan kami berdua kemari ingin minta bantuan mbak Aisyah,” ucap H. Mansur dengan serius.

“Waduh, emang mau minta bantuan apa ne ke kami yang hanya keluarga sederhana, tidak seperti keluarga dek kaji yang mampu,” ucap Aisyah merendah.

“Ah, bisa aja mbak ini,” balas Hj. Fatimah.

“Begini mbak, kedatangan kami kemari ingin minta bantuan untuk mendaftarkan Cindy di pesantren yang diasuh oleh kedua orang tua mbak,” jelas H. Mansur menambahi.

Dan obrolan kedua keluarga di ruang tamu rumah keluarga Herman berlanjut ke obrolan santai hingga malam semakin larut, H. Mansur dan istrinya ijin pamit untuk pulang dikarenakan malam hari semakin larut dan kasihan pada sang anak sendirian di rumah.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • LUKA TAK BERDARAH   105. PART LIMA PULUH TUJUH

    Keesokan harinya…Hari jum’at ini Eguh pergi ke sekolah seperti biasa. Selesai mandi dan mengenakan seragam sekolah warna cokelat serta sepatu hitam Eguh segera pergi ke sekolah. Sebelum berangkat ke sekolah, Eguh mampir dulu ke warung nasi di depan kosannya untuk sarapan. Sengaja pagi ini dia sarapan nasi uduk.Selesai sarapan barulah Eguh berangkat ke sekolah dengan jalan kaki. Saat Eguh sampai di depan gerbang sekolah, dia bertemu dengan Indah yang baru turun dari mobil yang mengantarnya.“Hai …,” sapa Eguh ramah, saat dirinya bertemu dengan Indah.“Hai juga!” balas sapa Indah.“Gimana kabarnya ni? Kok sepertinya sekarang jarang ke kantin?” lanjut Indah bertanya.“Ya begini ini …, Alhamdulillah baik. Kamu sendiri apa kabarnya?” jawab Eguh, lalu balik bertanya.“Lu bisa lihat sendiri kan kondisiku …, Alhamdulillah baik juga

  • LUKA TAK BERDARAH   104. PART LIMA PULUH ENAM

    Sore hari menjelang, pukul 16:20. Di sebuah kosan… BRAAKKK! Suara pintu kosan tertabrak sesuatu dari luar. Eguh, Andre, Baron, Heru, dan Alek yang lagi nyantai di ruang tengah sambil nonton TV. Tiba-tiba kaget mendengar suara gaduh akibat benturan dari sesuatu yang menabrak pintu kosan. “Lek, tolong lu cek ada apa diluar!” pinta mas Andre. Lalu segera Alek beranjak melangkah menuju keluar untuk mengecek apa yang terjadi di luar kosan. Namun ketika Alek membuka pintu kosan. Betapa terkejutnya dia melihat Jay sudah tergeletak di tanah dengan muka lebam penuh luka. Darah membasahi wajahnya. “JAYY …,” teriak Alek kaget. Eguh, Andre, Baron dan Heru yang mendengar teriakan Alek, langsung beranjak melangkah ke depan. “Bro, ada apa lu teriak-teriak!” ucap mas Andre agak berteriak kepada Alek. “Iya ne! seperti kagak ada kerjaan!” timpal mas

  • LUKA TAK BERDARAH   103. BERTEMU SESEORANG (BAGIAN 2)

    Keesokan harinya… Di pagi hari yang cerah, angin pagi berhembus sepoi. Burung-burung bernyanyi dengan kicauannya yang merdu. Mentari bersinar dengan senyum cerianya menyinari pagi. Rutinitas pagi hari yang selalu Eguh kerjakan, belajar dan bersih-bersih kamar. Terkadang dia juga ikutan memasak sarapan pagi dengan teman-teman kost lainnya. Setelah mengerjakan semua itu, barulah Eguh pergi mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Selesai sarapan Eguh pun berangkat ke sekolah seperti biasanya dengan berjalan kaki. Sesampainya di dalam kelas, Eguh segera berjalan menuju ke bangkunya yang berada di belakang. Setelah menaruh tas ranselnya diatas meja, dia pun duduk santai dan mengambil buku pelajarannya untuk jam pelajaran pertama di hari kamis. Sambil menunggu bel masuk Eguh pun meluangkan waktu untuk membaca novel karya Kahlil Gibran yang dipinjamnya di perpustakaan beberapa hari yang lalu. Dan saat sedang as

  • LUKA TAK BERDARAH   102. BERTEMU SESEORANG

    Hari berlalu, minggu berganti, tak terasa sudah dua minggu berlalu setelah Eguh putus dengan Indah. Dua minggu yang menguras hati dan pikiran sudah Eguh lalui dengan kesabaran dan keikhlasan. Bagaimana dia belajar untuk menenangkan hatinya dengan cara mengikhlaskan kepergian orang yang seharusnya pergi. Agar dia bisa move on dan kembali menjadi kepribadian yang ceria. Sehingga di masa depan dia bisa membuka hatinya untuk cinta yang lain. Rutinitas yang Eguh lalui seminggu kemarin pun lebih terasa semakin nyaman. Sehingga bisa membuatnya berdamai lagi dengan hatinya. Kini dirinya juga bisa kembali fokus dengan pelajaran di sekolahnya. Kini Eguh sudah tidak lagi merasa canggung ketika di kantin sekolah ngumpul dan ngobrol dengan Indah. Obrolan di antara Eguh dan Indah sudah terlihat lebih nyaman kembali, bahkan tak jarang juga mereka bercanda bersama. Eguh terlihat benar-benar sudah bisa move on dari sang mantan. Seiring be

  • LUKA TAK BERDARAH   101. MOVE ON

    Eguh melangkah berjalan menuruni tangga menuju ke lantai satu restoran. Saat Eguh melintasi lantai dua, tak sengaja Eguh melihat Indah dan ketiga sahabatnya sedang makan dan ngumpul. Lalu dengan rasa sedikit ragu dia menghampiri sang mantan yang sedang makan plus ngobrol santai dengan ketiga sahabatnya. “Hai semua …,” sapa Eguh ketika sudah berada di hadapan Indah dan ketiga sahabatnya. “Eh, Guh! Lagi ngapain ni?” sapa Erna agak terkejut dengan kehadiran mantan sahabatnya. Maklum aja, kalo mereka berempat sedang asyik ngobrol pasti tidak begitu peduli dengan situasi sekitar mereka. Indah yang membelakangi Eguh, tiba-tiba salah tinggakah saat sang mantan berdiri tepat di belakangnya. Lalu dia segera menoleh ke belakang. “Guh, kok kamu disini?” tanya Indah. “Iya Er! Ini aku lagi ada acara dengan teman-teman kosan. Gabung yuk?” ajak Eguh. “Kangen sama kamu yang pernah mengisi hatiku dengan keindahan cinta …,” goda Eguh ke Indah sambil sen

  • LUKA TAK BERDARAH   100. MENCOBA MOVE ON

    Dalam heningnya malam…Di kamar kost, terlihat Eguh terdiam dalam hening dan sunyi. dia memikirkan perubahan yang terjadi pada sang mantan. Dia seakan tak percaya dengan sikap sang mantan siang tadi di kantin sekolah. Situasi siang tadi di kantin sekolah, seakan telah membawa kembali kebahagiaan hati yang telah lama dinodai kegalauan.‘Aku kira dia tidak mau lagi mengenal diri ini yang hanya seorang anak penjual mie ayam. Tetapi tadi siang tidak! Saat aku melihatnya di kantin sekolah, dia malah memanggil dan mengajakku untuk gabung satu meja dengannya. Huffttt …, sepertinya berteman dengannya adalah pilihan terbaik buat kebersamaan kita!’ gumam Eguh dalam hati.Karena suntuk di dalam kamar, Eguh mencoba untuk bersantai di teras depan kamarnya. Sambil bersandar ke pagar tembok tepian teras bangunan lantai dua, dia bisa menikmati indahnya cahaya rembulan dan kerlip bintang-bintan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status