DRRRTTT …
Suara HP Eguh yang teletak di samping kanan bergetar dan membangunkan tidurnya yang nyenyak di sore hari. Saat dilihatnya layar HP tertulis nama wali kelasnya, Pak Sodik. Lalu segera Eguh bangun dan mengangkat telepon dari sang wali kelas.
“Assalamu’alaikum. Iya bapak ada apa ya?” salam sapa Eguh pada sang wali kelas.
“Wa’alaikumsalam. Maaf bapak ganggu tidak ne?” balas salam sapa sang wali kelas.
“Tidak bapak, kebetulan baru bangun tidur,” jawab Eguh.
“Begini, Guh. Tadi siang bapak baru terima pengumuman dari SMA Negeri Kota Kumbang terkait Bidik Misi. Dan Alhamdulillah nama kamu masuk dan lolos lewat jalur Bidik Misi di SMA Negeri 1 Kota Kumbang,” jelas sang wali kelas.
“Beneran itu informasi, Pak?” tanya Eguh yang kaget dengan kabar dari sang wali kelas.
“Iya dong, masak bapak bohong, hahaha …,” ucap sang wali kelas becanda.
“Alhamdulillah, terima kasih,” ucap Eguh bahagia dan mulai berkaca-kaca.
“Besok jangan lupa ke sekolah, nanti akan bapak bantu persiapkan semua berkas yang dibutuhkan untuk kamu daftar ulang,” pinta sang wali kelas.
“Siap bapak,” ucap Eguh semangat.
Obrolan Eguh dengan sang wali kelas pun berlanjut dengan obrolan ringan dan santai. Begitu lama Eguh mengobrol dengan sang wali kelasnya lewat jaringan telepon seluler, hingga tak terasa hari pun mulai mendekati malam dengan terlihatnya senja di ufuk barat.
Karena Aisyah belum melihat keberadaan sang anak yang belum keluar kamar, akhirnya Aisyah mendatangi kamar sang anak untuk membangunkannya dikarenakan jam sudah pukul 5.00 sore.
Tok … Tok … Tok …
Suara ketokan pintu kamar Eguh terdengar dibarengi dengan teriakan memanggil sang ibu. Sehingga membuat Eguh mengakhiri obrolan dengan sang wali kelas yang terjalin lewat telepon seluler. Selesai menutup teleponnya, barulah Eguh membukakan pintu kamarnya dan menyapa sang ibu.
“Iya, Bu,” sahut Eguh sambil membuka pintu kamarnya.
“Jam berapa ini, Nak. Sana cepat mandi dan shalat Ashar,” perintah sang ibu.
“Siap,”
Bergegas Eguh mengambil handuk dan pergi mandi, sedangkan sang ibu kembali lagi ke dapur untuk menyiapkan masakan buat makan malam. Dan sang ayah terlihat sedang menyiapkan bahan-bahan untuk membuat mie dan yang lainnya. Begitulah suasana setiap sore di keluarga sederhana ini.
***
Malam hari selesai makan malam seperti biasa Eguh dan kedua orang tuanya ngumpul bersama di ruang keluarga sambil nyantai dan nonton TV, dengan ditemani beberapa camilan di toples, kue di piring dan es sirup di teko air plastik. Obrolan santai tersaji dalam kebersamaan keluarga sederhana itu.
“Maaf, Nak! Gimana dengan pengumuman Bidik Misinya?” tanya sang ibu mengawali obrolan santai.
“Alhamdulillah, Yah, Bu. Tadi sore dikabari sama Pak Sodik kalo Eguh lolos Bidik Misi,” jawab Eguh.
“Alhamdulillah, Nak,” ucap sang ibu.
“Alhamdulillah, nanti ayah coba kasih kabar ke om dan tante kamu,” ucap sang ayah menambahi.
Tok … Tok … Tok …
“Assalamu’alaikum,”
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu depan dan salam dari seseorang. Sehingga membuat obrolan santai keluarga sederhana ini terhenti. Tanpa disuruh Eguh pun beranjak dari tempatnya duduk dan pergi membuka pintu depan yang diketuk oleh seseorang.
Saat pintu Eguh buka, ternyata tamu mereka adalah juragan H. Mansur dan istrinya Hj. Fatimah. Lalu langsung Eguh menyuruh H. Mansur dan Hj. Fatimah masuk dan mempersilahkan duduk.
“Wa’alaikumsalam. Pak haji, bu hajah silahkan masuk dan duduk,” pinta Eguh sambil menyalami dan mencium punggung tangan H. Mansur dan Hj. Fatimah bergantian.
“Bapak dan ibumu ada, Le?” tanya pak H. Mansur.
“Ada di dalam, sebentar saya panggil,” jawab Eguh dan langsung melangkah ke dalam memanggil kedua orang tuanya.
Eguh pun langsung memberi tahu kedua orang tuanya kalo tamunya H. Mansur dan Hj. Fatimah. Lalu sang ayah langsung menemui H. Mansur dan istrinya di ruang tamu, sedangkan ibunya pergi ke kamar untuk memakai jilbab. Setelah memberi tahu kedua orang tuanya, Eguh langsung pergi ke dapur untuk membuatkan minum.
“Assalamu’alaikum, dek kaji,” sapa Hendra sambil menyalami H. Mansur dan istrinya.
“Wa’alaikumsalam, mas,” balas sapa H. Mansur dan istri berbarengan.
“Oh ya, mas, mbak Aisyah kemana?” tanya Hj. Fatimah.
“Ada kok, lagi ganti baju,” balas Hendra.
Tak beberapa lama Aisyah keluar dan bergabung dengan mereka bertiga di ruang tamu, begitu pun dengan Eguh datang membawa nampan yang berisi empat cangkir teh. Dan setelah menyajikan minum diatas meja tamu, Eguh langsung kembali ke dalam dan masuk ke kamarnya.
Obrolan santai pun mengawali kebersamaan sahabat lama ini di ruang tamu keluarga Hendra, hingga akhirnya sebuah obrolan serius mengenai maksud dan tujuan H. Mansur dan istri datang bertamu ke rumah Hendra. Ternyata tujuan H. Mansur dan istri datang bertamu ke rumah Hendra adalah untuk meminta bantuan Aisyah istri Hendra agar bisa mendaftarkan anaknya Cindy masuk di Pesantren tempat H. Mansur dan istrinya dulu mondok.
“Mbak, mas, maaf sebelumnya. Kedatangan kami berdua kemari ingin minta bantuan mbak Aisyah,” ucap H. Mansur dengan serius.
“Waduh, emang mau minta bantuan apa ne ke kami yang hanya keluarga sederhana, tidak seperti keluarga dek kaji yang mampu,” ucap Aisyah merendah.
“Ah, bisa aja mbak ini,” balas Hj. Fatimah.
“Begini mbak, kedatangan kami kemari ingin minta bantuan untuk mendaftarkan Cindy di pesantren yang diasuh oleh kedua orang tua mbak,” jelas H. Mansur menambahi.
Dan obrolan kedua keluarga di ruang tamu rumah keluarga Herman berlanjut ke obrolan santai hingga malam semakin larut, H. Mansur dan istrinya ijin pamit untuk pulang dikarenakan malam hari semakin larut dan kasihan pada sang anak sendirian di rumah.
***
Di kamar Eguh … Selesai menghidangkan minuman yang dibuatnya di meja ruang tamu, Eguh langsung pergi ke kamarnya. Sambil berbaring terlentang di kasur, Eguh memainkan handphonenya, mencari nomor seorang cewek yang sangat dikenalnya di kotak telepon handphonenya. Setelah ketemu kontak nomor si cewek, Eguh pun mencoba untuk menghubungi si cewek. Tutt … Tutt … Tutt … Dan tak beberapa lama telepon Eguh diangkat sama si cewek. “Hallo …, kalo cuma pengen gangguin orang doang nggak usah resek pakek telepon segala, Guh. Aku lagi sibuk ne, pless …,” bentak si cewek yang ternyata Cindy. Malam ini Cindy memang lagi beres-beres barang yang akan dibawanya besok di pesantren, memang dari sore sepulang nongkrong bareng teman-teman geng Cindy menyiapkan segala keperluan yang akan dibawanya nanti saat dirinya mondok. “Santai dong tuan putri, ndak usah ngegas gitu napa. Emang lagi PMS ya?” goda Eguh.
Gara-gara permintaan dari Cindy semalam membuat hati Eguh senang dan bahagia, sehingga membuat dirinya melupakan janjinya yang pernah dibuat dengan Pak Sodik wali kelasnya. Sehingga membuat Eguh bingung memilih janji mana yang harus dia dahulukan, karena dua-duanya begitu penting baginya. Jika dirinya kembali mengecewakan Cindy mungkin gadis yang dia cintai ini akan marah dan benci padanya, itu pasti. Dalam kebimbangan hatinya ini, akhirnya Eguh lebih memilih untuk menghubungi Pak Sodik wali kelasnya, untuk menggalkan dan menunda janji dengan beliau. Eguh mencoba untuk menghubungi Pak Sodik pagi sebelum siap-siap untuk berangkat mengantarkan Cindy ke Pesanten. Saat Eguh menghubungi wali kelasnya untuk membatalkan janjinya dan menjelaskan atas pembatalan janjinya, Pak Sodik ternyata juga tidak bisa datang ke sekolah dikerenakan ada kepentingan keluarga mendadak, ada keluarganya yang meninggal sehingga beliau sekeluarga pergi takziah ke rumah saudaranya itu. Setelah mengakhiri
Selesai melaksankan ibadah shalat Isya’ dan makan malam bersama, kembali Kyai Ali, Nyai Nurul, Hendra dan keluarga, serta H. Mansur dan keluarga berkumpul di ruang keluarga, mereka semua kembali terhanyut dalam obrolan keakraban sebuah keluarga bahagia. Dengan ditemani segelas teh hangat dan juga beberapa piring gorengan dan kue basah, obrolan mereka semakin seru aja di ruangan itu. “Maaf Kyai sebelumnya, kedatangan saya dan istri kesini ingin menitipkan anak kami mondok dan ngabdi di pesantren,” jelas H. Mansur mengutarakan tujuannya kemari disela-sela obrolan. “Mmm, iya aku sudah tau Sur, semalam putriku Aisyah ngabari kalo dirinya mau ngantarkan anakmu sekaligus berlibur,” balas Kyai Ali. “Tapi bagaimana dengan putrimu, apakah dia sudah siap dari hati untuk mondok? Kalo belum jangan dipaksa,” tambah Kyai Ali menegaskan. “Insya Allah Cindy siap Kyai, Nyai. Selain ingin berhijrah, Cindy juga ingin sekali mendalami ilmu agama,” jelas Ci
Sementara itu di sebuah ruang tamu yang megah rumah milik Kyai Ali, terdengar obrolan santai dari beberapa orang yang sedang ngumpul di ruangan megah tersebut. Dalam obrolan orang dewasa ini, tiba-tiba abinya Aisyah menanyakan hal terkait hubungan cucunya dengan putrinya H. Mansur. Mendengar pertanyaan dari Kyai Ali, membuat seluruh orang yang ada di ruang tamu terkejut. “Abi tau dari mana kabar ini? Pasti umik ya yang mengadu ke abi?” tanya Aisyah penasaran dan sedikit kebingungan karena dirinya waktu hanya mengabari terkait hal ini pada umiknya, waktu dia mengabari umiknya melalui jaringan telepon. “Abi gitu, hihihi …,” ucap abinya Aisyah dengan canda khasnya. “Benar Kyai, kami sudah mengikat kedua anak kami dalam jalinan pertunangan walaupun tidak terikat. Namun kami belum memberi tahu mereka berdua Kyai,” jelas H. Mansur. “Mmm …, sebenarnya abi setuju-setuju aja sih dengan niat baik kalian berdua untuk menjodohkan kedua anak k
Selesai sarapan dan ngobrol-ngobrol satai di ruang keluarga, Cindy dan kedua orang tuanya pergi mandi dan siap-siap. Karena pagi ini rencananya H. Mansur dan Hj. Fatimah akan mendaftarkan sekolah putrinya di SMK. Setelah berpakain rapi dan berdandan, Cindy melangkah keluar kamar sambil membawa sepatu kets hitam di tangan kanannya dan tas rangsel yang berisi berkas persyaratan mendaftar di punggungnya. Saat Cindy sedang melangkah berjalan ke ruang keluarga rumah Kyai Ali, pandangan mata Eguh seakan tak berkedip melihat Cindy yang saat ini terlihat begitu cantik. “Cu, nanti kalo kamu cari istri, carilah istri seperti nak Cindy ini ya Cu, udah cantik, sholehah lagi,” goda Nyai Nurul. “Aduh males nek, Cindy memang cantik dan sholehah, tapi cerewet dan paling suka nyubit pinggang Eguh,” rengek Eguh. Mendengar pernyataan Eguh itu membuat telinga Cindy menjadi panas, hatinya melepuh, dan amarahnya pun memuncak. Fix Cindy marah pada Eguh.
Setelah menerima hasil pengumuman anaknya, barulah H. Mansur dengan ditemani istrinya mengurus segala administrasi pembayaran yang menjadi tanggungan putrinya. Sementara itu Cindy memilih pergi meninggalkan ruang sekretariat pendaftaran dan mencari tempat yang nyaman untuk dirinya bisa mengobrol dengan sahabat yang dicintainya melalui jaringan pesan singkat aplikasi W******p. Cindy pun memilih untuk duduk santai di taman sekolah yang ditumbuhi pepohonan yang rindang. *** Sementara itu di rumah orang tua Aisyah … Disebuah ruang keluarga yang cukup besar, terlihat empat orang sedang mengobrol santai tapi serius. “Maaf ni Nak, sebelumnya. Boleh Abi tanya sesuatu,” ucap Kyai Ali sedikit sungkan. “E … eh, iya Abi, boleh,” jawab Eguh sedikit gelisah. “Begini Nak, udah berapa tahun kamu tidak pulang dan menjenguk keluargamu?” tanya Kya Ali. Hendra yang mendengar pertanyaan dari ayah mertuanya Kyai Ali, tiba-tiba
Menjelang sore … tepat jam 2.30. “Assalamu’alaikum,” ucap salam Kyai Ali saat sudah berada di depan pintu rumahnya. “Wa’alaikumussalam,” balas semua orang yang berada di dalam rumah. Lalu masuklah Kyai Ali ke dalam rumah yang diikuti oleh Nyai Nurul, Aisyah dan Hendra, serta beberapa santri putra yang membawakan barang-barang belanjaan. “Wah, banyak amat itu belanjaannya mbak,” tanya Hj. Fatimah. “Biasa dek kaji kalo sudah di rumah orang tua, hihihi …,” ucap Aisyah tersenyum. “Buk, titipan Eguh tidak lupakan?” tanya Eguh yang tadi sempat nitip sesuatu ke ibunya. “Beres, emang buat siapa sih?” balas sang ibu sambil bertanya balik. “Ada deh, Ibu kepo ih …,” ucap Eguh. “Iya … iya, barangnya masih di mobil, ibu taruh di bangku tengah,” balas sang ibu. “Siap Buk, makasih ya Buk,” ucap Eguh. “Oh ya, ini dek kaji buat ole-ole,” ucap Aisyah sambil memberikan dua kresek besar. “Waduh, ngrepotin aj
‘Maafkan aku ya …, jika kamu akan membenciku setelah ini, aku menerima keputusanmu itu. Kini aku hanya bisa pasrah dengan penghakimanmu nanti, karena aku tahu apa yang aku ucapkan tadi padamu tak pantas. Iya tak pantas aku ucapkan pada orang yang benar-benar aku cintai dan sayangi,’ gumam Eguh dalam hati, saat mengetahui sahabat yang dia cintai sudah tak terlihat dari pandangannya. “Nak, ayah kecewa sama kamu, tidak seharusnya kamu nyakitin hati perempuan, apalagi di depan banyak orang seperti barusan. Ayah yakin pasti Cindy kecewa dan sedih. Kalau memang kamu tidak suka sama dia, cukup kamu selesaikan berdua dengannya, ndak usah seperti tadi,” tegur sang ayah dengan raut muka kecewa. “Ibu juga kecewa Nak, sama sikap kamu tadi. Ingat Nak, penyesalan datangnya belakangan dan jangan sampai kamu menyesal nanti. Kalau tiba-tiba kamu jatuh cinta pada Cindy tapi dia menolakmu, gimana perasaanmu? Pasti akan sama seperti yang dirasakan Cindy saat ini,