Share

LUKA TAK BERDARAH
LUKA TAK BERDARAH
Penulis: Eguh Setiawan

1. PART SATU

“Bagaimana, Nak,” tanya sang ayah dengan perasaan khawatir, ketika mengetahui anak laki-lakinya yang baru datang dari sekolah tempatnya menuntut ilmu. Walaupun Hendrawan mengetahui kalo anak laki-lakinya ini terbilang anak yang pintar dan selalu menjadi bintang kelas (selalu mendapatkan peringkat 1) selama ini di sekolahnya, di SMP Negeri 1 Bunga Harapan.

“Alhamdulillah, Yah, Bu,” ucap Eguh berkaca-kaca menyampaikan kabar gembira ini pada kedua orang tuanya, setelah hari ini dirinya menerima kabar kelulusan dari sekolahnya.

Hari ini adalah bertepatan dengan pengumuman kelulusan siswa SMP/MTs sederajad. Sehingga membuat seorang siswa bernama Eguh Hendrawan Putra merasa gelisah dan resah hatinya menunggu kabar kelulusannya, terlebih lagi kedua orang tuannya yang menunggu di rumah.

Tepat jam 8.00 pagi, para wali kelas masing-masing kelas IX mengumumkan berita kelulusan pada siswa didiknya di masing-masing kelas. Dan saat mengetahui dirinya dan semua teman-temannya lulus, hati Eguh merasa senang. Sujud syukur pun Eguh lakukan di dalam kelas setelah mendengar kabar kelulusannya.

Di rumah, setelah kedua orang tua Eguh mendengar berita kelulusan dari sang anak, kedua orang tua Eguh merasa senang dan gembira mendengarnya.

***

Eguh Hendrawan Putra adalah anak laki-laki dari pasangan suami istri bernama Hendrawan dan Siti Aisyah, dirinya tinggal di sebuah pedesaan bernama Bunga Harapan. Kedua orang tua Eguh bekerja sebagai penjual mie ayam. Walaupun dirinya berasal dari kalangan keluarga sederhana, Eguh tidak merasa kecil hati dengan nasibnya yang dilahirkan sebagai anak dari keluarga sederhana ini. Bahkan dirinya memiliki mimpi untuk bisa membahagiakan kedua orang tuanya kelak.

***

Hari sudah beranjak malam, dibangunan rumah yang terlihat sangat sederhana yang ditumbuhi banyak pohon buah-buahan di halaman depan dan belakang rumah, terlihat sebuah keluarga bahagia sedang bercengkrama setelah makan malam di ruang keluarga sambil menonton TV.

“Oh ya, Nak. Nanti rencana kamu mau melanjutkan sekolah dimana?” tanya sang ibu mengawali percakapan.

“Eguh inginnya sih melanjutkan di SMA Negeri 1 Kota Kumbang. Itu pun kalo ayah dan ibu mengijinkan,” jawab Eguh menjelaskan keinginannya pada kedua orang tuanya.

“Baiklah, Nak. Yang penting kamu di sana sekolahnya tidak bermalas-malasan dan ingat jangan suka berkelahir,” jelas sang ibu sedikit khawatir melepas anaknya untuk sekolah di tempat yang jauh dari pantauan mereka berdua. Apalagi ketika sang anak sedang marah, maka dirinya pasti tidak mampu mengontrol emosi yang menguasai dirinya.

“Insya Allah, Bu,” ucap Eguh berjanji pada sang ibu.

Eguh yang mendapat nasehat dari sang ibu, membuat dirinya merasa bersedih dan merasa sangat bersalah sekali kepada kedua orang tuanya, karena selama di SMP dirinya sering menyusahkan kedua orang tuanya. Meskipun Eguh seorang siswa berprestasi di sekolahnya, sifat liar dirinya yang suka berkelahir sedikit banyak membuat kedua orang tuanya khawatir.

“Sudahlah dek, mas yakin anak kita ini bisa jaga diri disana nanti. Lagi pula anak kita ini kan sudah besar, biarkan dia belajar untuk mandiri. Dan lagi pula di Kota Kumbang ada paman dan bibinya yang bisa menjaganya,” jelas Hendra panjang lebar menengkan hati istrinya yang terlihat khawatir.

“Memangnya Arman tugas di Kota Kumbang ya mas?” tanya Aisyah.

“Iya dek, kalo tidak salah baru kemarin dia dipindah tugaskan di Kota Kumbang,” jelas Hendra.

Dengan sedikit memberikan pengertian pada sang istri, Hendra pun bisa meyakinkan sang istri untuk tidak khawatir melepas kepergian sang anak yang ingin melanjutkan SMA di Kota Kumbang. Hendra juga bilang pada sang istri akan mencoba untuk menghubungi sang adik iparnya nanti.

Karena malam semakin larut, Eguh pun ijin kepada kedua orang tuanya yang masih duduk santai di ruang keluarga sambil nonton TV untuk pergi tidur. Lalu sambil menahan kantuk, Eguh beranjak pergi meninggalkan kedua orang tuanya menuju ke kamarnya. Sesampainya di dalam kamar Eguh tidak langsung pergi tidur, ia membaringkan tubuhnya sejenak di kasur.

‘Akhirnya usai sudah tiga tahun perjalanan diriku ini dalam menuntut ilmu di bangku SMP. Memang begitu banyak kenangan yang terjalin di masa-masa SMP, seakan semua memberikan gambaran nyata tentang perjalanan diriku dalam mencari arti sebuah kehidupan yang akan terus aku jalani,’ gumam Eguh dalam hati, hingga membuat dirinya larut dalam tidurnya.

 ***

Suara adzan subuh berkumandang di langit-langit kesunyian

Mengisyaratkan sebuah tanda untuk raga ini terbangun

Terjaga dari buaian bunga tidur

Untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim

Dengan masih sedikit mengantuk, Eguh mencoba untuk bangun dari kasur dan berjalan menuju ke kamar mandi yang berada di belakang rumahnya, setelah mendengar adzan subuh berkumandang merdu di telinganya. Eguh berjalan keluar kamarnya dan menuju kamar mandi dengan sambil mengucek-ngucek kedua matanya dengan menggunakan tangan kanannya.

Sesampai di kamar mandi, Eguh langsung membasuh mukanya dan dilanjutkan dengan berwudhu’. Setelah rapi dengan stelan sarung dan baju koko serta kopiah, barulah Eguh melangkah ke mushalla bersama dengan kedua orang tuanya.

Selesai menjalankan ibadah shalat subuh berjamaah dan mengaji, seperti biasa Eguh membantu kedua orang tuanya menyiapkan bahan-bahan untuk berjalan mie ayam. Tugas Eguh membantu ayahnya membuat adonan mie dan mencetaknya, sambil membantu mengiris-iris sayuran. Sedangkan sang ibu membuat kare ayam dan bumbu-bumbu pelengkap serta sambel.

“Oh ya, Nak. Nanti kamu ada acara kemana?” tanya sang ayah, sambil kedua tangannya mengaduk adonan tepung.

“Tidak ada, Yah,” jawab Eguh, sambil memotong-motong sayuran.

“Kamu bantu-bantu di warung ya, Nak. Soalnya akhir-akhir ini warung mie ayam kita pelanggannya mulai rame, kasihan ibumu kewalahan melayani pesanan pelanggan,” tanya sang ayah kembali, sambil menjelaskan panjang lebar kondisi warung mie ayam kedua orang tuanya.

“Siap bos,” jawab Eguh dengan semangatnya.

Melihat anaknya yang begitu semangat untuk membantu kedua orang tuanya berjualan, membuat hati kedua orang tuanya bangga dan senang.

Setelah semua bahan pembuatan mie ayam dimasukkan ke wadahnya masing-masing, barulah sang ibu menyiapkan hidangan untuk sarapan pagi. Sambil sang ibu menyiapkan lauk dan sayuran untuk menu sarapan pagi, Eguh membantu sang ayah mengantarkan bahan-bahan pembuat mie ayam ke kios tempat kedua orang tuanya berjualan mie ayam.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status