Share

Kebangkitan untuk Kematian

Cerita bersifat fantasi atau karangan saja, jika terdapat salah kata dan lain sebagainya—mohon dimaafkan.

*bahasa asing yang di gunakan hanya buatan, tidak memiliki arti secara nyata.

Selamat membaca~

***

"Ănæğ! Ərįèfž qœū łăźįß..."

Hah?

"Bŕəķ łæh!!! Ķūež Ĺevæ..."

Apa itu? 

"Ŕœłsēs... ßłăvõþ... ýæs, ßłvořòm łaþ..."

Apakah itu bahasa?

"Arghh?"

Kenapa pandangan ku kabur?

Cepatlah fokus!

"Arghm~"

Hah?

Apa ini? Kenapa hal pertama yang menyambut ku adalah—langit?

Hamparan langit biru yang terang dengan beberapa awan disana. Suhu disini juga terasa panas dan terik.

Dimana ini? Dimana aku?

Bukannya hal pertama yang ku dapati seharusnya adalah langit-langit kamar ku? Tapi ini dimana?

"Agh!" Aku menutup cepat mata ku ketika merasakan perih gara-gara lupa berkedip.

Tunggu? Kenapa rasanya satu mata ku aneh? Aku menutup lalu membuka salah satu diantara mata ku tapi yang kudapat adalah gelap.

Gelap tak berujung.

Perasaan kaget memenuhi jiwa ku. Cepat kembali aku membuka mata yang satunya, pemandangan yang sama terlihat. Langit cerah dengan hamparan awan.

"Řqūłæ... Ŕūźłòp ßəçķf řèbæ ŕœś..."

Suara asing kembali terdengar, persis seperti sebelumnya. Aku tak mengerti satu kata pun.

"Đwèýķł bñmxž đßĺæ qwàďkķł ßəĺjhbď"

"ßəçķf Řqūłæ Ĺevæ!!"

"ßłăvõþ Ănæğ Ərįèfž qœū łăźįß—"

SIIIIINGGGGG!!!!

Tunggu!!! Tunggu!!! 

Bising?! Bising sekali?! Semakin didengar kenapa semakin bising!!! Ribuan kata asing seperti menggerogoti telinga ku?!

Sebenarnya aku berada dimana?! 

Kenapa rasanya seperti di—

"Baa!" (Pasar)

Aku kembali terbelalak kaget. Bukan itu kata yang ingin ku ucapkan. Tapi kenapa yang keluar terdengar seperti kata tanpa arti dengan nada rengekkan?

Hah?

Rengekan?

"Byaa baa baaa braaba ba!"

Apa yang sebenarnya terjadi?

"BAA BA BBAARBA!!!"

Aku kembali berusaha bersuara—lagi-lagi suara rengekkan bayi yang terdengar. Apa jangan-jangan? Tidak mungkin!

Ada apa dengan semua keanehan ini?!

Aku lalu berusaha menggerakkan salah satu tangan. Jari-jari kecil berjumlah lima buah terlihat seperti ingin menggapai langit di satu penglihatan ku.

Aku berkedip pelan, gelap menyela diantara kedip itu.

Sambil berusaha mencerna situasi yang tengah ku alami, aku ingin menggerakan sisa anggota gerak lainnya. Tapi tak ada yang terlihat selain tangan kanan ku.

Deg!

Aku yakin aku sudah mencoba menggerakannya, apa yang terjadi?

Rasa panik dan gelisah makin merundung diri ku. Pandangan yang semula mengarah ke langit indah berubah menuju lain. Gang sempit dengan cat warna kusam terlihat, seperti dinding tua tak terawat. Selain itu tepat di ujung gang arah lain langit, ramai lalu lalang orang-orang di sana.

Kios-kios sederhana dari tenda dan meja kayu berisi berbagai macam barang. Sosok terdekat dengan kios itu pastilah para pedagang; dia berbicara dengan bahasa asing kearah beberapa orang—seperti menawarkan barang yang mereka jual pada pelanggan.

Benar, ini adalah pasar.

Aku berada di sebuah pasar.

Aku kembali mengalihkan pandangan, kali ini aku penasaran pada wujud diri ku sendiri. Memang terdengar aneh; aku hanya coba meyakinkan diri ku saja.

Menyoroti setiap sudut yang masih bisa terjangkau oleh satu mata ku—mencari-cari benda apa saja yang bisa memantulkan bayangan tubuh ku. Tapi semua itu berakhir buntu ketika pandangan ku malah tertutup kain kusam berwarna coklat, teksturnya agak kasar.

Aku mencoba menggerakan tangan dan tubuh ku, menjauhkan kain itu. Susah payah. Meski hanya sedikit dan samar-samar aku masih bisa merasakan keberadaan kedua kaki ku. Hanya saja gerakan yang ku lakukan seperti tak berarti apa-apa sampai aku melakukan kesalahan.

Tampaknya aku tengah berada di posisi yang agak tinggi, sedikit oleng. Aku terjatuh begitu saja. 

"Bugh!"

Suara hantaman kecil terdengar. Tubuh ku jatuh di daerah pijakan; bentuk jalan yang tersusun oleh bata-bata berjejer terlihat. Kain yang menutupi tubuh ku tadi ikut terjatuh tak jauh dari diriku.

"Hiks... hniks..." suara bernada sedih terdengar oleh ku, mata ikut berkaca-kaca. Tubuh ku sakit. Sakit sekali.

"Huee!!! Hhuweee!!!" suara meraung terdengar; aku mencoba bersi keras untuk menghentikan tangisan tapi malah semakin kencang. Seperti respon alami tubuh ini terhadap rasa sakit. Rasanya hancur. 

Hancur sekali.

Lalu di sela isak tangis ku ada hal lain yang kembali mengejutkan ku. Tepatnya pantulan diri ku di sebuah pecahan kaca berukuran sedang di ujung gang.

"Huew!!!"

Apa ini?

Ternyata benar.

Benar dugaan ku. Wujud tubuh ku saat ini adalah sosok bayi kecil yang meringkuk di tanah. Hanya satu pemikiran yang terlintas di otak ku.

Jiwa ku terlempar atau terlahir kembali. Dalam wujud reinkarnasi—itu menjelaskan sosok baru didepan ku.

Masalahnya, bagaimana bisa aku terlahir kembali? Apa penyebabnya? Dan kenapa ingatan lain masih tersimpan?

Lalu ada sedikit hal lain yang mengganggu ku.

Tubuh ini tidak memiliki tangan kiri dan hanya memiliki kaki kecil sampai lutut dengan sebelah mata buta. Hanya satu simpulan yang dapat menjawab ini. Dia cacat.

Aku terlahir kembali dalam tubuh cacat.

Dan jika melihat posisi ku saat ini—berada di sebuah gang. Bayi berumur kurang dari 1 tahun di gang sempit tanpa pakaian dan hanya selembar kain kusam?

Dia dibuang—

Aku telah di buang.

Tampaknya aku akan dibiarkan mati disini—dengan sendirinya.

Sungguh jahat~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status