Share

83. Perasaan berbeda

Penulis: VAD_27
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-06 17:42:03

Air laut membentuk lorong vertikal raksasa, meliuk tajam dari dasar laut hingga menembus permukaan. Di tengah lorong arus itu, Kael berdiri di atas punggung King Seadragon, kuda laut raksasa berkulit hitam mengilap, tubuhnya sebesar bangunan tiga lantai, matanya bersinar biru pekat.

Kael memejamkan mata sejenak, merasakan tekanan naik drastis ketika mereka mendekati permukaan. Air bergetar, cahaya dari atas mengabur karena benturan antara esensi laut dan angin dari daratan.

Dalam hatinya, Kael tahu waktu tidak berpihak padanya. Riverin, pasukan Kekaisaran, sekte yang mulai terguncang, dan... Vaeli.

Dia menahan napas, lalu,

BYUR!

King Seadragon menembus permukaan laut dengan dentuman keras, menciptakan tsunami kecil yang menyebar dari titik kemunculan mereka. Kael berdiri kokoh di atas punggung monster itu, siap menuntaskan tugasnya dan memimpin pasukan Sekte Black Ocean sesuai rencana.

Namun belum sempat Kael mengambil satu langkah, sebuah serangan arus laut menyambar dari arah kanan!
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   91. Kael VS Plagius

    Langit menghitam. Awan menggumpal seperti daging langit yang luka. Petir menyambar dari balik gumpalan awan gelap, menyinari siluet dua sosok yang berdiri saling berhadapan di garis batas antara laut dan tanah.Di satu sisi, berdiri Kael, tubuhnya dibalut Tide Armor—mantel air laut membentang dari bahu hingga pergelangan, rambutnya berkibar dihembus badai. Di sekelilingnya, air bergolak, seolah dunia basah itu sendiri merespons kehadirannya.Di sisi lain, menjulang tinggi, berdiri Kaisar Plagius dalam bentuk barunya—Golem Daratan Ardor. Tubuhnya bukan lagi berdaging, melainkan terdiri dari batu, mineral, dan magma. Tingginya mencapai dua puluh meter. Tubuh raksasa itu berdetak seperti jantung bumi. Dari punggungnya, pilar-pilar batu melesak seperti duri, dan matanya menyala merah menyilaukan.Pertarungan terakhir telah dimulai.Kael melangkah pertama.Air di bawah kakinya berputar, membentuk semacam landasan loncatan. Dalam satu dorongan, tubuhnya melesat seperti tombak, menerjang dad

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   87. Serangan mematikan

    Angin laut berembus perlahan, tapi udara di pesisir itu terasa berat. Di antara mayat prajurit kekaisaran yang terdampar di pasir basah dan rakyat Tydoria yang mulai sadar dari trauma, dua pria berdiri saling berhadapan. Pollux, Tetua Laut Tengah, berdiri tegap, jubahnya bergoyang seiring arus yang berputar lembut di sekitarnya. Di depannya, berlutut di pasir yang basah oleh darah dan hujan, adalah Jenderal Shipor Black. Wajah Shipor lusuh. Rambutnya acak-acakan. Matanya merah bukan karena amarah, tapi karena beban yang menghancurkan dirinya dari dalam. “Pollux…” suaranya lirih, patah-patah. “Aku… aku tak punya pilihan…” Pollux tidak menjawab. Pandangannya tetap dingin, menembus lubuk hati Shipor yang paling gelap. “Aku tahu aku salah.” Shipor mengepalkan tangannya. “Aku tahu Kael mempercayaiku lebih dari siapa pun. Aku… aku bersumpah setia padanya. Tapi… saat mereka mengancam keluargaku, istri dan anakku… aku tak bisa. Aku tak bisa bertaruh nyawa mereka!” Tangis lirih keluar da

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   86. Rencana Kael

    Di atas menara pusat Kekaisaran Ardor, Kaisar Plagius berdiri dengan tangan bersilang di depan dadanya. Angin membawa jubah emasnya berkelebat pelan, menyatu dengan aura bumi yang terpancar dari seluruh tubuhnya. Tatapannya menyapu lautan yang kini terkurung dalam kubah air buatan Sekte Black Ocean.Namun, yang membuatnya tersenyum puas bukanlah kekuatan sekte atau keberanian para kultivator laut yang mengelilingi kerajaannya.Melainkan ketakutan mereka.“Lihat mereka,” gumam Plagius pada dirinya sendiri, “begitu banyak kekuatan, namun satu nyawa pun tak berani dikorbankan. Karena mereka tahu ... aku memegang kunci penderitaan.”Di balik senyum dingin itu, dia melambaikan tangan ke arah penasihatnya.“Mulai serangan. Biarkan mereka merasakan sia-sianya semua penyerangan yang mereka lakukan ini.”Prajurit yang berdiri di belakangnya memberi hormat dan berteriak memberi aba-aba. Tak lama, dari dalam tembok kekaisaran, ratusan kultivator bumi mulai mengisi benteng depan. Mereka menyiapka

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   85. Menyerang Ardor

    Langit di atas kekaisaran Ardor menggelap, bukan karena malam, melainkan karena ribuan bayangan berdiri tegak di atas lautan mengelilingi pulau utama kekaisaran. Ombak yang biasanya jinak kini bergulung liar. Angin laut bertiup kencang, membawa aroma perang dan kemarahan yang telah lama ditahan.Di sepanjang garis lingkar luar pulau, para komandan utama Sekte Black Ocean berdiri memimpin barisan pasukan mereka. Masing-masing mengenakan jubah kultivasi laut dan simbol klan di dada. Mereka berdiri di atas permukaan air seolah laut adalah daratan mereka. Mata mereka terfokus pada satu hal: pulau kekaisaran Ardor.Wastron berdiri di sisi timur, memimpin barisan utama. Tangannya membentuk mudra segel air, dan ratusan anggota sekte di belakangnya mengikuti gerakannya. Di sisi barat, Jeral dari Divisi Arus Dalam membentuk formasi putaran untuk menopang kekuatan pelindung. Di sisi utara dan selatan, dua pemimpin pasukan lainnya memperkuat arah angin laut agar stabil, agar teknik mereka tak bu

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   84. Perasaan Austin

    Langit gelap mencurahkan hujan deras tanpa henti, membasahi seluruh pesisir tempat pertempuran berlangsung. Butiran air mengguyur keras, mengaburkan penglihatan, menenggelamkan suara langkah, dan menyelimuti dunia dalam kabut kelabu yang mencekam. Di tengah badai itu, dua sosok berdiri saling berhadapan.Vaeli, dengan jubah tempurnya yang robek dan basah kuyup, menggenggam pedang airnya erat. Tangan kirinya berdarah, dan kakinya gemetar. Namun mata peraknya tetap menatap tajam lawan di hadapannya.Riverin, Putra Mahkota Kekaisaran Ardor, berdiri dengan tubuh penuh luka, tetapi aura bumi yang menyelimutinya tetap stabil. Hujan deras tidak memadamkan kilauan tanah di sekeliling tubuhnya. Pedangnya, berlapis teknik elemen bumi, bergetar perlahan di tangannya.Setiap gerakan mereka diwarnai intensitas yang brutal.Riverin maju lebih dulu, mengayunkan pedangnya ke samping, membelah hujan dengan satu tebasan horizontal. Vaeli menangkis serangan itu dengan posisi silang, dua tangan menggengg

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   83. Perasaan berbeda

    Air laut membentuk lorong vertikal raksasa, meliuk tajam dari dasar laut hingga menembus permukaan. Di tengah lorong arus itu, Kael berdiri di atas punggung King Seadragon, kuda laut raksasa berkulit hitam mengilap, tubuhnya sebesar bangunan tiga lantai, matanya bersinar biru pekat.Kael memejamkan mata sejenak, merasakan tekanan naik drastis ketika mereka mendekati permukaan. Air bergetar, cahaya dari atas mengabur karena benturan antara esensi laut dan angin dari daratan.Dalam hatinya, Kael tahu waktu tidak berpihak padanya. Riverin, pasukan Kekaisaran, sekte yang mulai terguncang, dan... Vaeli.Dia menahan napas, lalu,BYUR!King Seadragon menembus permukaan laut dengan dentuman keras, menciptakan tsunami kecil yang menyebar dari titik kemunculan mereka. Kael berdiri kokoh di atas punggung monster itu, siap menuntaskan tugasnya dan memimpin pasukan Sekte Black Ocean sesuai rencana.Namun belum sempat Kael mengambil satu langkah, sebuah serangan arus laut menyambar dari arah kanan!

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status