Home / Fantasi / Lahirnya Pengendali Orion / Bab 6. Pengintaian

Share

Bab 6. Pengintaian

Author: Ady Farista
last update Last Updated: 2025-08-28 21:49:07

"Kau lihat di sana," tunjuk Rachel ke sebuah losmen di atas bukit. Bukit itu berada tepat di belakang gedung, mungkin di sana adalah tempat yang cocok untuk mengintai.

"Pilihan yang bagus, Rachel."

Mobil kembali bergerak, menapak jalan menanjak di punggung bukit. Jika diperhatikan dari jendela, truk-truk itu berjejer di halaman belakang gedung tata kelola perkotaan. Tak disangka, halaman itu begitu luas, lebih pantas disebut area parkir daripada halaman.

"Pantas saja mereka memilih tempat ini, tapi aku belum puas sebelum mengetahui bahwa itu memang markas mereka," ujar Rachel.

Mobil berhenti di depan lobby. Bangunan dua lantai itu menghadap ke arah timur, sangat sempurna karena sudut pandang yang luas menyapu area di bawah.

Pemandangan di sekitar losmen juga sangat memanjakan mata, sehingga tidak membuat cepat jenuh duduk berjam-jam mengawasi sesuatu. Sejauh mata memandang, nampak hamparan hijau dengan banyak rumpun pohon maple yang daunnya mulai menguning.

Di sisi timur, tepat di depan losmen, gedung tata kota bersanding dengan kastil tua yang ditutup dengan alasan renovasi. Kastil diberi pembatas agar warga sipil tidak keluar masuk seenaknya.

Di sisi utara terdapat hutan kota dan berbatasan dengan bukit yang memanjang dari losmen yang mereka datangi. Kontur bukit di belakang hutan lebih mirip tebing daripada perbukitan yang melandai. Dengan dinding terjal dan bebatuan setinggi kurang lebih lima puluh meter, praktis sangat sulit jika seseorang turun dari sana.

Di sisi selatan terdapat sungai Liffey yang mengalir sejajar dengan jalan aspal. Membentang dari laut Irlandia menuju pegunungan Wicklow dan mengalir hingga di belakang bukit yang menjadi batas alam kota Dublin.

Dengan letak geografis tersebut, akses keluar masuk ke gedung tata kelola perkotaan hanya melalui jalur timur. Karena jika dari arah barat, sudah tidak mungkin karena tidak ada jalan penghubung di sana. Mereka memang jeli untuk mencari markas karena memang diperlukan tempat yang terpencil. Meski Dublin merupakan ibukota, tapi letak gedung itu dikelilingi bentang alam yang seolah jadi pembatas.

"Selamat pagi, Nona. Selamat datang di losmen Triump, ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang resepsionis wanita.

"Selamat pagi. Kami ingin menginap di sini, apa masih ada kamar kosong?" tanya Rachel.

"Kebetulan masih tersisa empat kamar lagi, ada kamar twin dan deluxe. Mau yang mana?"

"Twin," jawab Rachel cepat.

"Baik, mohon tanda pengenalnya?"

Rachel memberikan id card untuk diperiksa. Terdengar suara keyboard ditekan jari terampil resepsionis, wajahnya serius memperhatikan layar sembari menggulir mousepad. Selang beberapa saat wanita itu mengembalikan kartu identitas dan memberikan kunci kamar.

"Silakan, ini kuncinya. Selamat beristirahat."

"Terima kasih."

Mereka menyusuri lorong mencari letak kamar yang nomornya tertera di kunci. Kamar itu ada di atas, terletak tepat di atas lobby dengan jendela mengarah ke timur.

Untuk ukuran losmen, luas kamar ternyata cukup lega dengan dua tempat tidur terpisah. Nuansa krem dipadu putih dari gorden yang menghalangi cahaya matahari pagi masuk. Lantai dari kayu cheddar putih, menonjolkan serat kayu berupa garis-garis coklat bermotif lingkaran, semakin di luar berubah menjadi lonjong memanjang.

"Coba lihat itu."

Di bawah sana, mereka menurunkan patung berbagai macam bentuk menggunakan forklift. Belum ada yang bisa dijadikan petunjuk siapa mereka sebenarnya.

"Terlalu jauh, kita tidak bisa melihat lebih detail," keluh Judy.

Kemudian, dari arah gerbang sebuah mobil sedan mengkilat baru saja datang dan memasuki halaman belakang. Dari dalam, keluar pria botak dengan kaca mata hitam dan mengawasi proses bongkar muat. Rachel memicingkan mata terhadap perawakan yang tidak asing.

"Tunggu dulu, aku tahu siapa orang itu."

Judy yang awalnya menata ulang tempat tidur, lantas mendekati jendela mengikuti arah pandang Rachel.

"Yang mana?" tanya Judy penasaran.

"Yang botak," tunjuknya pada seorang pria di dekat mobil sedan.

"Dia pemimpinnya?"

"Bukan. Tapi dia orang penting juga, mungkin salah seorang petinggi organisasi."

"Jadi fix, ya, itu adalah markas The Myth."

Rachel menggeleng. Dibutuhkan bukti jauh lebih banyak lagi untuk bisa dikatakan sebagai markas. Hanya karena kehadiran seorang petinggi, tidak serta merta itu memang markas mereka. Bisa jadi dia hanya bertugas mengawasi pekerjaan yang dilakukan di luar markas.

"Saya belum yakin."

Rachel terus memperhatikan aktivitas tersebut, hingga dia melihat benda yang nampak sangat familiar. Benda itu pernah berdiri gagah di suatu ruangan, benda berupa meja batu berbentuk lingkaran dengan ukiran di permukaannya. Meja tanpa kaki dengan garis tengah 1,5 meter itu dulu berada di dalam museum, tempat di mana orang tua Rachel bekerja.

"Altar Cumhail, itu altar Cumhail," seru Rachel seraya menunjuk ke forklift yang mengangkut batu berbentuk lingkaran tersebut.

"Altar? Altar macam apa sekecil itu?"

"Itu adalah bagian altar paling atas, bentuk aslinya jauh lebih besar mirip sebuah panggung. Tapi yang dipajang di museum hanya lempengan batu itu saja, karena cuma itu yang tersisa di situs."

Altar Cumhail itulah yang dicuri dari museum, mereka juga menculik orang tua Rachel untuk menerjemahkan naskah kuno yang dimiliki pemimpin The Myth.

"Jadi, menurutmu itu cukup untuk membuktikan orang tuamu ada di sana?"

"Bisa jadi, karena ukiran altar Cumhail masih ada hubungan dengan sesuatu yang dimiliki The Myth. Tebakanku, altar itu diangkut ke sini guna diterjemahkan ayah untuk membuka semacam kunci. Itu tertulis di buku catatan kuno yang mereka lewatkan, buku itu sangat penting, untung saja mereka tidak menemukannya."

"Jadi, ada di mana buku itu sekarang?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 56. August merubah rencana

    Kedatangan August yang muncul tiba-tiba seperti hantu, membuat raksasa penjaga kembali bangkit. Rupanya roh tersebut merasakan kekuatan gelap dan besar hadir, kekuatan yang bisa saja mengundang bencana di kemudian hari.Sihir Geovani hanya membuat raksasa itu jatuh untuk sementara. Sekarang roh itu kembali berdiri dengan mata merah menyala. Hanya bagian dada yang terlihat di permukaan air, sedangkan sisanya berada di dalam."Dia bangkit lagi." Geovani menatap makhluk itu dengan kecewa, lantaran sihirnya ternyata tidak berpengaruh.Krul lantas mengeluarkan bayangan rantai. Kedua tangannya dijulurkan ke depan, lalu sekitar sembilan buah rantai hitam meluncur deras mengikat kaki, tangan, dan leher raksasa itu hingga tidak bisa bergerak.Tak berhenti sampai di situ, rantai itu melilit kencang. Rantai sihir yang dilengkapi duri itu menancap kuat hingga tubuh raksasa itu terkoyak dan mengeluarkan cahaya merah.Dengan tetap menapakkan kedua tangan di permukaan tanah, Krul tersenyum miring. "

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 55. Dibuka paksa

    “Triskele ini bukan hanya kunci. Ia juga penentu siapa yang layak mengakses altar Cumhail. Jika kita bisa mengaktifkan sisi pelindungnya, mungkin kita bisa mengunci kembali segel itu bahkan sebelum August sampai di sana.”Sam bersandar ke kursinya. “Dan untuk itu, kita butuh waktu. Sementara mereka menggali Calais, kita harus mendahului mereka dengan memahami cara kerja artefak itu sepenuhnya.”Rachel berdiri, menatap peta besar di dinding yang menandai lokasi-lokasi Celtic kuno. “Kalau lokasi altar Cumhail benar-benar ditemukan di Calais, itu berarti jalur energi ley line dari Irlandia melewati titik itu. Artinya, semua energi spiritual akan berpusat di sana saat ritual dilakukan.”Adam berjalan ke sisinya, mengangguk. “Dan jika Triskele ditempatkan di titik pusat ley line, mungkin bisa memutus arus itu.”Sam menatap mereka berdua. “Lalu siapa yang akan pergi ke Calais?”Keheningan memenuhi ruangan sejenak.Akhirnya, Adam menjawab tanpa ragu, “Aku dan Rachel. Kau tetap di Dublin, Pam

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 54. Kunjungan Sam Lawrence

    Rachel menatap Adam. “Artinya… August tidak akan bisa membangkitkan segel itu meski ketiga syarat sudah dipenuhi?”Adam diam beberapa saat sebelum menjawab, “Tidak semudah itu. Triskele hanya mencegah kekuatan segel bangkit dengan sempurna. Tapi jika seseorang menemukan cara untuk memutar spiralnya ke arah sebaliknya… keseimbangan itu bisa hancur.”Rachel terdiam. Dalam hatinya muncul rasa takut yang tak bisa dijelaskan. “Dan kau yakin August akan mencoba?”Adam mengangguk mantap. “Dia tidak akan berhenti sampai segel itu terbuka. Karena di balik segel Cumhail bukan hanya kekuatan sihir kuno—tapi sesuatu yang jauh lebih besar. Sebuah entitas yang bahkan Oishin sendiri takutkan. Tapi aku tidak tahu siapa entitas tersebut yang sanggup mencegah segel Cumhail terbebas."Suara jam berdetak pelan. Di luar, hujan turun semakin deras.Rachel menatap Triskele dengan wajah tegang. “Kalau begitu… apa yang harus kita lakukan sekarang?”Sebelum Adam menjawab, pintu kamar mereka diketuk tiga kali.

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 53. Lokasi altar Cumhail

    Kabut tipis menyelimuti jalanan Calais di pagi hari. Angin laut yang asin bertiup dari arah pelabuhan, membawa aroma besi karat dan air laut yang menguap. Di kejauhan, deru ombak menghantam dinding beton dermaga tua yang sudah berlumut. Di antara suara camar dan kapal kargo yang merapat, sebuah mobil hitam berhenti di depan reruntuhan gereja tua, tak jauh dari tebing batu cadas abu-abu yang menjulang menghadap Selat Inggris.Dari dalam mobil itu keluar tiga orang: Geovani, Elber, dan Krul, tiga petinggi The Myth yang dipercaya langsung oleh August. Wajah mereka menyimpan keheningan yang berat, seolah menyadari bahwa langkah mereka kali ini bukan sekadar misi biasa.Geovani menatap reruntuhan di depan mereka, berupa tebing batuan cadas abu-abu menjulang tinggi.“Di sinilah,” katanya lirih. “Tempat sumpah gencatan senjata pernah diucapkan.”Elber membuka catatan tua di tangannya. Di antara lembaran kertas rapuh itu, tertera aksara kuno dengan tinta yang hampir pudar. “Menurut catatan da

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 52. Adrien Lloris dan Calais ?

    Asap tipis masih mengepul dari kap mobil sedan hitam yang ringsek di tepi jalan Prague. Sopirnya meringis, mencoba keluar dengan tubuh penuh luka. Namun Krul tetap duduk tenang di kursi belakang. Tatapannya tajam menembus gelap, menatap jauh ke arah jalan yang telah ditinggalkan Adam.Tangan Krul meremas kursi kulit hingga robek. Ia tahu ini bukan kecelakaan biasa. Ada trik yang dimainkan. Namun tanpa bukti, ia tidak bisa langsung memastikan.Krul menarik napas panjang, lalu mengambil ponsel hitam berukiran lambang The Myth. Jemarinya menekan nomor cepat.Sambungan tersambung hanya dalam dua dering. Suara berat, penuh wibawa, terdengar dari seberang.“Krul.”Krul menundukkan kepala, seolah August bisa melihatnya melalui ponsel.“Bos… aku gagal membawa artefak dari Prague. Lelang itu dimenangkan oleh seorang investor muda dari Paris. Namanya Adrien Gilbert Lloris.”Suara di seberang hening sejenak. Lalu August berkata datar, “Artefak itu tidak sepenting yang kau kira. Jangan risau.”Kr

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 51. Berhasil meloloskan diri

    Sopir menoleh sebentar, lalu mengangguk. “Baik, Tuan.”Mobil melaju lebih kencang. Roda melibas genangan air, menyipratkan air kotor ke trotoar kosong. Kota Prague setelah hujan seperti labirin basah, dengan jalan sempit yang mudah menjerat siapa saja yang tidak tahu jalur.Di belakang, sedan hitam itu tetap mengikuti, menjaga jarak."Adam menghela napas. Aku tidak bisa melawan dia di sini. Jika aku menggunakan sihirku secara terang-terangan, Krul pasti akan mengenalinya," kata Adam seorang diri.Tiba-tiba, sebuah kilasan ide muncul di benaknya. Orion—entitas yang bisa ia bentuk sesuai kebutuhan. Dia tidak perlu menyerang langsung. Hanya butuh trik kecil, samar, tapi efektif.Adam menutup matanya sejenak, menyatukan pikirannya dengan Orion. Suara deras tetesan air dari atap gedung dan sisa rintik hujan menambah fokusnya. Orion muncul dalam imajinasinya, berwujud cahaya putih kebiruan yang berdenyut.Itu pilihannya. Jalanan Prague yang basah bisa menjadi senjata alami tanpa meninggalka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status