Home / Fantasi / Leah dan Rahasia Sihir / BAB 7 - Galen dan Ingatannya

Share

BAB 7 - Galen dan Ingatannya

Author: Kamila Rahma
last update Last Updated: 2024-09-18 20:30:18

"Huwah! Terimakasih kak Arez telah menyelamatkan aku dari belenggu kakak!"

Sepanjang perjalanan pulang, Galen terus mengeluh menggunakan suara lantangnya. Pria itu terus mengeluhkan kakaknya yang selalu memberikan banyak perintah.

"Kak Leah itu sama seperti ibu. Tidak akan pernah berhenti memberi perintah dari A hingga A lagi. Rasanya aku bisa gila kalau terus menerus begini!" lanjutnya.

Arez yang sejak tadi hanya diam mendengarkan, ia sengaja mengacak-acak rambut Galen, bersamaan dengan tawa kecil yang masih melekat di wajahnya. Ia sangat hafal dengan sifat Leah, dan membuatnya paham dengan segala kekesalan Galen.

Setelah pergi dari rumah penelitian milik Leah, kedua orang itu terus berjalan menuju ke istana. Arez sengaja ingin ke istana karena tahu kalau ayahnya sedang berada di sana. Sedangkan Galen tak ada alasan khusus, karena ia hanya ingin mengikuti saudara laki-lakinya pergi.

"Ngomong-ngomong, apa yang akan kau lakukan di istana kak?" tanya Galen.

"Tidak ada. Aku hanya ingin menyapa emperor Rashzan dan para penghuni istana."

"Apakah raja Eiridis juga ada di sana?"

"Entahlah."

"Aku berharap raja Eiridis juga berada di istana."

"Memangnya kenapa?"

"Karena aku ingin melihat guardian miliknya, Trisha."

"Sebaiknya kau urungkan niatanmu itu. Karena saat ini tidak ada pertemuan apapun di istana."

Arez sangat yakin bahwa di istana sedang tidak ada bangsawan lain selain Duke Hans.

"Tak masalah, aku akan ikut denganmu. Siapa tau aku bisa melihat dan bertemu putri Anna. Aku penasaran, secantik apakah wajah putri sampai emperor harus menyembunyikan di istana~" ucap Galen dengan matanya yang berbinar.

Putri Anna adalah salah satu putri kerajaan Brigstone yang tidak pernah keluar dari istana. Rumor yang tersebar dari para pelayan dan ksatria kerajaan berkata, kalau paras putri Anna sangatlah cantik. Karena itulah, emperor sengaja menyembunyikan putri hingga pesta Debutnya tiba.

"Kalau dipikir-pikir, kak Arez sering ke istana bukan?" tanya Galen yang dibalas anggukan kakaknya.

"Lalu, apa kakak pernah melihat putri Ann-"

Duar!

Dentuman keras tiba-tiba terdengar dari tengah kota.

Duar!

"Kya!"

Tidak hanya sekali, suara dentuman itu terdengar hingga 5 kali. Disusul oleh jeritan para warga yang mulai berhamburan keluar.

"Kak, itu apa!"

"Entahlah, ayo ke sana."

Suara itu terdengar dari arah tengah kota, tepatnya di wilayah para bangsawan tinggal,termasuk kediaman Arez dan Galen.

"Lari dari sana! Kenapa kalian ke sini!"

Suara rakyat mencoba menghalangi Arez dan Galen saling bersahut. Mereka berlumuran darah sembari sibuk membawa harta benda mereka masing-masing. Tetapi Arez tidak memperdulikan larangan para warga. Mereka tetap berusaha mendekat ke arah kota.

"Biarkan kami lewat!" teriak Galen di antara himpitan para manusia lainnya.

Arez melihat Galen yang tengah kesusahan untuk melewati kerumunan itu pun segera menarik lengannya.

"Terimakasih kak-"

"Jangan ragu. Hantam mereka balik dan gunakan bahumu" ujar Arez tiba-tiba.

Galen sempat terkejut dengan ucapan Arez yang terkesan tidak memperdulikan keselamatan rakyat. Namun keterkejutannya pun menghilang saat mendengar kalimat Arez selanjutnya.

"Saat seperti ini, kau tidak perlu takut jika kau akan melukai para rakyat. Ingat, kau hanya menghantam mereka dengan bahumu. Jangan sampai mereka yang lebih dulu menghantammu."

"Baik kak, aku mengerti."

"Ayo, kita harus segera ke sana."

Kalimat Arez terus terngiang-ngiang di kepala Galen. Sejak itulah, Galen dengan begitu mudahnya melewati para manusia yang terus belarian dari arah berlawanan.

Suasana kota saat itu sangatlah mencekam. Langit bewarna merah, menutupi awan-awan biru di sana. Pepohonan berjatuhan dan ikut menutupi jalan di kota Brigstone. Bahkan bukan hanya pohon yang berjatuhan, puluhan manusia juga turut berjatuhan dengan darah yang menyelimuti tubuhnya.

"Galen!"

Suara seorang wanita terdengar memanggil namanya. Ia adalah Lannie, ibunda Galen yang tengah berlari menghampiri putranya.

"Ibu! Apa yang sebenarnya terjadi.."

"Kau harus cepat pergi dari sini. Ini bukanlah kota Brigstone yang seperti dulu, putraku."

"Apa maksud ibu?"

"Para monster menembus gerbang Murloc dan datang ke istana. Karena itulah kau mendengar bom di sana, bukan. Itu untuk menghentikan para monster mendekati istana."

"Tapi bom itu melukai para warga!"

"Kita tidak bisa melakukan apa-apa. Hal ini dilakukan untuk melindungi Emperor Rashzan, nak. Hanya dengan melindungi rakyat yang bisa kita lakukan saat ini."

"Kalau begitu, izinkan aku membantu ibu."

"Tidak. Pergilah bersembunyi- tunggu."

Countess Lannie tiba-tiba terdiam. Matanya mulai mencari ke segala arah saat tidak melihat keberadaan putrinya.

"Kenapa kalian hanya berdua. Kakakmu, di mana kakak mu!" tanya Countess tiba-tiba.

Saat itulah Galen dan Ibunya bertambah cemas karena hilangnya Leah.

"Cepat temukan kakakmu dan pergi bersembunyi. Jangan kembali ke sini jika kalian tidak memiliki rencana" pinta ibunya sembari mengalungkan sebuah tas coklat miliknya untuk Galen.

"Apa maksud ibu. Bagaimana dengan ibu. Kalau begitu ibu harus ikut dengan kami. Mana ayah, bu. Kita harus pergi bersama."

Galen terus menghujani ibunya dengan berbagai pertanyaan. Namun ibunya justru menatap Arez dan menggenggam tangannya.

"Arez, putraku. Bibi memohon padamu, lindungi keluarga kita, nak. Bibi percaya kau mampu untuk menyusun rencana melindungi negeri. Kau harus ingat ini. Banyak pengkhianatan di sini. Jangan pernah kembali ke sini dengan tangan kosong."

"Kau tidak perlu khawatir. Ibu dan ayahmu akan selalu baik-baik saja. Tidak ada yang bisa menyentuh mereka" lanjutnya.

Kalimat yang diucapkan bibinya membuat Arez penasaran. Tetapi ia tidak bisa menahan bibinya untuk menjelaskan semua hal, lantaran Countess Lannie sudah pergi menjauh seusai memeluk dan mencium kening Galen.

Setelah itu, satu monster berukuran besar tiba-tiba menampakkan dirinya, tepat di belakang Galen.

"Galen belakangmu!"

Klang!

Dengan sigap Arez menebas monster yang tadinya ingin menerkam Galen. Sementara anak itu, ia ternganga dengan pemandangan yang barusan terjadi.

"Cepat temukan Leah dan segera ke bangunan tua di dalam hutan Murloc milik Hugo. Kau masih ingat jalannya, bukan" ujar Arez menyadarkan Galen dari pikiran kosongnya.

"I-iya kak. Aku segera ke sana."

"Berhati-hatilah. Aku akan segera menyusul kalian."

Setelah itu, Arez menghilang di antara para monster berukuran sedang yang sejak tadi terus berjalan mondar-mandir. Sementara Galen, ia mulai berlari menghampiri Leah.

Sepanjang jalan menuju tempat di mana Leah terakhir kali terlihat, Galen terus menatap para manusia yang ketakutan. Membawa dirinya ke arus rasa takut dan seakan ingin mengontrol tubuhnya untuk ikut berlarian tanpa arah. Tetapi kesadarannya telah kembali, saat melihat Dante. Kedua mata mereka bertemu.

"Galen. Apa yang kau lakukan di sini."

Dante berlari kecil menghampiri Galen. Hanya sepersekian detik untuk Galen mencerna apa yang barusan ia lihat. Kepalanya masih dipenuhi dengan arus para manusia yang berhamburan.

"Entah kak, aku tak tahu harus kemana.." jawab Galen dengan tatapan kosong.

Melihat adiknya dengan tatapan kosong, Dante menyadari sesuatu dan segera menepuk bahunya.

"Sadarlah. Kau bangsawan, bukan para rakyat. Kau tahu tempat untuk kembali, Galen."

Kalimat Dante sekali lagi menyadarkan Galen dari lamunannya.

"Syukurlah kau sudah sadar. Sekarang cepat bawa kakakmu dan bersembunyilah di istana. Tempat itu satu-satunya area yang aman dari para monster. Tapi jika kau ragu, tinggalah di dalam rumah itu bersama kakakmu. Kalian akan aman di sana untuk sementara waktu" sambungnya.

"..Baik kak, terimakasih sudah memberitahu ku.."

"Aku percayakan Leah padamu, karena aku harus mencari Duchess dan Duke. Berhati-hatilah, Galen."

Usai mengucapkan kalimat tersebut, Dante segera berlari ke arah pusat kota Brigstone. Meninggalkan Galen yang masih termenung di tempatnya. Ia terus mengingat kembali seluruh kalimat yang diucapkan Dante.

"Aku tidak pernah menyembutkan akan menjemput kakak, bukan.."

Galen terus memikirkannya. Bagaimana bisa Dante tahu kalau ia sedang dalam misinya menjemput Leah.

"Ah, mungkin maksudnya kak Dante, aku harus segera melindungi kak Leah. Wajar jika ia memikirkan kakak, karena kami adalah keluarga, bukan" pikirnya.

Namun ada satu hal lagi yang terasa aneh untuk Galen. Mengapa ia mengarahkan Galen agar segera pergi ke istana, sedangkan ibunya menyuruh mereka untuk pergi dari sana.

"Kota Brigstone memang sudah tidak aman karena monster-monster itu. Tetapi, perbatasan Murloc bukankah menjadi tempat para monster itu bersarang. Harusnya kita semua tidak menuju ke sana, bukan. Jadi, siapa yang harus ku ikuti..."

Jangan lupa Vote dan komen yaaaaaa 😘🥰

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Leah dan Rahasia Sihir   Bab 30 - Para Guardian

    Ketika para Raja sedang berdiskusi di ruangan mereka, sebuah diskusi kecil juga tengah terjadi di antara para Guardian. Mereka saling terhubung satu sama lain, sesuai dengan ikatan dan ingatan pemilik mereka. Seperti saat ini, meskipun tak ada Trisha di sisi mereka, namun para Guardian tetap mengkhawatirkan keadaannya dan mencari tahu keberadaannya. "Sudah pasti semua ini ulah Joanna" ucap Pegi memulai percakapan mereka. Hanya ada Pegi, Sierra dan Rvo di sana. Mereka tidak berbicara, kecuali melalui isi kepala dan berbagai gerakan tubuhnya. Salah satunya Rvo yang terus berjalan mondar-mandir dan mengepakkan sayapnya namun tidak terbang. "Joanna, siapa dia?" balas Sierra. "Ia adalah seorang penyihir yang tadi menyerang Raja Eiridis dan teman-teman Blair" balas Pegi. "Oh jadi dia pelakunya. Lain kali jika aku melihatnya akan aku hancurkan wajahnya" ucap Rvo sembari memperlihatkan taringnya yang tajam. "Tenanglah, Rvo. Sebaiknya kita fokus mencari tahu keberadaan Trisha dan menye

  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 29 - Portal Sihir

    "Putra mahkota, apakah kami bebas memilihnya?" "Tentu saja Countess. Temukan kuda yang kau sukai."Lianne memang sangat mencintai kuda. Salah satu kegiatan yang paling ia sering lakukan adalah berkuda. Tentu saja berada di antara belasan kuda kerajaan membuatnya begitu senang. Ia langsung berlari mendekati kuda-kuda yang berjejer di kandangnya, mengabaikan Karzian dan Lilyana yang tertinggal di belakang."Semua kuda ini dulu milik Empress" ucap Karzian kepada Lilyana."Lantas belasan kuda itu sekarang siapa yang merawatnya?""Mereka adalah aset kerajaan dan menjadi tanggungjawab kami. Siapapun bangsawan yang ingin meminjamnya kami persilahkan."Empress mulai menyukai kuda semenjak sahabatnya, Eliza yang melatihnya."Kau tidak memilih kudamu sepertinya?" ujar Karzian seraya melirik Lianne."Haha, tidak perlu. Saya menerima kuda mana saja yang dipilih untuk saya, putra mahkota.""Aku kira kau juga sama menyukai kuda seperti Countess.""Sejak kecil hanya Lianne dan Eliza yang tertarik d

  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 28 - Buku Hijau Empress

    Setelah melalui perjalanan panjang di tempat kumuh dan gelap, akhirnya Karzian bersama Duchess serta Countess, mereka telah berhasil menuju pintu rahasia yang menghubungkan langsung ke ruangan milik Empress. Sebuah ruangan bernuansa hijau yang dipenuhi oleh lemari buku menjulang tinggi. Karena lemari-lemari buku itulah, pintu rahasia yang tadi mereka lewati dapat tersembunyi dengan baik. "Akhirnya! aku terbebas dari bau busuk itu.." kata Lianne. Begitu masuk ke dalam ruangan Empress, Lianne cepat-cepat menghirup nafas lega untuk mengobati paru-parunya yang hampir terkontaminasi aroma busuk. "Putra mahkota, setelah ini kita tak perlu melewati gorong-gorong seperti barusan, bukan?" tanyanya. Karzian pun menoleh padanya. "Tenanglah Countess, tak ada lagi jalanan bau dan kotor seperti tadi." "Hah.. syukurlah" ucap Lianne lega. Countess segera membenamkan dirinya di salah satu sofa b

  • Leah dan Rahasia Sihir   Bab 27 - Kedatangan Duke

    "Mengapa hanya kalian. Kemana Lilyana dan Lianne?" ujar Raja Eldof sesaat setelah menemui Duke dan Count.Ia mengira bahwa kedua putrinya telah tiba di istana dan tengah pergi ke suatu tempat. Awalnya raut wajah Raja Eldof nampak senang, seperti seorang ayah yang menunggu putrinya. Tetapi ekspresi senangnya pudar perlahan, tergantikan dengan kekecewaan saat melihat Duke yang justru membungkuk padanya."Rupanya aku salah paham ya?" Raja Eldof pun sadar. Lantas ia hanya terkekeh kecil, dengan bibir yang hanya terangkat di salah satu sisinya. "Tenanglah Yang Mulia. Lilyana dan Lianne baik-baik saja" ungkap Duke.Eiridis kemudian menepuk pelan bahu Eldof, bermaksud menguatkannya."Mereka ada di mana sekarang?" tanya Eiridis."Kenapa mereka tak ikut denganmu, Duke?" sahut Archmage turut menimpali."Lilyana dan Lianne saat ini tengah menjalankan tugas bersama putra mahkota Karzian, Yang Mulia. Putra Mahkota memecah

  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 26 - Berkumpulnya para Raja

    "Pegi, bisakah kau memberitahu para Guardian tentang kejadian hari ini. Aku butuh bantuanmu untuk memanggil para Raja kemari." Raja Eiridis meminta bantuan Pegi untuk menggunakan kemampuan telepatinya. "Kau tak perlu memanggil Trisha, karena berada cukup jauh dari kita" sambungnya. Pegi kemudian memejamkan matanya untuk beberapa saat. Raja Eiridis menggunakan waktu tersebut untuk berbicara dengan Raja Eldof. "Eldof, terimakasih bantuanmu." Raja Eldof hanya mengangguk, kemudian ia berkata "Bagaimana dengan keadaanmu, Eiridis." "Aku sudah jauh lebih lebih baik. Ucapkan terimakasih pada Mage muda itu." Mage muda yang dimaksud adalah Skye. Ia telah menceritakan semuanya kepada Eldof saat dirinya dalam perawatan medis. "Akan aku sampaikan nanti." Mereka sempat terdiam sejenak, memastikan Pegi yang ter

  • Leah dan Rahasia Sihir   Bab 25 - Rahasia Bersaudara

    "Kakak, apa kalian baik-baik saja" ucap Galen. Ia menunggangi Pegi bersama Abigail di depannya. Lalu setelah mereka turun, Abigail menyerahkan Pegi kepada Blair. "Terimakasih sudah membawa Pegi kemari." Abigail hanya mengangguk, tetapi wajahnya nampak letih. Mungkin membawa Pegi kemari bukanlah hal yang mudah untuk mereka, para manusia tanpa sihir. "Ayo kita selamatkan Leah" ujar Arez. Mereka berbondong-bondong menghampiri bibir tebing dan saling sahut memanggil nama Leah meski tak ada balasan. "Cepat kita harus turun." "Skye, biarkan aku saja yang turun bersama Pegi." Mereka pun mengangguk menyetujui keputusan Blair. Karena hanya Blair yang sudah cukup akrab dengan Pegi. "Berhati-hatilah, Blair." Blair segera menunggangi Pegi dan membisikannya sebuah kalimat.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status