Home / Fantasi / Legenda Dewa Racun / Bab 75 - Petunjuk Terkait Bandit Kapak Merah

Share

Bab 75 - Petunjuk Terkait Bandit Kapak Merah

Author: Murlox
last update Last Updated: 2025-03-31 01:51:07

Di lantai tiga bangunan utama Paviliun Alkemis, suasana tegang menyelimuti ruangan yang diterangi cahaya lentera redup.

Beberapa pria duduk melingkar di sekitar meja bundar dari kayu eboni, di atasnya terdapat gulungan peta, dokumen-dokumen, serta cangkir teh yang mengepulkan uap hangat.

Di antara mereka, Hao Jifeng, kepala Klan Hao, duduk tegap dengan raut wajah serius. Rambutnya yang telah beruban sebagian menandakan usianya yang tak lagi muda, tetapi sorot matanya tetap tajam. Dengan suara penuh wibawa, ia akhirnya membuka percakapan.

"Dengan sedikit petunjuk yang ada, sesuai permintaan Tuan Muda Shen, orang-orangku menemukan beberapa jejak yang mengarah pada kelompok bandit Kapak Merah." ucapnya.

Suasana tampak hening sesaat menyelimuti ruangan. Du Shen, pemimpin baru Paviliun Alkemis, tetap diam dan menatap kosong ke cangkir tehnya. Pantulan cahaya dari permukaan cairan itu menunjukkan bayangan samar wajahnya yang penuh akan luka masa lalu.

Jemarinya yang panjang dan kokoh meng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
makin menegang kan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Legenda Dewa Racun   Bab 134 - Permintaan Lebih Seperti Perintah

    Yang paling histeris di antara para tetua adalah Luo Ming, seorang pria tua berjubah perak yang wajahnya dipenuhi kerutan tuanya, namun matanya menyala penuh kebencian saat melihat siapa yang berdiri tegak di udara."Itu kau, anak muda yang sombong waktu itu!" desis Luo Ming penuh dendam, suaranya gemetar antara murka dan kebencian. Tangannya mengepal, ingatannya langsung melayang pada peristiwa di Paviliun Dewa Kekacauan beberapa waktu lalu, sebuah kekalahan memalukan yang membuat harga dirinya tercabik.Du Shen, hanya menatap ke bawah dengan sorot mata dingin dan datar. Sama sekali tak ada tanda bahwa ia mengenali Luo Ming atau menganggapnya layak untuk diberi perhatian lebih. Ucapan maupun ejekan tak keluar dari bibirnya. Baginya, orang-orang seperti Luo Ming tak lebih seperti angin lalu yang tak penting.Salah satu di antara sepuluh tetua sekte, pria paruh baya dengan jenggot rapi dan jubah merah berbulu berdiri tegak tak jauh di hadapan Du Shen, sorot matanya memandang dengan taj

  • Legenda Dewa Racun   Bab 133 - Sekte Pedang Bulan

    Di salah satu puncak gunung sekte Azure Dragon, kabut tipis bergelung pelan di antara pepohonan pinus tua yang berdiri tegak menghadap langit. Udara di sana begitu tenang, seakan waktu sendiri enggan bergerak. Di atas sebuah batu besar yang rata seperti altar kuno, Du Shen duduk dalam posisi bersila, tubuhnya tegak namun santai, napasnya teratur, dan auranya mengalir lembut, nyaris tak terdeteksi.Angin berhembus pelan, membawa guguran bunga kelopak plum yang jatuh dari pohon-pohon sekitarnya, melayang seperti serpihan mimpi. Bunga itu menari dalam diam, lalu mendarat tenang di atas permukaan tanah berumput.Du Shen tampak tak bergeming. Matanya terpejam, ekspresi wajahnya terlihat tenang, namun di balik ketenangan itu pikirannya terus bekerja, menggali misteri dunia yang sukar dimengerti."Hukum ruang dan waktu… terlalu misterius untuk dipahami," gumamnya pelan. "Sejauh ini, aku hanya bisa menyentuh permukaan dari hukum ruang. Bahkan petunjuk yang ditinggalkan oleh Leluhur Dewa Keka

  • Legenda Dewa Racun   Bab 132 - Informasi II

    Du Shen terdiam. Sorot matanya yang biasanya dingin kini tampak terguncang, seolah terjadi badai di dalam dirinya yang tak terlihat dari luar. Keningnya berkerut dalam, dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia menunduk, membiarkan pikirannya tenggelam dalam pusaran rasa frustrasi dan kegelisahan."Sepuluh tahun ya..." gumamnya lirih, hampir tak terdengar. "Apa tak ada cara lain? Waktu selama itu terlalu panjang bagiku. Aku... tak bisa menunggu selamanya."Nada suaranya merendah, tapi tak kehilangan keteguhan. Ada banyak hal yang harus ia lakukan di Benua Yang. Hal-hal yang menuntut penyelesaian. Orang-orang yang menunggunya, bukan dengan sambutan, melainkan dengan darah dan pedang.Lu Yan memandang pemuda itu dengan tatapan tenang, wajahnya masih tetap anggun meski dilingkupi ketegangan yang perlahan menyusup ke udara di antara mereka. Setelah jeda yang seakan membentang panjang, ia berkata pelan, "Sebenarnya... ada satu cara lain. Tapi jalannya tidak mudah dan terlalu beresiko. Bah

  • Legenda Dewa Racun   Bab 131 - Informasi

    "Apa kau tahu cara agar aku bisa sampai ke tempat itu?" tanya Du Shen, suaranya datar, nyaris tanpa emosi. Namun, di balik nada acuh tak acuhnya, matanya memancarkan sinar tajam penuh rasa penasaran yang membara.Ia duduk diam di kursi batu, tubuhnya tegap dan tak bergerak, seperti patung dewa perang yang menunggu jawaban dari semesta. Di hadapannya, di seberang meja kayu panjang yang terpahat indah dengan motif naga langit, duduk seorang wanita berwajah lembut dan anggun, tak lain adalah ketua sekte Azure Dragon, Lu Yan.Angin sore bertiup pelan, menyapu halaman Paviliun Dao Langit yang dipenuhi bunga plum putih yang tengah gugur satu per satu. Di tengah ketenangan itu, Lu Yan menuangkan teh hangat ke dalam dua cangkir giok hijau, aroma melati halus terangkat bersama uapnya.Sudah beberapa hari berlalu sejak Du Shen membantai habis sisa-sisa kelompok bandit Kapak Merah, tapi luka batinnya belum sepenuhnya sembuh. Kebencian itu masih menyala jauh di dalam hatinya, bagaikan bara yang b

  • Legenda Dewa Racun   Bab 130 - Kehancuran Sekte Kapak Darah

    Du Shen berdiri diam, tak terpengaruh oleh tatapan penuh amarah dari pria kekar di hadapannya itu. Sorot matanya dingin, tak menyiratkan sedikit pun rasa gentar atau simpati. Kebencian yang membara dalam dirinya tak meledak hanya lewat kata-kata belaka, melainkan dalam keheningan yang mengerikan. Ia tak mengucapkan sepatah kata pun. Bibirnya terkunci rapat, seperti menahan gelombang emosi yang terlalu sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Yang ada di benaknya kini hanya satu hal—menghancurkan sekte Kapak Darah sampai ke akar, hingga tak tersisa satu pun dari mereka yang bisa melihat hari esok. Wu Zhang, pemimpin sekte itu, mungkin mengira hanya dialah yang setara dan cocok melawannnya. Namun Du Shen bahkan tidak menoleh ke arahnya. Dalam sekejap mata, tubuhnya menghilang, dan sebelum siapa pun menyadari, ia telah berada di belakang Wu Zhang. Namun ia tak mengincar pria paruh baya itu, melainkan mengincar ke arah ratusan anggota sekte yang masih terpana di atas tanah. La

  • Legenda Dewa Racun   Bab 129 - Pertarungan Singkat Para Tetua Agung

    Energi Qi yang pekat dan suram mulai merembes dari tubuh ketujuh Tetua Agung sekte Kapak Darah. Masing-masing dari mereka dikelilingi aura kelam yang membentuk pusaran, seolah mereka menghidupkan kembali roh-roh terkutuk dari dunia bawah. Aura mereka tidak hanya menggetarkan tanah dan langit, tetapi juga menghantarkan hawa kematian yang membuat para anggota sekte lainnya mundur beberapa langkah, menggigil oleh rasa takut yang menancap langsung ke dalam jiwa mereka. Dalam sekejap, ketujuh tetua melesat ke langit, tubuh mereka membentuk pola melingkar sempurna dalam jarak puluhan meter. Tubuh mereka seolah menjadi penopang dari formasi iskripsi yang kini mulai terbentuk di udara. Garis-garis ungu gelap bersinar menyambung satu titik ke titik lainnya, membentuk lingkaran sihir raksasa dengan inskripsi kuno yang berdenyut seperti jantung iblis. Inskripsi-inskripsi itu berkilau, memancarkan kekuatan dari perpaduan teknik kuno. Wu Zhang berdiri gagah di belakang, senyum tipis teruk

  • Legenda Dewa Racun   Bab 128 - Sekte Kapak Darah

    Di suatu tempat terpencil di Benua Yin, tersembunyi di antara barisan pegunungan terjal yang menjulang seperti dinding batu raksasa dan hutan belantara yang nyaris tak terjamah manusia, di sana berdiri sebuah paviliun megah nan gelap. Bangunan itu tampak seperti kota kecil yang dibangun dengan arsitektur kasar namun kuat, dihiasi lentera merah yang menggantung di setiap sisi atap dan menebar cahaya temaram ke seluruh lembah.Tempat itu dikenal oleh sebagian kecil kalangan dunia bawah sebagai markas dari Sekte Kapak Darah, sebuah kekuatan di balik bayang-bayang yang belum banyak menonjolkan diri di permukaan Benua Yin. Sekte ini bukanlah kelompok penganut tradisi seperti Sekte Pedang Bulan atau sekte Azure Dragon—melainkan sebuah aliansi tersembunyi yang yerdiri dari kelompok-kelompok bandit gunung yang dulunya tersebar tanpa arah dan kendali. Walaupun mereka kini membentuk aliansi dalam sebuah sekte, tetap saja mereka adalah bandit gunung.Semua bandit itu disatukan di bawah satu pa

  • Legenda Dewa Racun   Bab 127 - Kabar Mengejutkan

    Tiba-tiba, suara ketukan ringan menggema dari luar kediaman. Sebuah ketukan pelan namun jelas, menyela malam yang nyaris sunyi.Hao Jifeng membuka matanya perlahan. Alisnya mengernyit, bukan karena terganggu, melainkan karena merasa aneh. Ia tak bisa mengetahui dengan jelas siapa yang mengetuk pintu itu. Seolah kultivasinya terlalu rendah untuk mengetahuinya.Ia bangkit dan melangkah ke pintu tanpa suara. Begitu ia membukanya, sinar lentera di sekitar menyinari sesosok pemuda tinggi dengan rambut perak yang memantulkan cahaya samar. Pemuda itu berdiri tegak, mengenakan jubah hijau tua yang membuat auranya terkesan misterius dan kuat.Sejenak, mata Hao Jifeng menyipit tajam. Refleks pertahanan bangkit dalam benaknya. Siapa orang asing yang berani datang ke halaman utama kediamannya saat malam begini? Tapi… wajah itu. Ada sesuatu yang familiar.Begitu matanya fokus dan ingatannya berputar cepat, ia pun terkejut mengenali siapa itu."Tu-Tuan Muda Shen!?" serunya, suaranya memecah kesunyi

  • Legenda Dewa Racun   Bab 126 - Kehawatiran Hao Jifeng

    Malam itu terasa berat dan sunyi. Langit diselimuti awan pekat, mengaburkan cahaya bulan hingga hanya bias temaram samar yang menerangi. Angin dingin berhembus pelan, membawa serta aroma tanah basah dan ketegangan yang menggantung di udara. Jalanan berbatu yang tersusun rapi di pekarangan utama sebuah kediaman tampak lengang.Seorang pria berusia tiga puluhan melangkah dengan mantap di bawah cahaya lentera yang tergantung di tiang-tiang halaman. Jubah gelapnya berkibar pelan setiap kali angin berembus. Dengan wajah serius dan langkah yang berat, ia berhenti di depan sebuah pintu kediaman megah.Tangannya terangkat perlahan dan mengetuk pelan tiga kali.Tak berselang lama pintu terbuka. Di baliknya berdiri seorang pria paruh baya mengenakan hanfu kelabu yang elegan namun sederhana. Rambutnya yang sebagian telah memutih diikat rapi ke belakang, dan sorot matanya tampak tajam namun terlihat sedikit letih. Wajah Hao Jifeng, kepala klan Hao—memancarkan kekhawatiran yang mendalam, seperti

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status