Share

Bab 4. Kekacauan di kota bambu

Bab 4. Kekacauan di Kota Bambu

"Baguslah kalau kematian sebentar lagi! Aku sudah lelah dengan semua ini! Lagipula aku tidak memiliki siapapun di dunia ini!" Ling menatap semua orang seperti menantang.

Dua minggu sudah ketegangan terjadi di kota Bambu. Sekarang, Ling dipastikan sebagai pelaku pembunuhan. Semua orang berkumpul untuk menyaksikannya dihukum mati. Di atas mimbar, sosok pemuda tiarap di atas balok kayu. Kedua tangan dan kaki terikat rantai. Semua orang mengerutkan kening saat melihat pemuda yang ingin dihukum mati tersenyum bahagia.

"Orang itu gila, dia bahkan begitu tenang saat ingin dihukum mati!"

"Bagaimana bisa dia tidak takut akan kematian!"

"Pemuda ini sangat misterius!"

Walikota Hong berjalan menaiki mimbar.

DRAP

DRAP

"Semuanya, hari ini kita menyaksikan langsung hukuman mati… setelah dirapatkan, dia dinyatakan bersalah dan menerima hukuman mati!"

"Hei tua bangka… bisakah kamu membunuhku sekarang? Tidak usah banyak basa-basi, lakukan sekarang dan penggal kepalaku!" ucap Ling terkesan seperti menantang.

"Kau…!"

"Lihat, dia sudah putus asa!" teriak salah satu orang dari keluarga Wen.

"Hukum mati sekarang!"

"Benar… hukum mati sekarang!"

Semua orang berseru penuh semangat, dua algojo mengangkat pedang hendak pemotong kepala, Ling memejamkan mata bersiap untuk kematian. Pemuda itu sudah bersiap untuk bertemu ibu dan ayahnya yang lebih dulu mati.

"Ibu, ayah… aku akan pulang!"

DEG

DEG

Semua penduduk menutup mata tidak sanggup melihat hukuman mati.

SRING

Saat dua buah pedang ingin menyentuh leher, dua Algojo tumbang dengan tubuh terbelah lima bagian, daging-daging berguling jatuh dari mimbar, Ling membuka matanya kembali, ia melihat sosok berjubah hitam.

"Siapa kamu? Untuk apa menolongku!"

TAS!

Dalam satu tebasan, semua rantai yang menahan pemuda Ling terputus.

"Jangan banyak bertanya, aku akan menahan mereka semua… kamu, teruslah berlari tinggalkan kota ini!"

"Baik!"

SRING

Pemimpin keluarga Wen dan Qin menarik pedang melihat kehadiran pria misterius.

"Sekarang, aku yakin kalau Ling pembunuh putraku… kalian berdua harus mati!" Tetua keluarga Qin murka.

"Serang!"

"Bunuh dia!"

"Sekarang!" ucap pria berjubah hitam.

"DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!"

Pertarungan terjadi, pria misterius melesat ke sana-kemari membuka jalan. Beberapa prajurit menghadang pemuda lusuh, Ling memanjat rumah lalu melompat ke atap bangunan ke bangunan lainnya. Semua orang dibuat kewalahan mengajar pemuda itu. Untuk kecepatan berlari, Ling memang tidak diragukan lagi.

Pria berjubah hitam menahan banyaknya prajurit. Ia memperlihatkan tingkat kultivasi tujuh, yaitu Benih Spiritual tahap akhir. Semua orang di sekitar berpikir tiga kali untuk maju lebih dulu. Dua pemimpin keluarga Qin dan Wen melesat secara bersamaan.

TRANGG!

SRING!

Tiga pedang beradu, saling dorong satu sama lain.

"Siapa kamu sebenarnya, untuk apa menyelamatkan pemuda itu!"

"Jangan coba-coba menyentuhnya, atau aku bantai semua orang di sini!” sahut pria berjubah hitam.

"Tindakan beruntun!! Hiyattt!"

BUG! BUG! BUG!

Dua pemimpin keluarga terdorong mundur. Pria berjubah hitam menghabisi beberapa prajurit yang mengejar pemuda lusuh, Ling. Pemuda yang tadinya ingin mati itu sekarang berubah pikiran saat mendapatkan kesempatan untuk hidup.

"Jangan biarkan dia lolos!"

"Tangkap pembunuh itu!"

"Pedang Halilintar!"

DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!

Lima orang tewas dalam sekali pukulan.

30 menit berlalu.

Ling melihat gerbang kota, namun ia juga melihat prajurit ingin menutup pintu gerbang. Saat itu juga, sosoknya berlari secepat mungkin. Keadaan terdesak membuat kekuatan warisan aktif. Kecepatan Ling meningkat tiga kali lipat lebih cepat. Pria berjubah hitam melihat Ling berlari dengan sangat cepat. Kekuatan warisan adalah peninggalan ayah Ling, yang diberikan saat ia masih kecil. Ayahnya memberikan benih spiritual untuk menyegel kekuatan leluhur.

"Bagaimana bisa… orang ini memiliki kemampuan khusus!"

"Sedikit lagi!" gumam Ling menatap kedepan.

"Cepat dorong dan tutup gerbang kota..!"

"Dorong!"

BRUBBBB...

"ARRRGGGH!!!"

Ling berteriak keras membuat lonjakan energi.

SWINGGGGG

Debu berterbangan dihembus angin. Semua prajurit di gerbang kota ternganga melihat Ling berlari semakin cepat.

"Yeaaaaaaaaaa…!"

GRABB!

Tak lama, pintu gerbang tertutup.

Ling terus berlari menuju hutan, perlahan sosoknya menghilang dari pandangan. Pria berjubah hitam melesat ke arah tempat sepi, setelah itu melepaskan jubah dan topeng yang membuat sosoknya tidak dikenali siapapun. Semua prajurit yang mengejar kebingungan saat kehilangan sosok pengacau.

Pria misterius sudah duduk di penginapan sambil menikmati makanan. Tidak satupun orang yang mengenali dirinya. Di sisi lain, semua Prajurit tidak menemukan pria misterius. Dua pemimpin keluarga mengepalkan tangannya, terutama pemimpin keluarga Qin yang gagal membunuh Ling.

"Pelayan … Apa yang terjadi, kenapa sampai orang-orang keluarga Qin berdatangan?"

"Karena kasus pembunuhan Tuan muda Qin!"

"Pantas saja… tuan muda hanya memberitahu aku untuk menyelamatkannya!" gumam pria misterius menikmati makanan.

Setelah beberapa saat kemudian, pengawal tuan muda Qin berjalan keluar meninggalkan kota bambu. Setelah berada di hutan dan ia tidak melihat keberadaan Ling, pria itu memutuskan untuk kembali mengunjungi tuan muda Qin.

***

Di pinggir jurang, Ling berlutut melihat jurang dalam. Ia begitu putus asa merasakan cobaan hidup yang terus-menerus membuatnya menderita.

BUGH!

BUGH!

Pemuda berpakaian lusuh itu memukul-mukul tanah sambil mengeluarkan semua keluh kesah. Ling tidak tahu, setelah ini mau pergi kemana, sedangkan dirinya sudah tidak memiliki siapapun.

"Ibu… kenapa aku tidak mati saja? Aku lelah dengan semua ini! Aaaaaa…!"

Ling berteriak keras.

Suara teriakan menggema di jurang dalam, pria tampan dengan jubah lusuh begitu terpukul. Kehilangan kedua orang tua dalam waktu tidak lama memaksanya untuk bersabar. Ditambah, ia hampir dihukum mati oleh semua orang. Ling berdiri melihat ke langit biru, ia berharap mendapatkan jawaban kenapa ditakdirkan hidup dalam kekosongan.

"Langit.. kenapa kamu terus memberikanku cobaan seperti ini? Tidak ada satupun kebahagiaan yang aku terima. Kalau kamu tidak ingin melihatku, berikan aku kematian! Aku muak dengan semua ini… aku tidak takut dengan takdirmu!"

DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!!!

Petir menyambar di siang bolong.

Ling bergidik ketakutan, ia membulatkan tekad untuk terjun ke dalam jurang.

Ling berlari dengan penuh amarah, ia sudah siap untuk kematian. Tidak memiliki masa depan, tidak memiliki keluarga, tidak memiliki keadilan, hanya memiliki ujian hidup yang begitu berat. Saat ingin terjatuh, Ling melihat sesosok wajah cantik menghentikan aksinya.

Ling memberontak.

"Lepaskan…!"

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Zhotta Bams
asik asik wajib di baca
goodnovel comment avatar
Gede Yasha
petualangan nya belum selesai
goodnovel comment avatar
hari yanto
kisanya mirip mimpi buruk dunia persilatan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status