Gongli yang merupakan wakil ketua kelompok Ming, sempat menyipitkan mata ketika melihat arah yang di tunjuk oleh Yun, akan tetapi dirinya sudah mengetahui maksud dari perkataan Yun, yang tidak lain ialah Lengkukup.
Namun, dirinya tidak pernah menduga, ketika ia menyipitkan mata, sebuah batu kerikil melesat kearah mata tanpa bisa ia hindari. Akibat serangan yang begitu mendadak itu, Gongli harus kehilangan salah satu matanya, karena batu kerikil tersebut menembus salah satu bola matanya, sehingga membuat dirinya jatuh ke tanah seraya berteriak dengan keras.
Gongli tidak berusaha menahan sakit, melainkan melampiaskan hal itu dengan berguling di tanah beberapa saat, sebelum dirinya berusaha untuk berdiri sembari memegang matanya yang telah berlumuran darah.
“Keparat! Bunuh makhluk itu jangan biarkan dia lolos…!!” ucap Gongli memerintah.
“Kau lihat sendiri! Dia sangat berbahaya,” timpal
Puluhan pasukan Ming bergerak mundur beberapa langkah ketika Lengkukup berucap, mereka tidak melakukan hal itu tanpa alasan, ketika Lengkukup berucap, tatapan matanya seolah ingin melahap mereka hidup-hidup.Pada saat itu, Leng mendongak kearah atas beberapa saat, seolah dirinya sedang menghirup udara segar yang sudah sangat lama ia rindukan. Namun, sebenarnya yang terjadi Lengkukup sedang menahan nafasnya, karena perasaan aneh sedang merasuki pikirannya berkali-kali.Leng tidak pernah menduga, jika jika saat ini dirinya masih bisa bertahan dalam wujud iblis, ketika waktunya sudah lama habis terpakai. Namun, berkat Manggala yang beberapa waktu yang lalu kembali membantunya, Leng masih dapat mempertahankan wujud tersebut, andai Manggala tidak membantunya, mungkin Lengkukup sudah kehilangan nyawa karena kehabisan tenaga dalam.“Perasaan apa ini,” gumam Lengkukup.“Kau terlalu menganggap remeh lawan
Ming Huo menatap dengan dingin kepada Yun yang sedang terluka cukup parah, karena di serang oleh anggotanya sendiri yang telah berkhianat. Ketika itu, Ming Huo berjalan mendekati Yun dan berniat akan memberikan kematian yang cukup lama kepada Yun. Namun, belum sempat dirinya melangkah kan kaki lebih jauh, tiba-tiba dari arah berlawanan, beberapa pedang angin yang melesat dengan cepat mengarah kepada kelompoknya. Bahkan beberapa anggotanya yang mencoba menahan serangan itu, terbunuh seketika. Mendapati hal itu, Ming Huo merasa sangat geram, karena dirinya merasa terganggu ketika ia berniat membunuh sasarannya. Dia paling tidak suka, jika telah mendapat sasaran, dan terusik dengan kedatangan orang lain yang mengganggu kesenangannya. “Kau cukup beruntung! Akan ku selesaikan nanti jika aku sudah selesai mengurus makhluk itu,” ucap Ming Huo. “Kalian semua ikut aku dan tinggalkan beberapa orang untuk menjaga oran
Teriakan Gongli bahkan terdengar cukup keras, akan tetapi sedikitpun Ming Huo tidak memperdulikan hal tersebut. Ketika itu, Gongli masih dapat menahan serangan yang diberikan oleh Lengkukup terhadapnya.Namun tidak begitu lama, ketika dirinya sibuk mencari cara untuk meloloskan diri, dengan cepat Lengkukup menebas lehernya, dan membuat kepala tersebut berguling di tanah. Andai saja Ming Huo berniat membantu mungkin Gongli tidak akan bernasib seburuk itu.Ketika pembunuhan pasukan Ming Huo serta Gongli yang menjadi wakilnya, Leng kembali menatap dengan dingin Ming Huo dari kejauhan. Pandangan mereka bertemu, ketika Ming Huo membalas sorot mata yang diberikan oleh Lengkukup.“Tidak Ku sangka makhluk ini memiliki nafsu membunuh yang begitu tinggi,” gumam Ming Huo.“Apa kau sudah selesai dengan urusan mu? Kalau sudah, lebih baik kita tidak mengulur waktu,” ucap Ming Huo.Ketika dirinya selesai berucap, bahkan Lengkukup tidak
Dalam beberapa pertukaran jurus, Lengkukup akhirnya berhasil memberikan luka yang cukup berarti di tubuh Ming Huo. Meski luka tersebut tidak akan membunuhnya, akan tetapi luka tersebut akan menunjukkan jika perbedaan kekuatan diantara mereka berdua, sangat jelas terlihat.Pada saat itu, Lengkukup sedikit menjilati pedang yang telah berlumuran darah Ming Huo sembari menatapnya kembali. Namun, belum juga beberapa saat Lengkukup melakukan aksi tersebut, tiba-tiba Ming Huo menghilang dari pandangan.Di saat yang hampir bersamaan, angin yang tiba-tiba menderu dari segala arah, sempat membuat Lengkukup tidak bisa membaca pergerakkan Ming Huo. Di saat itu, terdengar juga, suara gelak tawa Ming Huo yang merasa dirinya diatas angin, meski luka itu telah tergores di tubuhnya, akan tetapi sedikitpun Ming Huo tidak merasakan ketakutan.“Ku akui kau memang hebat! Bahkan kau orang kedua yang berhasil melukai tubuhku,” ucap Ming Huo.Di satu sisi Lengkukup b
Pada saat itu, Lengkukup menjadi sangat waspada, ketika mendapati Ming Huo yang menghilangkan dari pandangan mata.Belum pula berfikir terlalu jauh, tiba-tiba tubuhnya di hantam sangat keras dari arah belakang, memang serangan itu tidak melukainya, akan tetapi dari serangan tersebut dirinya dapat menebak, jika kekuatan Ming Huo meningkat dengan pesat."Tidak ku sangka tua bangka ini memiliki sesuatu yang lain," gumam Lengkukup.Namun, lagi-lagi Ming Huo kembali menyerang Lengkukup dari arah yang tidak dapat di tebaknya, sehingga kali ini Lengkukup harus menerima serangan itu, dan membuatnya sedikit terluka di bagian tangan.Sedikitpun Lengkukup tidak menyangka, jika hal itu dapat dilakukan oleh Ming Huo, terlebih saat ini, Ming Huo merasa dirinya diatas angin ketika dapat melukai tubuh Lengkukup."Menyerahlah! Hahha..." ucap Ming Huo dengan diikuti gelak tawa.Tidak sampai disitu, Ming Huo bahkan tidak ber
Ming Huo tidak sempat melanjutkan kata-katanya, karena saat ini, dirinya teringat akan kisah seorang anak yang sempat membuat geger sebuah sekte, yang tidak begitu jauh dari tempat mereka sekarang.Sekte Aur Duri, tempat tinggal Lengkukup dahulu. Keberadaan Lengkukup sempat membuat kabur buruk terjadi di berbagai pihak, bukan hanya cerdik, akan tetapi dirinya juga pandai meniru berbagai jurus yang seharusnya tidak boleh di lakukan.Hal itu menimbulkan perdebatan di antara banyak pihak, ada yang berpendapat tindakan tersebut merupakan pelanggaran di dalam dunia persilatan, karena di anggap mencuri sumber daya.Namun tidak sedikit yang membenarkan tindakan itu, sebagai mahakarya yang harus di jaga karena di anggap sebagai anak jenius.Pada akhirnya berita itupun ikut menghilang, karena di kabarkan anak jenius itu telah mati bersama kedua orang tuanya.Bahkan pengejaran dan pencarian mereka telah di hentikan secara utuh oleh pi
Lama waktu berlalu, kini tiba saatnya sang surya menampakkan diri, hingga menyinari pagi. Bahkan burung-burung kian bernyanyi dengan merdu ketika ia mulai naik kepermukaan.Tidak jauh halnya dengan dedaunan yang ikut menari-nari, ketika tertipu oleh angin sehingga ia tampak begitu menggoda, seolah ingin dipeluk oleh tanah.Sinar itu, bahkan menembus rindangnya pepohonan, sehingga dirinya membangunkan Lengkukup kecil, yang masih ingin terlelap lebih lama."Mungkin aku harus segera pergi dari sini," batinnya.Lengkukup merasa ada sesuatu yang salah, karena sedikitpun ia tidak mendengar, kegaduhan yang mungkin akan di sebabkan oleh orang-orang dari kelompok aliran hitam.Bahkan semalaman telah berlalu, tidak ada keributan baru yang terjadi di tempat itu, akan tetapi dirinya tidak begitu ingin tau dan menganggap hal tersebut sebagai keberuntungan baginya.Karena, jika ia memaksa ingin tau lebih jauh, maka bisa
Lengkukup sedikit mengangguk pelan, seolah dirinya mengerti apa yang diutarakan pria tersebut.Namun, sebenarnya Lengkukup tidak tau letak pastinya desa tersebut. Di kekaisaran Wei, banyak sekali desa serta kota yang belum pernah ia dengar sebelumnya.Meski dulu, ayahnya pernah menceritakan sebagian desa yang ia ketahui, akan tetapi itu semua hanya sebagian kecil, sedangkan sekte nya sendiri hanya merupakan sekte kecil yang ada di kekaisaran."Mungkin aku akan singgah sebentar kesana," gumam Lengkukup."Kalian tau desa Suban?" tanya Lengkukup kepada salah satu pria itu."Kami mengetahuinya, letaknya tidak jauh setelah melewati kota," jawabnya."Pas sekali, aku juga ingin ke kota terlebih dahulu," timpal Lengkukup seraya melirik pakaiannya.Sontak hal tersebut langsung memancing beberapa pasang mata, untuk melihat kearah yang sama. Ketika itu, pria tersebut mengaku, jika awalnya mereka hanya mengangg