Semilir angin berhembus dengan pelan, menyapu semua dedaunan kering hingga melayang ke berbagai tempat, menciptakan seni keindahan di sekitar sungai itu. Seorang pemuda terlihat sedang berlatih dengan keras.
Abinawa terus berlatih dengan keras menghabiskan hari-harinya untuk membentuk tubuhnya, hingga berotot dan berisi.
Walaupun saat ini Abinawa belum mampu menyimpan tenaga dalam, akan tetapi dia memiliki tubuhnya yang berotot. Hal itu tentu membuat sosok Lanting Damar terlihat seperti pemuda berusia 18 tahun, padahal usianya baru 12 tahun.
"Aku harus mencari cara untuk dapat membuat tubuhku menyimpan tenaga dalam." Abinawa bergumam dengan pelan.
Selain berlatih dengan keras dan membuat tubuhnya di latih dua kali lipat lebih keras dari yang lainnya, Abinawa juga membaca banyak buku dan kitab bela diri untuk menemukan permasalahan yang di alami oleh tubuhnya.
Sudah banyak buku yang di baca dan di pahaminya, tetapi dia masih belum juga menemukan titik permasalahan pada tubuhnya, sehingga tidak bisa menyimpan tenaga dalam.
Setelah menghabiskan beberapa hari dengan terus berlatih, Abinawa akhirnya memilih untuk meninggalkan Sekte Api dan Angin. Dia ingin mengembara mencari solusi di luar sana untuk masalah yang di alami oleh tubuhnya ini.
Pagi ini suasana begitu sejuk dan asri. Sinar mentari tampak bersinar dengan terangnya berusaha memberikan kehangatan pagi pagi semua orang di bumi.
Abinawa tampak berjalan dengan cepat menuju gerbang keluar dari Sekte Api dan Angin. Pagi ini dia akan memulai semua rencana yang sudah di susunnya agar dirinya dapat menjadi kuat dan tidak di remehkan kembali.
Namun Abinawa seketika menghentikan langkah kakinya saat melihat orang-orang yang suka menindas dirinya menghadang langkah kakinya.
"Arga, aku tidak pernah menyinggung dirimu atau berbuat salah kepadamu, tapi kenapa kau sangat benci kepadaku dan suka sekali menindas diriku ... " Abinawa berkata dengan pelan, seakan dia mengisyaratkan dia sudah jengah dan lelah dengan semua ini.
"Masih bertanya juga? Alasannya cuma satu, kau seorang sampah dan kau tidak layak ada di dalam Sekte Api dan Angin ... Kau aib sekte ini Satria! Kau harus sadar mengenai hal itu." Jawab Arga sembari menunjuk wajah Abinawa dengan raut penuh kebencian.
Abinawa hanya tersenyum tipis, dia pada akhirnya memilih memasang kuda-kuda tarungnya, karena menyadari sebentar lagi orang-orang yang ada di hadapannya ini akan menghajar dirinya hingga babak belur dan cedera.
"Kau sudah memiliki nyali juga rupanya ... " Arga langsung memberi perintah kepada anak buahnya untuk kembali menghajar Abinawa.
Namun kali ini, dengan tekad yang bulat. Abinawa tidak tinggal diam, dia dengan cekatan mampu bergerak menghindar dengan lincah dan beberapa kali terlihat Abinawa mampu menangkis pukulan dan tendangan dari dua orang lawannya itu.
Hal itu barang tentu membuat Arga menjadi terkejut dan geram. Meskipun dia sadar jika hingga saat ini Abinawa masih tetap tidak mampu untuk menyimpan tenaga dalam, akan tetapi keberhasilan dia mengimbangi dua anak buahnya adalah sebuah pencapaian yang luar biasa.
Perlu di garis bawahi, di dunia persilatan seseorang yang memiliki tenaga dalam akan memiliki kemampuan jauh di atas seseorang yang hanya mengandalkan kekuatan fisik dan otot.
Bahkan, Abinawa bukan hanya menghindar dan menangkis, tetapi juga membuat serangan balik. Abinawa yang menyadari latihan fisiknya selama ini membuahkan hasil, tentu tersenyum riang.
"Tidak selamanya, orang lemah akan tetap lemah ... Akan ada saatnya aku akan menjadi kuat." Abinawa berkata dengan lantang.
Arga memang cukup terkejut dengan perkembangan dan kemajuan dari kemampuan bela diri dari Abinawa. Namun, dia tetap percaya diri jika Abinawa tidak akan pernah mampu untuk sekedar mengimbangi kemampuan yang di milikinya.
Tanpa berpikir terlalu lama, Arga langsung maju dan menerjang Abinawa. Dia kali ini mengambil inisiatif untuk menguji sendiri sebatas mana kemampuan yang di miliki oleh Abinawa saat ini.
Serangan yang di sertai dengan tenaga dalam itu, tentu gagal untuk di antisipasi dengan baik oleh Abinawa. Dia memang berhasil menangkis tendangan dari Arga dengan menyilangkan kedua tangannya, namun hal itu malah berujung pada dirinya yang terpental beberapa meter ke belakang dan menghantam sebuah tiang besar.
"Percuma, kau tidak akan mampu menahan tendanganku yang di sertai dengan tenaga dalam ... " Arga berseru dengan lantang ke arah Abinawa.
Meskipun Arga berhasil membuat Abinawa terpental jauh ke belakang, di dalam benak hati sanubarinya tersimpan rasa kagum melihat kecepatan dan kesigapan Abinawa dalam menangkis serangan dirinya barusan. Tidak banyak yang mampu menangkisnya tepat waktu, seperti yang di lakukan oleh Abinawa.
"Aku masih harus berlatih lebih keras lagi ... " Abinawa bergumam dengan pelan. Dia memang sadar kecil kemungkinan bagi dirinya untuk menang berhadapan dengan Arga cs, akan tetapi dia ingin menjadikan ini sebagai bahan ujian untuk latihan yang sudah dia lewati selama ini.
Walaupun begitu, Abinawa juga masih tetap mencari celah dan cara, agar dirinya dapat melarikan diri dari Arga cs dan tidak menderita luka yang serius seperti beberapa bulan yang lalu.
Wajah Abinawa tersenyum lebar, saat dia berhasil menemukan cara agar dapat melarikan diri dari Arga cs.
"Aku akan mencobanya, urusan berhasil dan tidaknya belakangan, setidaknya aku pernah berusaha ... "
Abinawa kembali berdiri dan bersiap dengan kuda-kuda tarungnya. Dia seakan ingin memperlihatkan jika dia tidak takut sedikitpun kepada Arga cs.
"Aku sudah bersabar selama ini, dan kali ini kesabaranku sudah mencapai batasnya ... Kau, terimalah jurus pamungkas milikku ini." Abinawa berseru dengan keras dan lantang ke arah Arga cs. Dia memberikan sebuah ancaman keras untuk Arga serta anak buahnya.
Arga yang mendengar perkataan bernada ancaman dari Abinawa, tentu membuat tubuhnya tanpa sadar mengeluarkan keringat dingin dan dirinya tampak sedikit mulai merasa takut. Di tambah lagi saat matanya menemukan senyum percaya diri dari Abinawa.
"Jurus macam apa yang di miliki pecundang ini, kenapa dia terlihat sangat percaya diri, apa mungkin selama ini dia sengaja menyembunyikan kemampuannya."
Arga langsung mengambil posisi siap, karena jika sedikit saja di lengah, mungkin dia akan menderita luka yang serius akibat jurus pamungkas yang akan di gunakan oleh Abinawa.
"Jurus Kijang Menyelamatkan Nyawa." Abinawa berteriak dengan keras ke arah Arga.
Sebelum satu detik kemudian, Abinawa di luar dugaan langsung memutar tubuhnya dengan cepat ke belakang dan berlari dengan kencang. Namun, sebelum itu dia sudah melemparkan segenggaman pasir untuk mengelabuhi pandangan dari Arga.
Arga yang merasa tetipu mentah-mentah oleh Abinawa, tentu merasa sangat kesal dan malu. Bisa-bisanya dia di tertipu oleh seorang pecundang. Jika berita ini tersebar ke seluruh Sekte Api dan Angin, maka nama baiknya akan rusak.
"Bedebah sialan!!! Kalian berdua, kejar dan tangkap dia ... Dia benar-benar perlu di beri pelajaran berharga."
Abinawa menggunakan seluruh tenaga dan staminanya untuk berlari sejauh mungkin berusaha menghindari kejaran dari kelompok Arga cs.Fisik Abinawa yang sudah terlatih dengan baik, tentu ikut membantu dirinya untuk terus berlari tanpa henti. Abinawa sendiri memilih berlari ke arah Kota Bawana, salah satu kota terdekat dari Sekte Api dan Angin.Jarak antara Kota Bawana dan Sekte Api dan Angin hanya memakan waktu 3 jam perjalanan menggunakan kuda. "Sepertinya mereka tidak lagi mengejarku." Abinawa mulai memelankan langkah kakinya dan mengatur nafasnya yang memburu.Abinawa terus melangkahkan kakinya dengan berlahan menuju ke Kota Bawana tanpa perbekalan sedikitpun. Dia baru tiba di Kota Bawana tepat saat matahari terbenam di ufuk barat, hal itu tentu karena dia menemukan perjalanan dengan berjalan kaki.Suasana Kota Bawana cukup indah. Meskipun terbilang sebuah kota kecil, akan tetapi Kota Bawana memiliki keindahan tersendiri, hingga membuat banyak pendekar, pedagang, hingga saudagar kaya
Larasati yang menyadari sebentar lagi pertarungan akan terjadi, jika dia tidak menghentikan dan merendahkan emosi dari Komandan pengawalnya itu maka pertarungan di dalam Kedai itu benar-benar terjadi."Tidak perlu di perpanjang paman, aku yakin ini hanya sebuah kesalahpahaman saja ... " Larasati berkata dengan pelan, berusaha melerai perselisihan di antara mereka.Pria berbadan besar dan bernama Jong itu dengan segera menundukkan kepalanya, seraya meminta maaf kepada Larasati. Tidak berselang lama, Jong kembali mengarahkan pandangannya ke arah Satria."Pergi dan tinggalkan tempat ini dengan cepat, sebelum aku berubah pikiran atau kau masih bersikeras tetap berada di sini dan bersiaplah menemui ajalmu." Pria bernama Jong itu mengusir Satria dengan halus.Abinawa yang sadar jika tetap berada di dalam kedai akan membahayakan keselamatan dirinya, langsung saja melangkah pergi meninggalkan kedai dengan cepat. Dia tentu tidak cukup bodoh untuk kembali berseteru dengan pria bernama Jong itu.
"Cuih, tidak tahu terima kasih ... " Dwi Pangga yang mendengar jawaban dan pernyataan dari Komandan Jong, tentu membuat dia geram."Kau sudah memilih jalan yang salah, maka terimalah kematianmu!!!"Dwi Pangga langsung bergerak cepat maju dan menerjang Komandan Jong. Komandan Jong yang sudah menduga hal itu sejak awal, tentu langsung dengan segera menyilang tangannya berusaha menahan tendangan dari Dwi Pangga.Bersamaan dengan itu pula, Komandan Jong berusaha menyerang balik dengan mengayunkan pedangnya berusaha untuk memotong kaki dari Dwi Pangga.Dwi Pangga yang menyadari niat dari lawannya itu, tentu dengan cepat menarik kakinya dan melakukan gerakan menyamping. Selanjutnya sebuah pukulan keras di lepaskan oleh Dwi Pangga yang tepat menghantam bagian dada dari Komandan Jong."Akhhh ... " Komandan Jong terpundur beberapa langkah dan merasakan bagian dadanya sedikit sesak.Dwi Pangga tersenyum puas, dia yakin satu pukulan itu sudah membuat mental lawannya terganggu."Ternyata pendekar
*Mohon maaf teman-teman, nama tokoh utamanya Lanting Damar di ganti menjadi Abinawa. *** Ketika pagi baru saja menyingsing, seluruh Sekte Api dan Angin berhasil di buat gempar oleh berita kehancuran Kota Bawana dalam satu malam. "Kau tidak bercanda dengan berita yang aku bawa ini Sudartawa?" Tanya Danu Baya. "Aku tidak berani ketua, Kota Bawana benar-benar sudah hancur dan tidak ada satu orang pun yang berhasil selamat." Sudartawa kembali memperjelas laporannya. Danu Baya memegang keningnya yang berkerut, dia benar-benar tidak menduga jika Kota Bawana benar-benar sudah hancur tidak bersisa. "Apakah kalian mengetahui siapa pelaku dari semua ini?" "Kelompok Elang Hitam, kami menemukan ciri khas dari kelompok ini setelah mereka berhasil mengerjakan misi." Sudartawa menjawab dengan cepat. "Elang Hitam, mereka benar-benar sudah sangat berani sekali... Melihat dari keyakinan mereka, sepertinya mereka sudah memperhitungkan semuanya dengan baik dan memiliki kekuatan yang tidak terlalu
Giri Fatih memilih untuk menjelaskan terlebih dahulu mengenai tingkatan kependekaran kepada Satria.Di dunia persilatan tingkatan terbagi menjadi beberapa tingkatan yang di tentukan oleh kemampuan dan tenaga dalam seorang pendekar.Pertama, yaitu tingkatan pendekar taruna. Seorang pendekar baru bisa di katakan pendekar taruna saat sudah mampu menyimpan tenaga dalam dan mengalahkan tiga orang dewasa dalam sebuah pertarungan.Kedua, tingkatan pendekar madya. Biasanya tingkatan ini seorang pendekar sudah mampu menyimpan tenaga dalam berjumlah cukup banyak (paling tidak 30 lingkaran) di dalam tubuhnya dan memahami teknik oleh pernafasan, serta menguasai paling tidak tiga jurus kelas bawah.Ketiga, pendekar ahli. Untuk mencapai tahap ini, seorang pendekar harus mampu menyimpan satu jule tenaga dalam (1=100 lingkaran tenaga dalam). Keempat, pendekar raja. Tingkatan ini menuntut seorang pendekar untuk memiliki dua jule tenaga dalam dan menguasai jurus-jurus tingkat tinggi, serta biasanya me
Matahari bersinar dengan terang, memberikan penerangan bagi seluruh dunia. Sejuknya angin pagi menambah kesan indahnya suasana pagi ini.Abinawa sudah sejak pagi berada di lapangan bersiap untuk berlatih. Girih Fatih yang melihat hal itu, tentu tersenyum riang."Ku lihat kau sangat bersemangat sekali Abinawa." Kata Abinawa."Tentu saja guru, aku sudah tidak sabar untuk dapat menyimpan tenaga dalam di tubuhku dan menjadi seorang pendekar." Abinawa menjawab dengan semangat.Girih Fatih yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum lembut. Dia lantas menjelaskan jika proses yang harus di lalui oleh Abinawa masih panjang."Kau harus menguasai dasar bela diri terlebih dahulu, baru setelah ini kita memulai tahap penyimpangan tenaga dalam." Pinta Abinawa.Abinawa yang mendengar hal itu, tentu membuat dia kecewa. Namun, hal itu tidak membuat dia mundur.
Satu purnama berlalu dengan cepat, dantian di dalam tubuh Abinawa sudah terbuka dengan sempurna. Bukan hanya dantian, tetapi beberapa Meridian kecil di dalam tubuhnya ikut terbuka. Satu hal yang paling mengejutkan, yaitu Abinawa langsung memiliki tenaga dalam berjumlah besar di dalam tubuhnya. Abinawa juga merasakan jika tubuhnya terasa begitu ringan dan bertenaga. Tidak lama setelah itu, sosok yang di tunggu Abinawa akhirnya tiba. Dia adalah Girih Fatih yang datang untuk menjemput dirinya. Namun sosok Girih Fatih langsung menghentikan langkah kakinya saat merasakan aura dan tenaga dalam milik Abinawa. "Mustahil, bagaimana mungkin kau sudah memiliki satu jule tenaga dalam." Girih Fatih langsung di buat terkejut dan berdecak kagum saat menyadari jika saat ini Abinawa sudah berada di tingkatan pendekar ahli dan tidak terlalu jauh dari pendekar raja. "Apakah ada yang salah denganku guru?" Tanya Abinawa saat melihat gurunya berdiri kaku. Girih Fatih segera menggelengkan kepalanya deng
Abinawa cukup terkejut saat menemukan beberapa arwah atau hantu berkeliaran di desa ini. Dia merasakan aura jahat yang kuat dari dalam tubuh para hantu itu."Jadi ini yang membuat banyak warga desa mengusir diriku." Abinawa saat ini berada di atas genteng dan di tengah gelapnya malam, sehingga kehadirannya tidak di ketahui oleh para hantu tersebut.Selain itu, Abinawa juga menekan hawa kehadirannya dengan tenaga dalam. Mata Lanting Damar terus berusaha mengamati dan mengukur batas kemampuan, serta kekuatan yang di miliki oleh para hantu itu. "Mereka bukan masalah, aku yakin mampu mengalahkan mereka semua, tapi aku tidak menemukan siapa pengendali dari para hantu ini." Kata Abinawa dengan pelan.Abinawa tentu tidak ingin gegabah, dia ingin mengamati situasi terlebih dahulu agar tidak masuk dalam permainan yang sedang di mainkan oleh musuh.Abinawa menemukan jika terdapat dua orang yang berada di atas pohon yang sedang mengendalikan para hantu yang berkeliaran di desa."Dua orang pende